Kepala BNPT Ajak Mahasiswa Unsyiah Ikut Tangkal Radikalisme
A
A
A
JAKARTA - Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak terlepas dari peran besar rakyat Aceh. Banyaknya pahlawan nasional serta sumbangsih Aceh yang ikut serta dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia adalah tidak boleh dilupakan, terutama bagi anak muda yang nantinya akan menjadi penerus bangsa.
Hal itu disampaikan Kepala Nasional Penanggulanggan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius saat memberikan kuliah umum bertajuk Resonansi Kebangsaan serta Penanggulangan Radikalisme dan Terorisme di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Banda Aceh, Kamis (31/10/2019).
“Saya minta anak muda Aceh bisa menunjukkan kembali kontribusi rakyat Aceh yang sangat luar biasa untuk bangsa ini. Tunjukan kembali, ingat kembali sejarah itu. Mari tunjukkan kembali kejayaan Aceh dari kalian para generasi muda dalam untuk membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia ini,” ungkap Suhardi di hadapan para mahasiswa Unsyiah.
Suhardi menjelaskan, di era kemajuan teknologi saat ini, rasa kepedulian serta kebangsaan anak muda mulai tergerus. Teknologi informasi yang tanpa batas tidak hanya memberikan efek positif, tetapi juga dampak negatif.
“Kita lihat teknologi saat ini, dunia dalam genggaman. Kita tersambung dengan setengah penduduk dunia, di sini (smartphone-red) ada semua, Untuk belajar ada. Yang positif ada, tapi ada juga yang negatif. Ada kelemahan dari teknologi, interaksi sosial kita sangat berkurang, belum lagi pornografi, radikalisme, ada semua disini,” ungkap mantan Kabareskrim Polri ini.
Menurut Suhardi, penyebaran paham radikal oleh kelompok tak bertanggung jawab juga sudah menggunakan perkembangan teknologi. Anak-anak muda yang notabene aktif di internet menjadi sasaran perekrutan secara online.
Anak-anak muda yang secara emosional belum stabil, kata dia, rawan dimanfaatkan sehingga nantinya bisa melakukan hal-hal yang berkaitan dengan radikalisme bahkan terorisme, sehingga harus diberikan ketahanan terhadap itu.
“Kalian adalah target brainwashing dari kelompok yang tidak bertanggung jawab, keingintahuan kalian masih tinggi, aktif di media soial, tapi secara emosional belum stabil. Sehingga, rawan disusupi paham-paham salah, Kita di sini untuk memberikan pengetahuan dan ketahanan agar kalian bisa terhindar dari yang semacam itu,” ungkapnya.
Usai memberikan pembekalan kepada mahasiswa Unsyiah, Suhardi mengungapkan harapannya agar para mahasiswa Unsyiah lebih peka dan memiliki ketahanan, yang tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk lingkungannya.
“Saya berharap nantinya mahasiswa Unsyiah bisa aware, ikut membantu dalam rangka penuntasan masalah-masalah intolerasi serta radikalisme. Mereka bisa sadar dan bisa menyampaikan pada teman-teman yang tidak hadir, Mahasiswa Unsyiah ini jumlahnya 30.000-an. Kan tidak mungkin kita sampaikan semua, jadi kita berharap mereka sampaikan pada teman-temannya,” ungkapnya.
Sementara itu Rektor Universitas Syiah Kuala, Prof Dr Samsul Rizal menyampaikan apresiasinya kepada Kepala BNPT yang hadir memberikan kuliah umum kepada mahasiswa Universitas Syiah Kuala.
Samsul Rizal pun berharap dengan kuliah umum ini nantinya mahasiwa Unsyiah memiliki pemahaman lebih terkait radikalisme dan terorisme.
“Saya berterima kasih banyak kepada Bapak Suhardi Alius yang bisa hadir di kampusnya rakyat Aceh untuk memberikan pemahaman tentang nilai-nilai kebangsaan, radikalisme, intoleransi dan sebagainya. Mudah-mudahan anak-anak kami ini menjadi ujung tombak melawan sifat-sifat radikalisme, intoleransi dan sebagainya dengan pemahaman mereka sebagai calon pemimpin di masa depan,” tuturnya.
Hal itu disampaikan Kepala Nasional Penanggulanggan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius saat memberikan kuliah umum bertajuk Resonansi Kebangsaan serta Penanggulangan Radikalisme dan Terorisme di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Banda Aceh, Kamis (31/10/2019).
“Saya minta anak muda Aceh bisa menunjukkan kembali kontribusi rakyat Aceh yang sangat luar biasa untuk bangsa ini. Tunjukan kembali, ingat kembali sejarah itu. Mari tunjukkan kembali kejayaan Aceh dari kalian para generasi muda dalam untuk membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia ini,” ungkap Suhardi di hadapan para mahasiswa Unsyiah.
Suhardi menjelaskan, di era kemajuan teknologi saat ini, rasa kepedulian serta kebangsaan anak muda mulai tergerus. Teknologi informasi yang tanpa batas tidak hanya memberikan efek positif, tetapi juga dampak negatif.
“Kita lihat teknologi saat ini, dunia dalam genggaman. Kita tersambung dengan setengah penduduk dunia, di sini (smartphone-red) ada semua, Untuk belajar ada. Yang positif ada, tapi ada juga yang negatif. Ada kelemahan dari teknologi, interaksi sosial kita sangat berkurang, belum lagi pornografi, radikalisme, ada semua disini,” ungkap mantan Kabareskrim Polri ini.
Menurut Suhardi, penyebaran paham radikal oleh kelompok tak bertanggung jawab juga sudah menggunakan perkembangan teknologi. Anak-anak muda yang notabene aktif di internet menjadi sasaran perekrutan secara online.
Anak-anak muda yang secara emosional belum stabil, kata dia, rawan dimanfaatkan sehingga nantinya bisa melakukan hal-hal yang berkaitan dengan radikalisme bahkan terorisme, sehingga harus diberikan ketahanan terhadap itu.
“Kalian adalah target brainwashing dari kelompok yang tidak bertanggung jawab, keingintahuan kalian masih tinggi, aktif di media soial, tapi secara emosional belum stabil. Sehingga, rawan disusupi paham-paham salah, Kita di sini untuk memberikan pengetahuan dan ketahanan agar kalian bisa terhindar dari yang semacam itu,” ungkapnya.
Usai memberikan pembekalan kepada mahasiswa Unsyiah, Suhardi mengungapkan harapannya agar para mahasiswa Unsyiah lebih peka dan memiliki ketahanan, yang tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk lingkungannya.
“Saya berharap nantinya mahasiswa Unsyiah bisa aware, ikut membantu dalam rangka penuntasan masalah-masalah intolerasi serta radikalisme. Mereka bisa sadar dan bisa menyampaikan pada teman-teman yang tidak hadir, Mahasiswa Unsyiah ini jumlahnya 30.000-an. Kan tidak mungkin kita sampaikan semua, jadi kita berharap mereka sampaikan pada teman-temannya,” ungkapnya.
Sementara itu Rektor Universitas Syiah Kuala, Prof Dr Samsul Rizal menyampaikan apresiasinya kepada Kepala BNPT yang hadir memberikan kuliah umum kepada mahasiswa Universitas Syiah Kuala.
Samsul Rizal pun berharap dengan kuliah umum ini nantinya mahasiwa Unsyiah memiliki pemahaman lebih terkait radikalisme dan terorisme.
“Saya berterima kasih banyak kepada Bapak Suhardi Alius yang bisa hadir di kampusnya rakyat Aceh untuk memberikan pemahaman tentang nilai-nilai kebangsaan, radikalisme, intoleransi dan sebagainya. Mudah-mudahan anak-anak kami ini menjadi ujung tombak melawan sifat-sifat radikalisme, intoleransi dan sebagainya dengan pemahaman mereka sebagai calon pemimpin di masa depan,” tuturnya.
(dam)