Menko Polhukam Ajak Masyarakat Ikut Tangkal Radikalisme
A
A
A
PONTIANAK - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD meminta agar masyarakat ikut mencegah penyebaran paham radikal di lingkungannya. Menurut dia, bahaya laten paham radikal jika terus dibiarkan akan sangat mudah merusak persatuan dan kesatuan bangsa ini sehingga paham-paham radikal tersebut sudah seharusnya harus dicegah sedini mungkin.
“Mulai dari lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar kita, cegah masuknya paham radikal yang dapat merusak persatuan negara ini,” ucap Mahfud di sela kegiatan Jalan Sehat Nasional (JSN) Khatulistiwa Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) di Pontianak kemarin.
Sebagai masyarakat yang ingin Indonesia berkembang, maka harus bisa menjaga kemerdekaan yang sudah diraih dengan susah payah. “Kita harus bangga dengan kemerdekaan yang sudah diraih dan menjaganya dengan 10 modal dasar yang kita miliki untuk mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045 mendatang,” ungkap mantan ketua MK ini.
Mahfud mengatakan, untuk mewujudkan Indonesia Emas, maka seluruh elemen bangsa harus membangun rasa kebangsaan dan nasionalisme sehingga perlu ditanamkan kebanggaan pada diri sendiri karena Indonesia sudah merdeka dengan hasil perjuangan rakyatnya. “Pemilihan presiden sudah berakhir, sudah saatnya kita kembali mengejar berbagai ketertinggalan kita. Jangan terus berkutat dengan masalah yang tidak jelas,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan (Kabaharkam) Polri Komjen Pol Condro Kirono mengatakan, fakta yang harus diterima dan disadari bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk.
“Makanya kita harus terus merawat dan mengawal Pancasila, sebagaimana rekan-rekan yang di organisasi Pemuda Pancasila ini yang merupakan kepanjangan tangan dari kita semua,” ungkap Condor saat menghadiri Seminar Nasional Mubes X Ormas Pemuda Pancasila, di Hotel Sultan, Jakarta, kemarin.
Condro mengingatkan, bagi kehidupan masyarakat yang majemuk, toleransi merupakan satu prasyarat utama bagi setiap individu yang menghendaki kehidupan yang aman dan tenteram. Toleransi merupakan satu sikap yang mau memahami orang lain sehingga komunikasi dapat berlangsung secara baik dan tercipta keharmonisan dalam kelompok. “Itu harus jadi salah satu prinsip hidup dalam berbangsa dan bernegara,” katanya.
Condro pun mengimbau kader Pemuda Pancasila juga tahu bahwa saat ini Indonesia memiliki ancaman radikalisme dan terorisme pada era digital, yakni kejahatan cyber yang dilakukan dengan menggunakan teknologi informasi. “Contohnya ujaran kebencian berlatar SARA, mendiskreditkan atau memfitnah pemerintah, penyebaran paham radikal dengan propaganda, hate speech, dan permusuhan kepada pihak tertentu,” ucapnya.
“Mulai dari lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar kita, cegah masuknya paham radikal yang dapat merusak persatuan negara ini,” ucap Mahfud di sela kegiatan Jalan Sehat Nasional (JSN) Khatulistiwa Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) di Pontianak kemarin.
Sebagai masyarakat yang ingin Indonesia berkembang, maka harus bisa menjaga kemerdekaan yang sudah diraih dengan susah payah. “Kita harus bangga dengan kemerdekaan yang sudah diraih dan menjaganya dengan 10 modal dasar yang kita miliki untuk mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045 mendatang,” ungkap mantan ketua MK ini.
Mahfud mengatakan, untuk mewujudkan Indonesia Emas, maka seluruh elemen bangsa harus membangun rasa kebangsaan dan nasionalisme sehingga perlu ditanamkan kebanggaan pada diri sendiri karena Indonesia sudah merdeka dengan hasil perjuangan rakyatnya. “Pemilihan presiden sudah berakhir, sudah saatnya kita kembali mengejar berbagai ketertinggalan kita. Jangan terus berkutat dengan masalah yang tidak jelas,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan (Kabaharkam) Polri Komjen Pol Condro Kirono mengatakan, fakta yang harus diterima dan disadari bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk.
“Makanya kita harus terus merawat dan mengawal Pancasila, sebagaimana rekan-rekan yang di organisasi Pemuda Pancasila ini yang merupakan kepanjangan tangan dari kita semua,” ungkap Condor saat menghadiri Seminar Nasional Mubes X Ormas Pemuda Pancasila, di Hotel Sultan, Jakarta, kemarin.
Condro mengingatkan, bagi kehidupan masyarakat yang majemuk, toleransi merupakan satu prasyarat utama bagi setiap individu yang menghendaki kehidupan yang aman dan tenteram. Toleransi merupakan satu sikap yang mau memahami orang lain sehingga komunikasi dapat berlangsung secara baik dan tercipta keharmonisan dalam kelompok. “Itu harus jadi salah satu prinsip hidup dalam berbangsa dan bernegara,” katanya.
Condro pun mengimbau kader Pemuda Pancasila juga tahu bahwa saat ini Indonesia memiliki ancaman radikalisme dan terorisme pada era digital, yakni kejahatan cyber yang dilakukan dengan menggunakan teknologi informasi. “Contohnya ujaran kebencian berlatar SARA, mendiskreditkan atau memfitnah pemerintah, penyebaran paham radikal dengan propaganda, hate speech, dan permusuhan kepada pihak tertentu,” ucapnya.
(don)