Pelaku Usaha Tunggu Terobosan Para Menteri
A
A
A
Lengkap sudah putra-putri terbaik Indonesia yang akan mendampingi Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) lima tahun ke depan, menyusul pelantikan 12 orang wakil menteri dari berbagai kalangan, mulai profesional hingga politikus. Ada pula wakil menteri usia termuda yang disandang Angela Tanoesoedibjo pada usia 32 tahun. Angela menempati pos Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di jajaran Kabinet Indonesia Maju. Melihat komposisi menteri dan wakil menteri memberi rasa optimisme tersendiri. Walau demikian, sejumlah kalangan, terutama dari pelaku usaha, mengingatkan kehadiran wakil menteri tidak menambah kerepotan dalam dunia birokrasi.
Menarik dicermati komposisi Kabinet Indonesia Maju 2019-2024, khususnya pejabat menteri di bidang perekonomian, ternyata didominasi dari politikus. Dari 12 menteri yang tergabung dalam bidang ekonomi hanya empat menteri dengan latar belakang dari kalangan profesional, yakni Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Tohir, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, dan Menteri Pekerjaan Umum dam Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimulyo.
Meski menteri ekonomi yang dikomandoi Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dimonopoli kaum politikus, track record dan managerial skill serta pemahaman di bidang ekonomi tak perlu diragukan. Tugas jangka pendek tim ekonomi Kabinet Indonesia Maju bagaimana mengharmonisasi kebijakan ekonomi sehingga laju pertumbuhan ekonomi akhir tahun ini tetap berada pada kisaran 5% lebih.
Untuk menciptakan harmonisasi kebijakan selain bekerja profesional, juga harus mampu menghapus ego sektoral, melakukan koordinasi yang solid satu dengan yang lain. Sudah menjadi rahasia umum bahwa persoalan ego sektoral dan koordinasi yang tidak solid adalah persoalan klasik yang terus mendera negeri ini. Presiden boleh berganti, tetapi kedua persoalan tersebut tetap menjadi momok tersendiri. Berharap masa pemerintahan periode kedua Presiden Jokowi bisa meminimalkan masalah ego sektoral dan koordinasi yang tidak lancar.
Dominasi politikus di jajaran menteri bidang ekonomi tidak membuat khawatir Menkeu Sri Mulyani Indrawati yang bakal mengganggu kinerja antarkementerian. Mantan petinggi Bank Dunia itu meyakini bahwa semua kementerian akan berjalan pada rel yang sudah ditentukan, Presiden Jokowi sudah memberikan instruksi dan prioritas program yang jelas untuk setiap menteri. Jadi, perpaduan antara politikus dan profesional dalam jajaran menteri bidang ekonomi diharapkan menjadi dinamika baru dalam mendorong dan meningkatkan kinerja ekonomi lebih baik.
Kalangan pengusaha tak lagi menyoalkan asal usul menteri bidang perekonomian, entah itu politikus maupun profesional. Harapan pengusaha yang bernaung di bawah Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Kabinet Indonesia Maju mampu menjawab tantangan yang mewarnai perekonomian Indonesia dewasa ini. Pihak Kadin membeberkan tantangan yang harus dihadapi cukup banyak, yang paling krusial di antaranya, defisit neraca berjalan, defisit neraca perdagangan, defisit anggaran belanja, masalah perizinan usaha, masalah kemiskinan, kualitas sumber daya manusia, fundamental struktural seperti efisiensi dan produktivitas serta lapangan kerja.
Persoalan lain yang juga perlu mendapat perhatian serius adalah peringkat kemudahan berbisnis di Indonesia sedang stagnan di level 73 dari 115 negara di dunia. Walau demikian, Bank Dunia melaporkan bahwa peringkat kemudahan berbisnis mengalami stagnan, tetapi terjadi kenaikan skor pada indeks dari 67,96 pada tahun lalu menjadi 69,6 pada tahun ini. Bank Dunia menyoroti seputar ketenagakerjaan di Indonesia yang memiliki aturan terbanyak.
Sementara itu, tantangan yang datang dari luar adalah ketidakpastian ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi dunia sebagaimana dilansir oleh Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) adalah terburuk sejak krisis keuangan global. Pihak IMF memproyeksi pertumbuhan ekonomi dunia hanya pada kisaran 3% pada tahun ini. Angka prediksi IMF tersebut mengalami penurun 0,2% dari proyeksi semula di level 3,2% pada Juli 2019. Kelesuan pertumbuhan ekonomi global bersumber dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, ketidakpastian Brexit, dan sejumlah krisis geopolitik.
Menyambut Kabinet Indonesia Maju dengan rasa penuh pesimistis sungguh tak elok. Tidak boleh menghakimi bahwa mereka yang terpilih mendampingi Presiden Jokowi tidak memberi harapan, misalnya, karena didominasi kalangan politikus, terutama di jajaran menteri ekonomi. Berilah kesempatan terlebih dahulu bekerja, baru memberi penilaian. Kinerja setiap menteri terbuka untuk dinilai oleh seluruh masyarakat Indonesia. (*)
Menarik dicermati komposisi Kabinet Indonesia Maju 2019-2024, khususnya pejabat menteri di bidang perekonomian, ternyata didominasi dari politikus. Dari 12 menteri yang tergabung dalam bidang ekonomi hanya empat menteri dengan latar belakang dari kalangan profesional, yakni Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Tohir, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, dan Menteri Pekerjaan Umum dam Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimulyo.
Meski menteri ekonomi yang dikomandoi Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dimonopoli kaum politikus, track record dan managerial skill serta pemahaman di bidang ekonomi tak perlu diragukan. Tugas jangka pendek tim ekonomi Kabinet Indonesia Maju bagaimana mengharmonisasi kebijakan ekonomi sehingga laju pertumbuhan ekonomi akhir tahun ini tetap berada pada kisaran 5% lebih.
Untuk menciptakan harmonisasi kebijakan selain bekerja profesional, juga harus mampu menghapus ego sektoral, melakukan koordinasi yang solid satu dengan yang lain. Sudah menjadi rahasia umum bahwa persoalan ego sektoral dan koordinasi yang tidak solid adalah persoalan klasik yang terus mendera negeri ini. Presiden boleh berganti, tetapi kedua persoalan tersebut tetap menjadi momok tersendiri. Berharap masa pemerintahan periode kedua Presiden Jokowi bisa meminimalkan masalah ego sektoral dan koordinasi yang tidak lancar.
Dominasi politikus di jajaran menteri bidang ekonomi tidak membuat khawatir Menkeu Sri Mulyani Indrawati yang bakal mengganggu kinerja antarkementerian. Mantan petinggi Bank Dunia itu meyakini bahwa semua kementerian akan berjalan pada rel yang sudah ditentukan, Presiden Jokowi sudah memberikan instruksi dan prioritas program yang jelas untuk setiap menteri. Jadi, perpaduan antara politikus dan profesional dalam jajaran menteri bidang ekonomi diharapkan menjadi dinamika baru dalam mendorong dan meningkatkan kinerja ekonomi lebih baik.
Kalangan pengusaha tak lagi menyoalkan asal usul menteri bidang perekonomian, entah itu politikus maupun profesional. Harapan pengusaha yang bernaung di bawah Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Kabinet Indonesia Maju mampu menjawab tantangan yang mewarnai perekonomian Indonesia dewasa ini. Pihak Kadin membeberkan tantangan yang harus dihadapi cukup banyak, yang paling krusial di antaranya, defisit neraca berjalan, defisit neraca perdagangan, defisit anggaran belanja, masalah perizinan usaha, masalah kemiskinan, kualitas sumber daya manusia, fundamental struktural seperti efisiensi dan produktivitas serta lapangan kerja.
Persoalan lain yang juga perlu mendapat perhatian serius adalah peringkat kemudahan berbisnis di Indonesia sedang stagnan di level 73 dari 115 negara di dunia. Walau demikian, Bank Dunia melaporkan bahwa peringkat kemudahan berbisnis mengalami stagnan, tetapi terjadi kenaikan skor pada indeks dari 67,96 pada tahun lalu menjadi 69,6 pada tahun ini. Bank Dunia menyoroti seputar ketenagakerjaan di Indonesia yang memiliki aturan terbanyak.
Sementara itu, tantangan yang datang dari luar adalah ketidakpastian ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi dunia sebagaimana dilansir oleh Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) adalah terburuk sejak krisis keuangan global. Pihak IMF memproyeksi pertumbuhan ekonomi dunia hanya pada kisaran 3% pada tahun ini. Angka prediksi IMF tersebut mengalami penurun 0,2% dari proyeksi semula di level 3,2% pada Juli 2019. Kelesuan pertumbuhan ekonomi global bersumber dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, ketidakpastian Brexit, dan sejumlah krisis geopolitik.
Menyambut Kabinet Indonesia Maju dengan rasa penuh pesimistis sungguh tak elok. Tidak boleh menghakimi bahwa mereka yang terpilih mendampingi Presiden Jokowi tidak memberi harapan, misalnya, karena didominasi kalangan politikus, terutama di jajaran menteri ekonomi. Berilah kesempatan terlebih dahulu bekerja, baru memberi penilaian. Kinerja setiap menteri terbuka untuk dinilai oleh seluruh masyarakat Indonesia. (*)
(shf)