Momentum Kebangkitan Sepak Bola Nasional
A
A
A
FEDERASI sepak bola internasional FIFA secara resmi menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia U-20 2021. Kesuksesan menjadi tuan rumah merupakan sejarah bagi bangsa ini. Sebelumnya Indonesia baru menjadi tuan rumah penyelenggara turnamen sepak bola level Asia, yakni Piala Asia 2007. Kala itu Indonesia tuan rumah bersama dengan tiga negara Asia Tenggara, yakni Thailand, Malaysia, dan Vietnam.
Tentu bukan hal mudah bagi Indonesia untuk bisa meyakinkan FIFA. Apalagi, Indonesia harus bersaing dengan Brasil dan Peru yang secara prestasi dan pengalaman lebih unggul. Kepastian Indonesia menjadi tuan rumah didapat setelah FIFA menggelar pertemuan di Shanghai, China, 23-24 Oktober 2019. Status tuan rumah secara otomatis membuat tim nasional (timnas) Indonesia lolos sebagai salah satu peserta.
Momentum bersejarah ini tentu harus dimanfaatkan dengan baik. Ini tantangan sekaligus peluang. Sebagai tuan rumah, timnas Indonesia diharapkan bisa mengukir prestasi. Bermain di depan publik sendiri untuk turnamen sekelas Piala Dunia seyogianya mampu melecut semangat skuad Garuda Muda untuk mengukir prestasi.
Di luar urusan prestasi, ada banyak keuntungan lain yang diperoleh dengan menjadi tuan rumah. Meskipun ini bukan Piala Dunia level senior, Indonesia tetap berkesempatan dikenal lebih luas oleh publik internasional. Timnas Indonesia memang masih kemarau prestasi, namun setidaknya dengan sukses menjadi penyelenggara maka itu akan memberi poin penting bagi Indonesia di mata internasional.
Saat turnamen diselenggarakan, mata penggemar sepak bola dari seluruh penjuru dunia akan tertuju ke Indonesia. Ini akan memberikan manfaat yang besar dari sektor pariwisata. Wisatawan akan menggunakan momentum ini untuk datang menonton pertandingan, sekaligus berkunjung ke berbagai destinasi wisata di Nusantara. Tinggal bagaimana pemerintah, termasuk pemerintah daerah, mengemas kegiatan ini.
Sangat penting mulai sekarang menyediakan paket-paket wisata untuk menarik minat wisatawan mancanegara untuk datang. Piala Dunia U-20 akan digelar di 10 stadion Tanah Air, yakni Stadion Gelora Bung Karno (Jakarta), Wibawa Mukti (Cikarang), Pakan Sari (Bogor), Patriot (Bekasi), Mandala Krida (Yogyakarta) Manahan (Solo), Jakabaring (Palembang), Si Jalak Harupat (Bandung), Gelora Bung Tomo (Surabaya), dan I Wayan Dipta (Bali).
Tentu bukan hanya arena pertandingan yang harus disiapkan menyambut ajang internasional ini. Tak kalah penting adalah kesiapan warga kota yang menjadi penyelenggara. Bentuk dukungan tidak harus menjadi relawan, tetapi cukup menjaga dan memelihara keamanan dan ketertiban selama perhelatan berlangsung. Indonesia sudah pernah membuktikan mampu menjadi tuan rumah ajang olahraga besar, yakni Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang.
Status tuan rumah Piala Dunia U-20 juga membawa manfaat pada infrastruktur sepak bola. Dipastikan kualitas 10 stadion yang digunakan untuk pertandingan Piala Dunia akan ditingkatkan sampai memenuhi standar yang ditetapkan FIFA. Juga akan banyak pekerjaan yang tersedia saat ajang ini digelar. Potensi ekonomi bisa dinikmati secara langsung oleh pelaku industri kuliner dan UMKM. Nanti akan banyak produksi cenderamata, baik kaus, boneka, maupun pernak-pernik lain yang disediakan kepada tamu dan wisatawan.
Menarik melihat isi proposal PSSI yang diajukan ke FIFA sehingga organisasi tersebut memilih Indonesia sebagai tuan rumah. Indonesia menawarkan jargon diversity (keanekaragaman), unity (persatuan), dan opportunity (kesempatan). Jika diartikan, ketiga kata ini berkaitan. Indonesia memiliki basis suporter sepak bola (unity ) yang sangat besar dan berasal dari bangsa majemuk dengan etnis yang beragam (diversity ). Jika Piala Dunia digelar di Indonesia, itu menjadi kesempatan (opportunity ) bagi pengembangan sepak bola Tanah Air.
Kepercayaan FIFA menunjuk Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 sepatutnya juga menjadi momentum kebangkitan sepak bola nasional. Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia seharusnya menjadikan ini sebagai titik tolak menata sepak bola nasional. Banyak masalah yang mesti diperbaiki jika ingin bicara prestasi.Mulai carutnya jadwal kompetisi, skandal pengaturan skor, klub yang tidak profesional, sikap oknum suporter yang tidak dewasa hingga masih sering membuat kerusuhan. Memang perlu kerja keras. Tapi hanya dengan cara itu jika kita ingin melihat timnas Garuda mengukir prestasi. Kita tentu tidak ingin jika dunia mengenal Indonesia hanya karena sukses sebagai penyelenggara Piala Dunia. Lebih dari itu, suatu saat kita juga ingin melihat timnas Garuda mengepakkan sayap, terbang tinggi dengan prestasi.
Tentu bukan hal mudah bagi Indonesia untuk bisa meyakinkan FIFA. Apalagi, Indonesia harus bersaing dengan Brasil dan Peru yang secara prestasi dan pengalaman lebih unggul. Kepastian Indonesia menjadi tuan rumah didapat setelah FIFA menggelar pertemuan di Shanghai, China, 23-24 Oktober 2019. Status tuan rumah secara otomatis membuat tim nasional (timnas) Indonesia lolos sebagai salah satu peserta.
Momentum bersejarah ini tentu harus dimanfaatkan dengan baik. Ini tantangan sekaligus peluang. Sebagai tuan rumah, timnas Indonesia diharapkan bisa mengukir prestasi. Bermain di depan publik sendiri untuk turnamen sekelas Piala Dunia seyogianya mampu melecut semangat skuad Garuda Muda untuk mengukir prestasi.
Di luar urusan prestasi, ada banyak keuntungan lain yang diperoleh dengan menjadi tuan rumah. Meskipun ini bukan Piala Dunia level senior, Indonesia tetap berkesempatan dikenal lebih luas oleh publik internasional. Timnas Indonesia memang masih kemarau prestasi, namun setidaknya dengan sukses menjadi penyelenggara maka itu akan memberi poin penting bagi Indonesia di mata internasional.
Saat turnamen diselenggarakan, mata penggemar sepak bola dari seluruh penjuru dunia akan tertuju ke Indonesia. Ini akan memberikan manfaat yang besar dari sektor pariwisata. Wisatawan akan menggunakan momentum ini untuk datang menonton pertandingan, sekaligus berkunjung ke berbagai destinasi wisata di Nusantara. Tinggal bagaimana pemerintah, termasuk pemerintah daerah, mengemas kegiatan ini.
Sangat penting mulai sekarang menyediakan paket-paket wisata untuk menarik minat wisatawan mancanegara untuk datang. Piala Dunia U-20 akan digelar di 10 stadion Tanah Air, yakni Stadion Gelora Bung Karno (Jakarta), Wibawa Mukti (Cikarang), Pakan Sari (Bogor), Patriot (Bekasi), Mandala Krida (Yogyakarta) Manahan (Solo), Jakabaring (Palembang), Si Jalak Harupat (Bandung), Gelora Bung Tomo (Surabaya), dan I Wayan Dipta (Bali).
Tentu bukan hanya arena pertandingan yang harus disiapkan menyambut ajang internasional ini. Tak kalah penting adalah kesiapan warga kota yang menjadi penyelenggara. Bentuk dukungan tidak harus menjadi relawan, tetapi cukup menjaga dan memelihara keamanan dan ketertiban selama perhelatan berlangsung. Indonesia sudah pernah membuktikan mampu menjadi tuan rumah ajang olahraga besar, yakni Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang.
Status tuan rumah Piala Dunia U-20 juga membawa manfaat pada infrastruktur sepak bola. Dipastikan kualitas 10 stadion yang digunakan untuk pertandingan Piala Dunia akan ditingkatkan sampai memenuhi standar yang ditetapkan FIFA. Juga akan banyak pekerjaan yang tersedia saat ajang ini digelar. Potensi ekonomi bisa dinikmati secara langsung oleh pelaku industri kuliner dan UMKM. Nanti akan banyak produksi cenderamata, baik kaus, boneka, maupun pernak-pernik lain yang disediakan kepada tamu dan wisatawan.
Menarik melihat isi proposal PSSI yang diajukan ke FIFA sehingga organisasi tersebut memilih Indonesia sebagai tuan rumah. Indonesia menawarkan jargon diversity (keanekaragaman), unity (persatuan), dan opportunity (kesempatan). Jika diartikan, ketiga kata ini berkaitan. Indonesia memiliki basis suporter sepak bola (unity ) yang sangat besar dan berasal dari bangsa majemuk dengan etnis yang beragam (diversity ). Jika Piala Dunia digelar di Indonesia, itu menjadi kesempatan (opportunity ) bagi pengembangan sepak bola Tanah Air.
Kepercayaan FIFA menunjuk Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 sepatutnya juga menjadi momentum kebangkitan sepak bola nasional. Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia seharusnya menjadikan ini sebagai titik tolak menata sepak bola nasional. Banyak masalah yang mesti diperbaiki jika ingin bicara prestasi.Mulai carutnya jadwal kompetisi, skandal pengaturan skor, klub yang tidak profesional, sikap oknum suporter yang tidak dewasa hingga masih sering membuat kerusuhan. Memang perlu kerja keras. Tapi hanya dengan cara itu jika kita ingin melihat timnas Garuda mengukir prestasi. Kita tentu tidak ingin jika dunia mengenal Indonesia hanya karena sukses sebagai penyelenggara Piala Dunia. Lebih dari itu, suatu saat kita juga ingin melihat timnas Garuda mengepakkan sayap, terbang tinggi dengan prestasi.
(pur)