Persaingan Ketua MPR, Pengamat: Panggung Politik untuk Menabung Elektabilitas
A
A
A
JAKARTA - Partai politik antar fraksi di MPR dan perwakilan DPD menggelar rapat dengan agenda musyawarah mufakat untuk menentukan Ketua MPR. Sebelum diputuskan, banyak pihak yang menilai bahwa perwakilan partai politiknya lah yang paling cocok untuk menjadi Ketua MPR.
Menanggapi itu, Analis Politik Arif Nurul Iman menilai perebutan kursi Ketua MPR menjadi posisi yang strategis bagi partai politik.
"Kenapa Ketua MPR jadi rebutan kemungkinan karena beberapa hal. Pertama, MPR merupakan lembaga negara strategis sehingga wajar jadi rebutan," ujar Arif saat dihubungi SINDOnews, Kamis (3/9/2019).
Selain posisi strategis bagi partai politik, kata Arif, Ketua MPR juga bisa menjadi panggung politik untuk menabung popularitas dan elektabilitas pada Pemilu 2024.
"Kedua, Ketua MPR bisa menjadi panggung politik bagi siapa saja untuk menabung popularitas dan elektabilitas sehingga pada Pemilu 2024 bisa menjadi modal politik," jelasnya.
Maka dari itu, apapun posisi di pemeritahan termasuk Ketua MPR menjadi kesempatan penting untuk partai politik. "Setiap posisi bagi parpol adalah kesempatan untuk didapatkan, termasuk Ketua MPR. Apalagi jabatan-jabatan publik yang potensial akan menangguk keuntungan elektoral," tuturnya.
Diketahui, rapat gabungan antarfraksi partai politik di MPR dan perwakilan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Kamis (3/10/2019) sepakat memutuskan 10 orang Pimpinan MPR periode 2019-2024 digelar hari ini.
Adapun 10 nama pimpinan MPR, yakni Ahmad Basarah (PDIP), Bambang Soesatyo (Golkar), Ahmad Muzani (Partai Gerindra), Lestari Moerdijat (Nasdem), Zulkifli Hasan (PAN), Hidayat Nur Wahid (PKS), Syarifuddin Hasan (Demokrat), Jazilul Fawaid (PKB), Arsul Sani (PPP), Fadel Muhammad (DPD).
Menanggapi itu, Analis Politik Arif Nurul Iman menilai perebutan kursi Ketua MPR menjadi posisi yang strategis bagi partai politik.
"Kenapa Ketua MPR jadi rebutan kemungkinan karena beberapa hal. Pertama, MPR merupakan lembaga negara strategis sehingga wajar jadi rebutan," ujar Arif saat dihubungi SINDOnews, Kamis (3/9/2019).
Selain posisi strategis bagi partai politik, kata Arif, Ketua MPR juga bisa menjadi panggung politik untuk menabung popularitas dan elektabilitas pada Pemilu 2024.
"Kedua, Ketua MPR bisa menjadi panggung politik bagi siapa saja untuk menabung popularitas dan elektabilitas sehingga pada Pemilu 2024 bisa menjadi modal politik," jelasnya.
Maka dari itu, apapun posisi di pemeritahan termasuk Ketua MPR menjadi kesempatan penting untuk partai politik. "Setiap posisi bagi parpol adalah kesempatan untuk didapatkan, termasuk Ketua MPR. Apalagi jabatan-jabatan publik yang potensial akan menangguk keuntungan elektoral," tuturnya.
Diketahui, rapat gabungan antarfraksi partai politik di MPR dan perwakilan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Kamis (3/10/2019) sepakat memutuskan 10 orang Pimpinan MPR periode 2019-2024 digelar hari ini.
Adapun 10 nama pimpinan MPR, yakni Ahmad Basarah (PDIP), Bambang Soesatyo (Golkar), Ahmad Muzani (Partai Gerindra), Lestari Moerdijat (Nasdem), Zulkifli Hasan (PAN), Hidayat Nur Wahid (PKS), Syarifuddin Hasan (Demokrat), Jazilul Fawaid (PKB), Arsul Sani (PPP), Fadel Muhammad (DPD).
(kri)