Bersatu Membantu Korban Gempa Maluku
A
A
A
SOLIDARITAS dan simpati perlu kembali kita tunjukkan kepada saudara sebangsa yang terkena musibah gempa bumi di Provinsi Maluku. Bencana alam ini membuat warga setempat kehilangan sanak saudara, harta benda, dan tempat tinggal.
Hingga kemarin korban meninggal dunia akibat gempa yang mengguncang Pulau Ambon di Ambon dan Kabupaten Seram Bagian Barat pada Kamis (26/9/2019) terus bertambah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 30 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya luka-luka. Ada kemungkinan jumlah korban meninggal bertambah lantaran proses evakuasi masih berlangsung.
Kita tentu sangat mengharapkan gerak cepat dari pemerintah daerah setempat untuk melakukan evakuasi dan memberikan bantuan medis bagi korban yang saat ini menderita luka serius agar bisa segera tertolong. Ketersediaan alat berat sangat penting demi memudahkan proses evakuasi terhadap korban. Selain itu tak kalah penting adalah distribusi bantuan kepada para pengungsi harus dipastikan berjalan dengan baik, tidak tertumpuk pada satu titik sehingga pembagiannya tidak merata. Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy menetapkan status tanggap darurat yang berlaku pada 26 September hingga 9 Oktober 2019. Selama proses evakuasi, Pemerintah Kota Ambon juga membentuk Pos Komando Tanggap Darurat Bencana (Posko PDB).
Pemandangan memiriskan terlihat di tenda-tenda pengungsian sejak gempa pertama kali terjadi. Hingga hari ketiga pascagempa kemarin pengungsi masih berdesakan di dalam tenda darurat dengan fasilitas yang sangat terbatas. BNBP mencatat jumlah pengungsi hingga kemarin berjumlah 244.780 orang. Perinciannya pengungsi di Seram Bagian Barat 109.661 orang, Maluku Tengah 108.000 orang, dan Kota Ambon 27.119 orang. Warga mengungsi sebagian karena kehilangan tempat tinggal dan sebagian lainnya karena menghindari gempa susulan yang masih sering terjadi. Menurut BMKG hingga Sabtu (28/9) malam gempa susulan terjadi hingga 500 kali dengan magnitudo yang bervariasi.
Gempa bermagnitudo 6,5 sebelumnya mengguncang Pulau Ambon dan Kabupaten Seram Bagian Barat. Lokasi gempa berada pada titik koordinat 3.38 Lintang Selatan dan128.43 Bujur Timur. Dampak gempa sangat dirasakan karena jarak pusat gempa yang dekat, yakni 40 km timur laut Ambon-Maluku dengan kedalaman 10 km.
Bencana alam ini tentu mengundang keprihatinan kita semua. Dipastikan warga setempat akan mengalami penderitaan hingga beberapa waktu ke depan lantaran banyak di antara mereka yang harus kehilangan tempat tinggal. Rumah yang rusak akibat gempa ini diperkirakan mencapai ribuan. Proses rehabilitasi terhadap wilayah terkena gempa tentu membutuhkan waktu cukup lama. Fokus utama saat ini adalah bagaimana membantu warga yang menjadi korban memenuhi kebutuhan dasarnya, terutama mereka yang mengungsi.
Beberapa kebutuhan mendesak pengungsi dan korban luka-luka antara lain tenda, terpal, bahan makanan, makanan instan dan minuman serta obat-obatan. Selain itu kebutuhan lainnya berupa pembalut wanita, selimut, matras, alat penerangan, tandon air, sarana MCK, pelayanan kesehatan dan psikologi hingga bahan bakar minyak (BBM). Sebagian pengungsi membawa bayi dan anak-anak sehingga ini juga perlu perhatian lebih untuk segera diberi bantuan. Kebutuhan bayi di pengungsian terutama popok dan makanan bayi.
Jumat (27/9/2019), BNPB telah menyalurkan bantuan sebesar Rp1 miliar yang akan ditujukan untuk operasional penanganan darurat gempa Maluku. Selain itu BNPB memberikan bantuan logistik senilai Rp515 juta untuk pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi. Namun bila dibandingkan dengan banyaknya jumlah korban di pengungsian, bantuan ini tentu tidak mencukupi. Maka dari itu dibutuhkan bantuan dari pihak swasta maupun individu untuk meringankan penderitaan korban.
Di tengah hiruk-pikuk politik dan polemik kebangsaan yang marak belakangan ini, ada baiknya sejenak mengalihkan perhatian dengan menunjukkan simpati kepada saudara sebangsa yang membutuhkan. Dalam situasi seperti ini semangat persatuan dan solidaritas diperlukan tanpa perlu melihat kelompok, ideologi, kepentingan maupun pilihan politik.
Di tengah kondisi duka ini masih ada saja oknum tidak bertanggung jawab yang memperkeruh suasana. Pascagempa beredar informasi di media sosial akan ancaman gempa susulan yang besar disertai tsunami. Untuk itu pemerintah setempat perlu terus mengimbau korban dan warga lain agar tetap tenang, tidak mudah panik atau terpancing oleh isu-isu yang tidak dapat dipastikan kebenarannya. BMKG telah memastikan isu gempa besar susulan dan tsunami yang akan menerjang hanya hoaks belaka.
Menyikapi ini Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhamad Sadly mengimbau masyarakat agar hanya mengikuti informasi gempa bumi dan tsunami dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi baik di website maupun media sosial. Kita berharap langkah pemerintah dalam melakukan penanganan di lokasi terdampak gempa bisa efektif sehingga mampu meringankan penderitaan korban. Semoga situasi di Maluku bisa segera pulih dan masyarakat di sana bisa kembali bangkit membangun masa depannya.
Hingga kemarin korban meninggal dunia akibat gempa yang mengguncang Pulau Ambon di Ambon dan Kabupaten Seram Bagian Barat pada Kamis (26/9/2019) terus bertambah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 30 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya luka-luka. Ada kemungkinan jumlah korban meninggal bertambah lantaran proses evakuasi masih berlangsung.
Kita tentu sangat mengharapkan gerak cepat dari pemerintah daerah setempat untuk melakukan evakuasi dan memberikan bantuan medis bagi korban yang saat ini menderita luka serius agar bisa segera tertolong. Ketersediaan alat berat sangat penting demi memudahkan proses evakuasi terhadap korban. Selain itu tak kalah penting adalah distribusi bantuan kepada para pengungsi harus dipastikan berjalan dengan baik, tidak tertumpuk pada satu titik sehingga pembagiannya tidak merata. Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy menetapkan status tanggap darurat yang berlaku pada 26 September hingga 9 Oktober 2019. Selama proses evakuasi, Pemerintah Kota Ambon juga membentuk Pos Komando Tanggap Darurat Bencana (Posko PDB).
Pemandangan memiriskan terlihat di tenda-tenda pengungsian sejak gempa pertama kali terjadi. Hingga hari ketiga pascagempa kemarin pengungsi masih berdesakan di dalam tenda darurat dengan fasilitas yang sangat terbatas. BNBP mencatat jumlah pengungsi hingga kemarin berjumlah 244.780 orang. Perinciannya pengungsi di Seram Bagian Barat 109.661 orang, Maluku Tengah 108.000 orang, dan Kota Ambon 27.119 orang. Warga mengungsi sebagian karena kehilangan tempat tinggal dan sebagian lainnya karena menghindari gempa susulan yang masih sering terjadi. Menurut BMKG hingga Sabtu (28/9) malam gempa susulan terjadi hingga 500 kali dengan magnitudo yang bervariasi.
Gempa bermagnitudo 6,5 sebelumnya mengguncang Pulau Ambon dan Kabupaten Seram Bagian Barat. Lokasi gempa berada pada titik koordinat 3.38 Lintang Selatan dan128.43 Bujur Timur. Dampak gempa sangat dirasakan karena jarak pusat gempa yang dekat, yakni 40 km timur laut Ambon-Maluku dengan kedalaman 10 km.
Bencana alam ini tentu mengundang keprihatinan kita semua. Dipastikan warga setempat akan mengalami penderitaan hingga beberapa waktu ke depan lantaran banyak di antara mereka yang harus kehilangan tempat tinggal. Rumah yang rusak akibat gempa ini diperkirakan mencapai ribuan. Proses rehabilitasi terhadap wilayah terkena gempa tentu membutuhkan waktu cukup lama. Fokus utama saat ini adalah bagaimana membantu warga yang menjadi korban memenuhi kebutuhan dasarnya, terutama mereka yang mengungsi.
Beberapa kebutuhan mendesak pengungsi dan korban luka-luka antara lain tenda, terpal, bahan makanan, makanan instan dan minuman serta obat-obatan. Selain itu kebutuhan lainnya berupa pembalut wanita, selimut, matras, alat penerangan, tandon air, sarana MCK, pelayanan kesehatan dan psikologi hingga bahan bakar minyak (BBM). Sebagian pengungsi membawa bayi dan anak-anak sehingga ini juga perlu perhatian lebih untuk segera diberi bantuan. Kebutuhan bayi di pengungsian terutama popok dan makanan bayi.
Jumat (27/9/2019), BNPB telah menyalurkan bantuan sebesar Rp1 miliar yang akan ditujukan untuk operasional penanganan darurat gempa Maluku. Selain itu BNPB memberikan bantuan logistik senilai Rp515 juta untuk pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi. Namun bila dibandingkan dengan banyaknya jumlah korban di pengungsian, bantuan ini tentu tidak mencukupi. Maka dari itu dibutuhkan bantuan dari pihak swasta maupun individu untuk meringankan penderitaan korban.
Di tengah hiruk-pikuk politik dan polemik kebangsaan yang marak belakangan ini, ada baiknya sejenak mengalihkan perhatian dengan menunjukkan simpati kepada saudara sebangsa yang membutuhkan. Dalam situasi seperti ini semangat persatuan dan solidaritas diperlukan tanpa perlu melihat kelompok, ideologi, kepentingan maupun pilihan politik.
Di tengah kondisi duka ini masih ada saja oknum tidak bertanggung jawab yang memperkeruh suasana. Pascagempa beredar informasi di media sosial akan ancaman gempa susulan yang besar disertai tsunami. Untuk itu pemerintah setempat perlu terus mengimbau korban dan warga lain agar tetap tenang, tidak mudah panik atau terpancing oleh isu-isu yang tidak dapat dipastikan kebenarannya. BMKG telah memastikan isu gempa besar susulan dan tsunami yang akan menerjang hanya hoaks belaka.
Menyikapi ini Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhamad Sadly mengimbau masyarakat agar hanya mengikuti informasi gempa bumi dan tsunami dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi baik di website maupun media sosial. Kita berharap langkah pemerintah dalam melakukan penanganan di lokasi terdampak gempa bisa efektif sehingga mampu meringankan penderitaan korban. Semoga situasi di Maluku bisa segera pulih dan masyarakat di sana bisa kembali bangkit membangun masa depannya.
(thm)