Inspirasi Habibie
A
A
A
BANGSA Indonesia kembali berduka. Salah satu tokoh terbaik negeri ini, Bacharuddin Jusuf Habibie, meninggal dunia di usia 83 tahun pada Rabu (11/9/2019) pukul 18.05 WIB. Presiden ketiga RI ini mengembuskan nafas terakhir setelah dua pekan dirawat.
Pemerintah merespons kepergian tokoh kelahiran 25 Juni 1936 ini dengan menetapkan hari berkabung nasional selama tiga hari.
Habibie akan selalu memiliki tempat istimewa di hati masyarakat Indonesia. Meskipun kini telah tiada, tapi ia akan dikenang karena besarnya sumbangsih yang diberikan untuk negeri. Habibie ibarat ensiklopedia yang tak pernah habis untuk dibaca.
Habibie laksana halaman buku yang membentangkan ragam ilmu pengetahuan. Dia telah banyak memberikan banyak teladan bagi generasi penerus bangsa ini. Tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, khususnya teknologi penerbangan yang menjadi keahliannya, melainkan juga dalam perpolitikan, hingga kisah kehidupan pribadi yang menginspirasi.
Kita tahu Habibie menjadi peletak dasar sejumlah industri strategis Tanah Air, antara lain PT Pindad dan PT Dirgantara Indonesia (DI). Salah satu sejarah besar dan fenomenal yang pantas membuat kita bangga sebagai bangsa adalah ketika Indonesia berhasil menerbangkan pesawat N250 Gatot Kaca pada 1995.
Ini merupakan pesawat terbang hasil karya anak negeri yang tergabung di Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN), yang kini berubah menjadi PT DI. Habibie yang merancang pesawat N250 tersebut. N250 saat itu mengudara perdana sekaligus menjadi kado peringatan Kemerdekaan Ke-50 RI pada 17 Agustus 1995.
Meski pada akhirnya N250 tidak sampai masuk fase produksi dan proyek tersebut dimatikan pada 1998, Habibie bersama IPTN telah membuat salah satu lompatan terbesar yang pernah dibuat oleh anak negeri ini.
Karya Habibie di industri kerdirgantaraan akan terus membanggakan bangsa ini, meski kini ia telah tiada. Salah satu peninggalannya adalah pesawat R80 yang sudah mulai dirakit tahun ini. Habibie merancang R80 untuk penerbangan jarak pendek hingga menengah dengan kemampuan mengangkut 80-90 penumpang.
Setelah melewati serangkaian sertifikasi nanti, pesawat buatan PT Regio Aviasi Industri (RAI) ini sedianya mengudara pada 2022 atau tiga tahun mendatang. Sayang, Habibie tidak bisa menyaksikan karyanya terbang perdana dan diproduksi massal.
Hari-hari ini kita sering disuguhi tingkah oknum elite politik yang penuh intrik, drama, dan konspirasi. Politik niretika gamblang dipertontonkan ke publik. Melihat tingkah polah elite politik itu, sekali lagi, kita perlu mengenang sosok seorang Habibie.
Pada 1999 sebuah peristiwa penting tercatat, tatkala Habibie menolak mencalonkan diri kembali setelah laporan pertanggung jawabannya ditolak MPR. Penolakan MPR antara lain didasari atas keputusan Habibie yang menggelar referendum untuk Timor Timur yang membuat wilayah itu terlepas dari pangkuan NKRI.
Tak ada sikap ngotot untuk bertahan sebagai presiden. Bahkan mungkin tak ada lobi apa pun kepada partai politik, apalagi pengerahan angkatan bersenjata. Habibie rela turun takhta secara terhormat. Dia hanya mengemban jabatan presiden selama 17 bulan.
Pada sebuah wawancara di televisi swasta pada 2003 Habibie mengomentari keputusannya saat itu. "Jadi presiden itu bukan segala-galanya," katanya.
Mantan Menteri Riset dan Teknologi pada 1978-1998 ini berpegang pada pedoman bahwa kekuasaan itu bukan untuk dimiliki. Dia berpandangan bahwa kepemimpinan nasional harus diberikan kepada kader terbaik bangsa melalui koridor demokrasi yang transparan dan terhormat. Habibie mempraktikkan nilai-nilai demokrasi yang membanggakan.
Pada 2012 masyarakat Indonesia dibuat haru biru oleh sebuah film berjudul Habibie & Ainun yang diperankan oleh Reza Rahadian dan Bunga Citra Lestari. Film ini menyuguhkan kisah perjuangan dan cinta Habibie dan Ainun sebagai pasangan muda yang tinggal di Jerman hingga pulang ke Indonesia dan menjadi presiden.
Masyarakat menyambut baik film ini karena kisahnya yang menyentuh. Tak ayal, ini salah satu film terlaris di Indonesia dengan 4,5 juta penonton. Tak berhenti di situ, kisah Habibie dan Ainun berlanjut melalui film Rudy Habibie atau yang dikenal sebagai Habibie & Ainun 2. Bahkan, film Habibie & Ainun 3 baru dijadwalkan tayang pada 19 Desember 2019.
Respons positif atas kisah Habibie dalam tiga film ini mencerminkan kerinduan masyarakat akan sosok teladan.
Di mata banyak orang Habibie mencerminkan sejumlah kualitas kehidupan yang didambakan: sukses dalam karier, cendekiawan rendah hati yang dekat dengan agama, serta seorang pejuang cinta sejati yang sukses membina keluarga.
Sosok fenomenal dan penuh inspirasi itu kini telah pergi. Selamat jalan, Pak Habibie.
Pemerintah merespons kepergian tokoh kelahiran 25 Juni 1936 ini dengan menetapkan hari berkabung nasional selama tiga hari.
Habibie akan selalu memiliki tempat istimewa di hati masyarakat Indonesia. Meskipun kini telah tiada, tapi ia akan dikenang karena besarnya sumbangsih yang diberikan untuk negeri. Habibie ibarat ensiklopedia yang tak pernah habis untuk dibaca.
Habibie laksana halaman buku yang membentangkan ragam ilmu pengetahuan. Dia telah banyak memberikan banyak teladan bagi generasi penerus bangsa ini. Tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, khususnya teknologi penerbangan yang menjadi keahliannya, melainkan juga dalam perpolitikan, hingga kisah kehidupan pribadi yang menginspirasi.
Kita tahu Habibie menjadi peletak dasar sejumlah industri strategis Tanah Air, antara lain PT Pindad dan PT Dirgantara Indonesia (DI). Salah satu sejarah besar dan fenomenal yang pantas membuat kita bangga sebagai bangsa adalah ketika Indonesia berhasil menerbangkan pesawat N250 Gatot Kaca pada 1995.
Ini merupakan pesawat terbang hasil karya anak negeri yang tergabung di Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN), yang kini berubah menjadi PT DI. Habibie yang merancang pesawat N250 tersebut. N250 saat itu mengudara perdana sekaligus menjadi kado peringatan Kemerdekaan Ke-50 RI pada 17 Agustus 1995.
Meski pada akhirnya N250 tidak sampai masuk fase produksi dan proyek tersebut dimatikan pada 1998, Habibie bersama IPTN telah membuat salah satu lompatan terbesar yang pernah dibuat oleh anak negeri ini.
Karya Habibie di industri kerdirgantaraan akan terus membanggakan bangsa ini, meski kini ia telah tiada. Salah satu peninggalannya adalah pesawat R80 yang sudah mulai dirakit tahun ini. Habibie merancang R80 untuk penerbangan jarak pendek hingga menengah dengan kemampuan mengangkut 80-90 penumpang.
Setelah melewati serangkaian sertifikasi nanti, pesawat buatan PT Regio Aviasi Industri (RAI) ini sedianya mengudara pada 2022 atau tiga tahun mendatang. Sayang, Habibie tidak bisa menyaksikan karyanya terbang perdana dan diproduksi massal.
Hari-hari ini kita sering disuguhi tingkah oknum elite politik yang penuh intrik, drama, dan konspirasi. Politik niretika gamblang dipertontonkan ke publik. Melihat tingkah polah elite politik itu, sekali lagi, kita perlu mengenang sosok seorang Habibie.
Pada 1999 sebuah peristiwa penting tercatat, tatkala Habibie menolak mencalonkan diri kembali setelah laporan pertanggung jawabannya ditolak MPR. Penolakan MPR antara lain didasari atas keputusan Habibie yang menggelar referendum untuk Timor Timur yang membuat wilayah itu terlepas dari pangkuan NKRI.
Tak ada sikap ngotot untuk bertahan sebagai presiden. Bahkan mungkin tak ada lobi apa pun kepada partai politik, apalagi pengerahan angkatan bersenjata. Habibie rela turun takhta secara terhormat. Dia hanya mengemban jabatan presiden selama 17 bulan.
Pada sebuah wawancara di televisi swasta pada 2003 Habibie mengomentari keputusannya saat itu. "Jadi presiden itu bukan segala-galanya," katanya.
Mantan Menteri Riset dan Teknologi pada 1978-1998 ini berpegang pada pedoman bahwa kekuasaan itu bukan untuk dimiliki. Dia berpandangan bahwa kepemimpinan nasional harus diberikan kepada kader terbaik bangsa melalui koridor demokrasi yang transparan dan terhormat. Habibie mempraktikkan nilai-nilai demokrasi yang membanggakan.
Pada 2012 masyarakat Indonesia dibuat haru biru oleh sebuah film berjudul Habibie & Ainun yang diperankan oleh Reza Rahadian dan Bunga Citra Lestari. Film ini menyuguhkan kisah perjuangan dan cinta Habibie dan Ainun sebagai pasangan muda yang tinggal di Jerman hingga pulang ke Indonesia dan menjadi presiden.
Masyarakat menyambut baik film ini karena kisahnya yang menyentuh. Tak ayal, ini salah satu film terlaris di Indonesia dengan 4,5 juta penonton. Tak berhenti di situ, kisah Habibie dan Ainun berlanjut melalui film Rudy Habibie atau yang dikenal sebagai Habibie & Ainun 2. Bahkan, film Habibie & Ainun 3 baru dijadwalkan tayang pada 19 Desember 2019.
Respons positif atas kisah Habibie dalam tiga film ini mencerminkan kerinduan masyarakat akan sosok teladan.
Di mata banyak orang Habibie mencerminkan sejumlah kualitas kehidupan yang didambakan: sukses dalam karier, cendekiawan rendah hati yang dekat dengan agama, serta seorang pejuang cinta sejati yang sukses membina keluarga.
Sosok fenomenal dan penuh inspirasi itu kini telah pergi. Selamat jalan, Pak Habibie.
(shf)