Jamaah Haji Diharapkan Bawa Akhlak Bangsa Lebih Baik
A
A
A
MADINAH - Masa kepulangan jamaah haji Indonesia hampir mendekati akhir. Hingga kemarin lebih dari 80% atau sebanyak 172.000 jamaah atau telah kembali ke Indonesia. Mereka diharapkan menjadi insan kamil yang mampu membawa akhlak bangsa jauh lebih baik dalam etika, ibadah, dan sosial.
Hal ini disampaikan Kepala Daerah Kerja (Daker) Bandara Jeddah-Madinah, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 2019, Arsyad Hidayat, Selasa (10/9/2019). Menurutnya, ibadah haji bukan sekedar runtutan ibadah di Tanah Suci tapi juga menghasilkan konsekuensi setelahnya yakni menjadi haji mabrur yang dicirikan dengan memberikan makan atau bersedekah dan menyebarkan perdamaian atau memiliki ucapan-ucapan yang baik.
"Saya kira ini tujuan dari haji, menjadi insan kamil, manusia yang sempurna etikanya, kedekatan dirinya kepada Allah SWT, kemudian hubungan horizontal dengan sesama manusia, baik seagama atau pun umat manusia secara umum," kata Arsyad.
Jumlah jamaah haji yang terus meningkat setiap tahun, kata Arsyad, semestinya berbanding lurus dengan akhlak atau budi pekerti bangsa. Jamaah mampu mengimplementasikan kemabruran hajinya di lingkungannya masing-masing sehingga tercipta suatu masyarakat yang beretika, relijius, dan memiliki kepedulian sosial tinggi.
"Secara pengertian mabrur memang hanya diperoleh oleh mereka yang melaksanakan ibadah haji. Namun dua sifat kemabruran (memberikan makan/sodaqah dan menyebarkan perdamaian/ucapan baik), bisa ditularkan kepada tetangga, kerabat, saudara, dan orang-orang di sekitarnya," ujar Arsyad.
Untuk mengingatkan hal tersebut, Daker Bandara tahun ini mengeluarkan surat edaran menjaga kemabruran haji kepada jamaah ketika akan pulang ke Tanah Air. Surat edaran itu diberikan kepada Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI) saat berada di bandara Arab Saudi untuk disampaikan kepada seluruh anggota kelompok terbang (kloter).
Surat itu berisi tiga aspek. Pertama aspek pribadi, seperti salat tepat waktu, melaksanakan ibadah sunah, berhias diri dengan sifat-sifat terpuji, cepat bertaubat apabila bersalah. Kedua aspek ubudiyah, misalnya meningkatkan kualitas salat fardu, melaksanakan salat dan puasa sunnah, membiasakan tilawah Alquran, memberikan zakat, infaq, dan sadaqah. Ketiga aspek sosial, yakni membiasakan diri salat berjamaah, menyantuni yatim piatu, menjenguk orang sakit dan meninggal, serta mendamaikan orang berselisih.
"Saya kira kita kan manusia sering lupa, selalu harus terus diingatkan. Mudah-mudahan dengan mengingatkan itu, ketika di pesawat atau ketika tiba di embarkasi, jamaah ingat ada edaran tentang mabrur haji, mudah-mudah itu juga bisa dipraktikkan dalam kehidupan jamaah haji pada periode setelahnya," ujar Arsyad.
Hal ini disampaikan Kepala Daerah Kerja (Daker) Bandara Jeddah-Madinah, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 2019, Arsyad Hidayat, Selasa (10/9/2019). Menurutnya, ibadah haji bukan sekedar runtutan ibadah di Tanah Suci tapi juga menghasilkan konsekuensi setelahnya yakni menjadi haji mabrur yang dicirikan dengan memberikan makan atau bersedekah dan menyebarkan perdamaian atau memiliki ucapan-ucapan yang baik.
"Saya kira ini tujuan dari haji, menjadi insan kamil, manusia yang sempurna etikanya, kedekatan dirinya kepada Allah SWT, kemudian hubungan horizontal dengan sesama manusia, baik seagama atau pun umat manusia secara umum," kata Arsyad.
Jumlah jamaah haji yang terus meningkat setiap tahun, kata Arsyad, semestinya berbanding lurus dengan akhlak atau budi pekerti bangsa. Jamaah mampu mengimplementasikan kemabruran hajinya di lingkungannya masing-masing sehingga tercipta suatu masyarakat yang beretika, relijius, dan memiliki kepedulian sosial tinggi.
"Secara pengertian mabrur memang hanya diperoleh oleh mereka yang melaksanakan ibadah haji. Namun dua sifat kemabruran (memberikan makan/sodaqah dan menyebarkan perdamaian/ucapan baik), bisa ditularkan kepada tetangga, kerabat, saudara, dan orang-orang di sekitarnya," ujar Arsyad.
Untuk mengingatkan hal tersebut, Daker Bandara tahun ini mengeluarkan surat edaran menjaga kemabruran haji kepada jamaah ketika akan pulang ke Tanah Air. Surat edaran itu diberikan kepada Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI) saat berada di bandara Arab Saudi untuk disampaikan kepada seluruh anggota kelompok terbang (kloter).
Surat itu berisi tiga aspek. Pertama aspek pribadi, seperti salat tepat waktu, melaksanakan ibadah sunah, berhias diri dengan sifat-sifat terpuji, cepat bertaubat apabila bersalah. Kedua aspek ubudiyah, misalnya meningkatkan kualitas salat fardu, melaksanakan salat dan puasa sunnah, membiasakan tilawah Alquran, memberikan zakat, infaq, dan sadaqah. Ketiga aspek sosial, yakni membiasakan diri salat berjamaah, menyantuni yatim piatu, menjenguk orang sakit dan meninggal, serta mendamaikan orang berselisih.
"Saya kira kita kan manusia sering lupa, selalu harus terus diingatkan. Mudah-mudahan dengan mengingatkan itu, ketika di pesawat atau ketika tiba di embarkasi, jamaah ingat ada edaran tentang mabrur haji, mudah-mudah itu juga bisa dipraktikkan dalam kehidupan jamaah haji pada periode setelahnya," ujar Arsyad.
(pur)