Puluhan Negara Siap Ramaikan Indonesia International Book Fair 2019 di JCC

Senin, 02 September 2019 - 13:11 WIB
Puluhan Negara Siap...
Puluhan Negara Siap Ramaikan Indonesia International Book Fair 2019 di JCC
A A A
JAKARTA - Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) kembali menggelar Pameran Buku bertaraf internasional yakni, Indonesia International Book Fair (IIBF) 2019 yang diselenggarakan pada 4-8 September di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta.

Dua puluh negara akan hadir sebagai peserta pameran tersebut dan membuka stan. Selain itu, akan datang pula 38 peserta internasional dari 14 negara pada acara Indonesia Partnership Program (IPP) untuk bertemu dan bertransaksi hak cipta terjemahan dengan para penerbit Indonesia.

Diketahui, IIBF tahun ini merupakan acara ke-39 kali sejak Ikapi pertama menggelarnya pada 1980. Semula menyandang nama Indonesia Book Fair (IBF), sejak 2014 acara ini bertransformasi menjadi Indonesia International Book Fair (IIBF). Di dalamnya, tercakup kegiatan perbukuan berupa promosi, transaksi, diskusi, dan interaksi kalangan penerbit, penulis, pustakawan, aktivis literasi, seni, budaya, pendidikan, dan pelaku industri kreatif lainnya.

Bersamaan dengan IIBF 2019, Ketua Umum IKAPI, Rosidayati Rozalina mengatakan pihaknya juga menyelenggarakan Indonesia Partnership Program (IPP) dan Simposium Internasional tentang Pendidikan. “Kegiatan ini diselenggarakan dengan dukungan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai sumber dan pusat pemasaran hak cipta terjemahan di dunia internasional,” ungkapnya dalam Konferensi Pers Indonesia Internasional Book Fair, di Jakarta (2/9/2019).

Rosidayati juga mengatakan nantinya para professional penerbitan, melalui IPP, diarahkan untuk hadir di Indonesia dan membeli copyright buku-buku Indonesia. “Saat ini ada sebanyak 150 aplikasi dari 25 negara masuk ke meja panitia dan bersaing dalam proses seleksi untuk mendapatkan tiket pesawat, akomodasi selama di Indonesia, dan kepesertaan di IIBF,” katanya.

Dalam IIBF ini, Rosidayati mengungkapkan bagi partisipan domestik, acara ini menjadi ajang gerbang masuk menuju pasar global. Sementara untuk partisipan asing, IIBF adalah gerbang memasuki pasar raksasa Asia Tenggara. “Ikapi berharap pameran ini menjadi ajang yang luas bagi industry kreatif, bukan sekadar “book fair” melainkan “a book affair”. Saatnya Indonesia menyelenggarakan pameran buku dunia. Jangan hanya jadi tamu yang mempesona di negara lain, tapi juga memiliki acara sendiri,” tegasnya.

Sebagai penyelenggara, kata Rosidayati, Ikapi berkomitmen untuk terus mengembangkan IIBF, melakukan berbagai inovasi agar kehadirannya dapat mengikuti perkembangan zaman. “IIBF kini tidak lagi hanya menjadi ajang jual-beli buku dan hak cipta buku dari industry penerbitan, melainkan juga menjadi ajang promosi dan penjualan intellectual property (IP) produk non buku dari industry kreatif lainnya,” ujarnya.

Rosidayati menceritakan tahun lalu, pada IIBF 2018, jumlah buku Indonesia yang terjual untuk diterjemahkan ke dalam bahasa asing sebanyak 26 judul. Selain itu, terdapat 105 judul lainnya yang diminati dan proses transaksi berjalan setelah acara IIBF berlangsung. “Negara pembeli dan peminat right buku-buku Indonesia pada saat itu adalah Singapura, Malaysia, Inggris, Turki, Srilangka, Jepang, Maroko, China, Taiwan, Belanda, dan Korea Selatan. Sementara, peminat yang datang tahun ini berasal dari Albania, Australia, Mesir, AS, Iran, Turki, Jamaika, China, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Pakistan, Korea Selatan, dan Jerman,” ungkapnya.

Ikapi, kata Rosidayati juga tetap berupaya agar manfaat tradisional pameran buku sebagai ajang promosi literasi dan penjualan buku tetap dapat dinikmati oleh pengunjung, termasuk dengan menyediakan buku murah sesuai amanat UU No. 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan. “Untuk mewujudkan amanat tersebut dan mengakomodasi keinginan anggota Ikapi, sejak tahun lalu di IIBF dibuat area khusus untuk penjualan buku dengan diskon tinggi yang dinamakan Zona Kalap.”

Sementara itu, Ketua Panitia IIBF 2019 Djadja Subagdja mengatakan kehadiran peserta manca negara adalah wujud dari pemikiran bahwa sekarang adalah saat yang tepat untuk menjadi tuan rumah yang menarik untuk dikunjungi. “Pemikiran ini muncul setelah kita menjadi tamu yang memesona dalam beberapa pameran buku internasional di Frankfurt, London, Singapura, dan Kuala Lumpur,” katanya.

Di sisi lain, ungkap Djaja, panitia juga menjalankan amanat Renstra Ikapi untuk menghadirkan perhelatan yang menjadi sarana promosi dan komunikasi para penerbit dalam negeri. Ikapi juga tidak boleh lelah melaksanakan kegiatan-kegiatan yang mengedukasi masyarakat untuk mencintai buku. “IIBF 2019 tetap menjadi pameran yang mengakomodasi kepentingan bisnis B2B dan B2C para penerbit. Istilah B2B merujuk pada kegiatan business to business atau transaksi sesama penerbit, sedangkan B2C mengarah kepada business to costumer atau antara penerbit dan pembaca,” jelasnya.

Menurut Djadja, kedua kepentingan tersebut sama-sama memiliki nilai luhur bagi perkembangan penerbitan buku. Ikapi sadar bahwa masyarakat berharap IIBF tetap menjadi tempat berinteraksi dengan dunia perbukuan, baik sekadar belanja buku maupun ingin lebih mengenal para penulis yang selalu dihadirkan di IIBF.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1185 seconds (0.1#10.140)