Lewat Pendekatan Budaya dan Ekonomi, Mega Berharap Korea Bisa Berdamai
A
A
A
SEOUL - Presiden RI kelima, Megawati Soekarnoputri menaruh harapan besar terhadap perdamaian dua Korea. Ia menyarankan perdamaian yang kuat bisa dilakukan bukan saja dengan pendekatan politik, melainkan pendekatan budaya dan ekonomi.
Hal itu disampaikan oleh Megawati menjawab pertanyaan wartawan soal persiapan dirinya sebagai salah satu pembicara Forum DMZ International Forum on the Peace Economy yang dilaksanakan di Korsel.
Kata Megawati, selain diundang Korsel, dirinya juga diundang Korea Utara untuk diskusi mengenai isu yang sama. "Sebetulnya saya juga ada undangan ke Korut, tapi saya sedang menunggu, mencari waktu yang baik," ujar Megawati di Seoul, Rabu (28/8/2019) malam.
Yang jelas, Megawati menyatakan dirinya bersedia bicara di forum DMZ itu karena merasa bahwa perdamaian antara dua Korea adalah kebutuhan untuk menegakkan perdamaian dunia. Sebab seperti diketahui saat ini, selain di Korea sendiri, di Eropa juga ada isu menyangkut Brexit.
"Jadi memang saya kira inilah dinamikanya yang disebut sebagai globalisasi," imbuhnya.
Menyangkut isu Korea, Megawati mengingatkan akan permintaan Presiden Korea Selatan dahulu Kim Dae Jung, penerima nobel perdamaian yang selalu mendorong proses penyatuan Korea. Dan Megawati menjadi semacam special envoy untuk komunikasi antara Presiden Kim dengan counterpartnya di Korut saat itu, Kim Jong Il yang kini digantikan putranya Kim Jong Un.
"Jadi saya paling tidak sedang mengikuti keinginan-keinginan dari kedua belah pihak. Dan saya menawarkan Pancasila untuk bisa dipergunakan sebagai landasan mempercepat proses yang sudah terjadi," jelas Megawati.
Bagi Megawati, situasi saat ini lebih mendukung dimana Presiden AS Donald Trump sudah dua kali bertemu dengan Korut dan Korsel. Megawati mengingatkan, saat ini memang diperlukan bukan hanya sekedar pertemuan politik diantara kedua Korea.
"Kita bisa mempertemukannya melalui kebudayaan, lalu dari sisi ekonomi, dan sebagainya," ungkap Perempuan yang juga Ketua Umum DPP PDIP itu.
Sebagaimana diketahui, Megawati di Seoul dalam rangka mengikuti DMZ International Forum on the Peace Economy yang digelar 28-29 Agustus. Megawati di Korsel didampingi antara lain menantu Nancy Prananda, cucunya Diah Lupita Jasmina Srita dan Ketua DPP PDIP Rokhmin Dahuri.
Di forum itu, Megawati akan menjadi salah satu pembicara utama bersama mantan Kanselir Jerman Gerhard Schroder, mantan PM Jepang Yukio Hatoyama, Presiden pertama Mongolia Punsalmaagiin Ochirbat, serta beberapa tokoh penting lainnya dari Rusia, AS, dan Norwegia.
Setelah sambutan Perdana Menteri Korsel Lee Nak-yon, Megawati akan menjadi pembicara pertama yang menyampaikan pandangannya di forum itu, Kamis (29/8) pagi waktu setempat.
Hal itu disampaikan oleh Megawati menjawab pertanyaan wartawan soal persiapan dirinya sebagai salah satu pembicara Forum DMZ International Forum on the Peace Economy yang dilaksanakan di Korsel.
Kata Megawati, selain diundang Korsel, dirinya juga diundang Korea Utara untuk diskusi mengenai isu yang sama. "Sebetulnya saya juga ada undangan ke Korut, tapi saya sedang menunggu, mencari waktu yang baik," ujar Megawati di Seoul, Rabu (28/8/2019) malam.
Yang jelas, Megawati menyatakan dirinya bersedia bicara di forum DMZ itu karena merasa bahwa perdamaian antara dua Korea adalah kebutuhan untuk menegakkan perdamaian dunia. Sebab seperti diketahui saat ini, selain di Korea sendiri, di Eropa juga ada isu menyangkut Brexit.
"Jadi memang saya kira inilah dinamikanya yang disebut sebagai globalisasi," imbuhnya.
Menyangkut isu Korea, Megawati mengingatkan akan permintaan Presiden Korea Selatan dahulu Kim Dae Jung, penerima nobel perdamaian yang selalu mendorong proses penyatuan Korea. Dan Megawati menjadi semacam special envoy untuk komunikasi antara Presiden Kim dengan counterpartnya di Korut saat itu, Kim Jong Il yang kini digantikan putranya Kim Jong Un.
"Jadi saya paling tidak sedang mengikuti keinginan-keinginan dari kedua belah pihak. Dan saya menawarkan Pancasila untuk bisa dipergunakan sebagai landasan mempercepat proses yang sudah terjadi," jelas Megawati.
Bagi Megawati, situasi saat ini lebih mendukung dimana Presiden AS Donald Trump sudah dua kali bertemu dengan Korut dan Korsel. Megawati mengingatkan, saat ini memang diperlukan bukan hanya sekedar pertemuan politik diantara kedua Korea.
"Kita bisa mempertemukannya melalui kebudayaan, lalu dari sisi ekonomi, dan sebagainya," ungkap Perempuan yang juga Ketua Umum DPP PDIP itu.
Sebagaimana diketahui, Megawati di Seoul dalam rangka mengikuti DMZ International Forum on the Peace Economy yang digelar 28-29 Agustus. Megawati di Korsel didampingi antara lain menantu Nancy Prananda, cucunya Diah Lupita Jasmina Srita dan Ketua DPP PDIP Rokhmin Dahuri.
Di forum itu, Megawati akan menjadi salah satu pembicara utama bersama mantan Kanselir Jerman Gerhard Schroder, mantan PM Jepang Yukio Hatoyama, Presiden pertama Mongolia Punsalmaagiin Ochirbat, serta beberapa tokoh penting lainnya dari Rusia, AS, dan Norwegia.
Setelah sambutan Perdana Menteri Korsel Lee Nak-yon, Megawati akan menjadi pembicara pertama yang menyampaikan pandangannya di forum itu, Kamis (29/8) pagi waktu setempat.
(kri)