Pidato di Korsel, Megawati Terisak Kenang Pesan Bung Karno
A
A
A
JAKARTA - Demilitarized (DMZ) International Forum on the Peace Economy di Seoul, Korea Selatan menjadi momentum bagi Presiden kelima Indonesia, Megawati Soekarnoputri untuk mengenang kembali pesan yang disampaikan Presiden pertama, Soekarno tentang perdamaian di Korea.
Putri Proklamator itu sempat menangis saat menyampaikan pesan dari Bung Karno. Megawati juga membeberkan sejarah panjang Indonesia dalam proses perdamaian Korea Selatan dan Korea Utara. Megawati kemudian mendorong musyawarah mufakat untuk perdamaian dua Korea itu.
Dia menjelaskan, 63 tahun lalu, tepatnya tahun 1965 ada satu peristiwa bersejarah yang tidak pernah hilang dari hati dan ingatannya. Saat itu di Jakarta, pemimpin Korea Utara Kim Il-sung bertemu dengan pemimpin Indonesia, Soekarno.
Sebagai putri Bung Karno, Megawati menegaskan selalu berupaya membantu dalam perjuangan menyatukan Korea di Semenanjung Korea. Dia mengutip pesan Soekarno saat itu kepadanya.
"Berdirilah tidak untuk memilih Korea Selatan atau Korea Utara. Pilihlah jalan perdamaian. Pegang teguh ideologi Pancasila yang akan menuntunmu ke jalan perdamaian," kata Megawati dengan suara perlahan karena tampak berusaha menahan tangis, Kamis 28 Agustus 2019.
"Jalan ini akan mempertemukanmu dengan pemimpin dan rakyat kedua negara, yang sama-sama berjuang untuk perdamaian dan kedaulatan Korea. Dan memang itulah yang terjadi hingga saat sekarang," tambah Megawati mengenang pesan Soekarno.
Saat menjabat sebagai Presiden Indonesia, dirinya bertemu pemimpin Korsel saat itu, Presiden Kim Dae Jung yang secara tidak resmi meminta Megawati menjadi special envoy Korea Selatan untuk Korea Utara. Masa itu adalah dalam Pemerintahan Kim Jong-il di Korea Utara.
Ketika itu Megawati sering berkunjung ke Korea Selatan maupun ke Korea Utara. "Kepada Yang Mulia Kim Jong-il, saya berusaha meyakinkan beliau bahwa sudah tiba waktunya untuk berusaha menyatukan dua Korea menjadi Korea," kata Megawati.
Seingat Megawati, Kim Dae-jung sudah mendatangi Korea Utara. Sedangkan Kim Jong-il hingga wafat belum mendatangi Korea Selatan. Setelah itu, sayangnya ada jeda yang cukup lama, beberapa pergantian kepemimpinan terjadi.
"Baru setelah Yang Mulia Presiden Moon Jae-in, hubungan ini terbentuk kembali. Maksud saya menceritakan sepenggal sejarah yang cukup rumit ini adalah sampai kapan kedua negara ini akhirnya terwujud menjadi sebuah negara Korea yang bersatu," ujar Megawati.
Putri Proklamator itu sempat menangis saat menyampaikan pesan dari Bung Karno. Megawati juga membeberkan sejarah panjang Indonesia dalam proses perdamaian Korea Selatan dan Korea Utara. Megawati kemudian mendorong musyawarah mufakat untuk perdamaian dua Korea itu.
Dia menjelaskan, 63 tahun lalu, tepatnya tahun 1965 ada satu peristiwa bersejarah yang tidak pernah hilang dari hati dan ingatannya. Saat itu di Jakarta, pemimpin Korea Utara Kim Il-sung bertemu dengan pemimpin Indonesia, Soekarno.
Sebagai putri Bung Karno, Megawati menegaskan selalu berupaya membantu dalam perjuangan menyatukan Korea di Semenanjung Korea. Dia mengutip pesan Soekarno saat itu kepadanya.
"Berdirilah tidak untuk memilih Korea Selatan atau Korea Utara. Pilihlah jalan perdamaian. Pegang teguh ideologi Pancasila yang akan menuntunmu ke jalan perdamaian," kata Megawati dengan suara perlahan karena tampak berusaha menahan tangis, Kamis 28 Agustus 2019.
"Jalan ini akan mempertemukanmu dengan pemimpin dan rakyat kedua negara, yang sama-sama berjuang untuk perdamaian dan kedaulatan Korea. Dan memang itulah yang terjadi hingga saat sekarang," tambah Megawati mengenang pesan Soekarno.
Saat menjabat sebagai Presiden Indonesia, dirinya bertemu pemimpin Korsel saat itu, Presiden Kim Dae Jung yang secara tidak resmi meminta Megawati menjadi special envoy Korea Selatan untuk Korea Utara. Masa itu adalah dalam Pemerintahan Kim Jong-il di Korea Utara.
Ketika itu Megawati sering berkunjung ke Korea Selatan maupun ke Korea Utara. "Kepada Yang Mulia Kim Jong-il, saya berusaha meyakinkan beliau bahwa sudah tiba waktunya untuk berusaha menyatukan dua Korea menjadi Korea," kata Megawati.
Seingat Megawati, Kim Dae-jung sudah mendatangi Korea Utara. Sedangkan Kim Jong-il hingga wafat belum mendatangi Korea Selatan. Setelah itu, sayangnya ada jeda yang cukup lama, beberapa pergantian kepemimpinan terjadi.
"Baru setelah Yang Mulia Presiden Moon Jae-in, hubungan ini terbentuk kembali. Maksud saya menceritakan sepenggal sejarah yang cukup rumit ini adalah sampai kapan kedua negara ini akhirnya terwujud menjadi sebuah negara Korea yang bersatu," ujar Megawati.
(dam)