Lempar Jumrah Bisa Diwakilkan untuk Jamaah Lansia dan Sakit

Selasa, 13 Agustus 2019 - 09:06 WIB
Lempar Jumrah Bisa Diwakilkan...
Lempar Jumrah Bisa Diwakilkan untuk Jamaah Lansia dan Sakit
A A A
MEKKAH - Prosesi puncak haji di Arafah, Mina, dan Muzdalifah (Armuzna) memang banyak menguras tenaga jamaah haji. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) pun menyarankan mereka yang berusia lanjut dan sedang sakit untuk mewakilkan prosesi lempar jumrah.

Para jamaah haji harus menjalankan prosesi lempar jumrah sebanyak tiga kali dalam waktu berbeda. Selama menjalankan prosesi tersebut, jamaah juga harus mabit (menginap) di Mina. Kondisi ini membutuhkan kondisi fisik dan mental prima. Apalagi letak tenda jamaah haji Indonesia dengan lokasi Jamarat (tempat melempar jumrah) relatif cukup jauh. Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eka Jusuf Singka mengatakan, suhu panas dan jarak tempuh yang cukup jauh membuat jamaah haji mudah dehidrasi dan kelelahan. Kondisi itu membuat penyakit bawaan seperti jantung atau paru-paru muncul lagi.

”Kita minta kepada jamaah haji yang tua dan sakit agar dibadalkan. Masih banyak yang muda dan kuat yang bisa membadalkan jamaah haji dalam keadaan sakit,” kata Eka kemarin. Bagi yang melakukan perjalanan ke Jamarat untuk melempar jumrah, Eka juga meminta untuk selalu membawa air minum yang cukup, semprotan, dan memakai payung. Jarak antara tenda jamaah haji Indonesia dan Jamarat cukup jauh, antara 2,5-3 kilometer. Apalagi, jamaah yang berada di wilayah Mina Jadid, jaraknya lebih jauh lagi atau sekitar 7 kilometer. Cuaca di Mekkah juga cukup panas ketika siang hari, antara 37-40 derajat Celsius sehingga mudah bagi ja maah kehilangan cairan tubuh, yang akhirnya mengalami dehi drasi.

Sebenarnya cuaca di Mekkah pada puncak haji tahun ini relatif tidak terlalu panas. Bahkan hujan turun membasahi Aradah saat wukuf, Sabtu (10 / - 8/2019). Kemarin sekitar pu kul 15.30 waktu Arab Saudi (WAS) hujan juga kembali turun meng guyur wilayah Mina dan seki tarnya. Hujan turun cukup besar sehingga sempat menimbulkan genangan di jalanan. Meski hujan terus turun, Eka meminta jamaah untuk tetap disiplin dalam menjalani masa lempar jumrah hingga Rabu, 14 Agustus besok.

”Kita enggak tahu kapan hujan kapan panas, jamaah harus memakai payung, semprotan, dan minum. Gerakan minum air bersama harus terus dilakukan,” katanya. Menteri Agama (Menag) se ka ligus Amirul Hajj Lukman Hakim Saifuddin mengingatkan kepada jamaah untuk selalu bersama rombongan saat bepergian menuju dan dari Jamarat. Jangan sampai terpisah dari kelompoknya karena arus manusia dari maktab ke Jamarat sangat banyak. ”Dalam titik-titik tertentu ada per simpangan jalan yang kalau kemudian terpisah ada kemungkinan bisa kesasar. Karena itu, harus selalu dalam regu, dalam rombongannya masing-masing,” kata Menag.

Menag menegaskan bahwa melempar jumrah bisa dibadalkan atau diwakilkan oleh jamaah lainnya sehingga bagi yang sudah lanjut usia sebaiknya tidak memaksakan diri untuk pergi ke Jamarat. ”Karena ke Jamarat itu bisa diwakilkan kepada yang lain,” katanya. Anjuran membadalkan lempar jumrah ini kembali disampaikan karena banyak jamaah haji Indonesia yang bertumbangan seusai menunaikan lontar jumrah Aqabah, Minggu (11/8/2019) siang hingga malam. Jamaah tumbang rata-rata setelah lempar jumrah di Jamarat atau ketika di tengah jalan. Keluhannya dari kaki pegal-pegal, kehabisan tenaga untuk berjalan, hingga sesak napas.

Seperti yang dialami Mujinah dan Haryati, jamaah haji asal Kota Yogyakarta. Keduanya mengalami kaki pegal-pegal dan harus mendapat perawatan ringan di Pos 1 Mina-Jamarat. ”Kecapekan, kakinya pegel ,” kata Mujinah saat dipijat oleh petugas yang berjaga di Pos 1. Dia dan Haryati pergi melempar jumrah bersama rombongan kloter 21 embarkasi Solo (SOC). Namun, saat pulang, keduanya ketinggalan karena berjalan pelan-pelan. ”Ketinggalan sama rombongan, sudah tua enggak bisa cepetcepet jalannya,” tutur Haryati.

Selain dua lansia itu, Pos 1 Jamarat-Mina juga sedang mem berikan perawatan ke jamaah lain. Dia diantarkan ke Pos 1 dalam keadaan sesak napas dan kelelahan. Petugas pun langsung memberikan pertolongan pertama termasuk menginfusnya.

”Jamaah ini dehidrasi dan kecapekan,” kata Penanggung Jawab Pos 1 Jamarat-Mina, dokter Tontowi Jauhari. Sementara itu, Juru Bicara Pos Kesehatan Mina, Nila Gading mengatakan, cukup banyak jamaah haji yang dirawat di posko Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mina.

Setidaknya tercatat sebanyak 182 orang dirawat dan 21 diantaranya harus dirujuk ke rumah sakit. ”Jamaah haji sakit dirujuk ke Rumah Sakit Mina Al Wadi. Sementara yang masih dalam perawatan KKHI yang berlokasi di Maktab 50 sebanyak enam orang. Sisanya diperbolehkan pulang ke maktab karena dinilai membaik,” katanya.

Menurutnya, dehidrasi hingga heatstroke jadi penyebab terbanyak jamaah asal Indonesia harus dirawat di KKHI di Mina. Bahkan tercatat enam orang meninggal dunia hingga Minggu (11/8/2019), pada fase Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Adapun total jamaah yang meninggal dunia di Tanah Suci hingga saat ini mencapai 116 orang. Sebagian besar yang meninggal dunia adalah jamaah usia tua antara 60-90 tahun. Mereka rata-rata mengalami serangan jantung, stroke , atau gangguan pernapasan. Seorang haji juga dilaporkan meninggal dunia di dalam terowongan Muasim di Mina.

Berdasarkan sertifikat kematian, penyebab kematian jamaah berusia 72 tahun asal Bandung itu adalah shock kardiogenik atau terganggunya kinerja jantung sehingga pasokan darah tidak mencukupi. (Abdul Malik Mubarak)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1654 seconds (0.1#10.140)