Mbah Moen Kerap Bersenandung Kasidah Khadijah Kubro

Sabtu, 10 Agustus 2019 - 08:58 WIB
Mbah Moen Kerap Bersenandung Kasidah Khadijah Kubro
Mbah Moen Kerap Bersenandung Kasidah Khadijah Kubro
A A A
Kesedihan masih tertinggal di raut wajah Taj Yasin Maimoen. Sesekali matanya terlihat berkaca-kaca ketika mengenang ayahnya, KH Maimoen Zubair, yang baru saja wafat di Kota Mekkah, Arab Saudi, saat berhaji. Banyak kenangan yang masih terekam jelas di benak Gus Yasin, sapaan akrab Taj Yasin Maimoen. Salah satunya tentang kebiasaan ayahnya dalam beberapa waktu terakhir yang kerap mendengarkan dan melantunkan kasidah Sayyidah Khadijah Kubro.

”Beliau selalu menitikkan air mata ketika membaca itu (mendengar/melantunkan kasidah Sayyidah Khadijah Kubro),” tutur Gus Yasin kepada tim Media Center Haji (MCH) di kantor Daerah Kerja (Daker) Mekkah, Kamis (8/8) malam waktu Arab Saudi (WAS). Keluarga tidak pernah berpikiran jauh melihat kebiasaan Mbah Moen tersebut. Semua mengira bahwa Pengasuh Pondok Al Anwar Sarang, Kabupaten Rembang, tersebut memang sedang ingin mendengarkan/melantunkan saja kasidah itu.

Namun, kini baru diketahui kebiasaan itu ternyata mengandung sebuah tanda. Mbah Moen wafat dan dimakamkan di lokasi yang sama dengan Kha di jah, istri Nabi Muhammad SAW, di Pemakaman Ma’la, Kota Mekkah. ”Artinya, ada keinginan beliau dekat dengan Sayyidah Khadijah,” tutur Wakil Gubernur Jawa Tengah ini.

Hal lain yang menjadi tanda adalah Mbah Moen kerap bertanya tentang amal an seorang ulama yang meninggal dunia di Mekkah atau Madinah. Amalan apa yang bisa membuat seseorang wafat di dua Tanah Haram itu. ”Artinya, ini adalah keinginan beliau. Maka dari analisis kita, (mempertimbangkan) isyarah seperti itu, kita putuskan untuk tetap dimakamkan di Ma’la,” kata Gus Yasin.

Selain mendengarkan/melantunkan kasidah Sayyidah Khadijah, dalam beberapa waktu terakhir Mbah Moen juga kerap berbicara tentang imam. Menurut dia, imam itu bermacam-macam, ada imam salat, imam keluarga, dan imam di pemerintahan. ”Maka kalau sudah ada imamnya, kita harus ikut semuanya, itu pesan beliau,” ungkap Taj Yasin. Pesan ini juga kerap disampaikan Mbah Moen ketika bertemu tokoh-tokoh nasional.

Mbah Moen berharap Indonesia bisa bersatu, damai, dan menjadi negara panutan bagi dunia. ”Di sinilah tugas kita bersama, ini yang harus kita ciptakan,” katanya. Atas dasar pesan itu, Gus Yasin bersama keluarga mengaku telah bertemu dengan Habib Rizieq untuk bersilaturahmi.

Ini merupakan bagian dari merajut persatuan antarsesama bangsa Indonesia. Karena sebelumnya ramai di media sosial memperdebatkan siapa yang memimpin doa pemakaman Mbah Moen. ”Tadi (ngobrol) berkisar hanya tentang pemakaman, kewalian Kiai Maimoen, siapa pun mendoakan, itu aja yang dibicarakan, nggak ada lagi,” katanya.

Karena itu, Gus Yasin berharap semua pihak bersatu demi kemajuan Indonesia. Tidak perlu berdebat lagi, termasuk terkait siapa yang memimpin doa saat pemakaman Mbah Moen. ”Kalau mau berdoa ya berdoa saja, tidak usah dikasih embelembel ini itu. Mbah Moen milik kita semua,” ujarnya.

Kesedihan mendalam juga dirasakan Nyai Heni Maryam, istri Mbah Moen. Mata Bu Nyai, tampak sembap saat berkesempatan berziarah di kompleks pemakaman Ma’la, tempat peristirahatan Mbah Moen. Dari bibir Bu Nyai terus terdengar zikir lirih. Matanya terus melihat dari kejauhan titik makam Mbah Moen karena aturan Arab Saudi melarang perempuan masuk lokasi makam. Sesekali, dengan ujung jilbabnya dia tampak mengusap matanya.

”Bu Nyai mendampingi almarhum sejak pukul 03.00 pagi tadi, waktu Kiai dibawa ke RS,” ujar dokter yang selalu berada di samping Bu Nyai. ”Pukul 04.00 pagi, saat kami menunggu di luar ruang rawat almarhum, tiba-tiba hujan di Kota Mekkah. Kami semua gak tahu kok ya menangis semua. Bu Nyai juga. Mbah Kiai kepundut pukul 04.17,” imbuhnya. (Abdul Malik Mubarak)
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5360 seconds (0.1#10.140)