Tapak Tilas Perjalanan Rasulullah Mendapatkan Wahyu Pertama

Kamis, 08 Agustus 2019 - 08:08 WIB
Tapak Tilas Perjalanan...
Tapak Tilas Perjalanan Rasulullah Mendapatkan Wahyu Pertama
A A A
MEKKAH - Tekad, keberanian, dan fisik yang tangguh menjadi modal utama untuk sampai ke Gua Hira. Lokasinya berada di atas gunung dengan jalur daki terjal dan curam, menunjukkan betapa sulitnya perjalanan Nabi Muhammad SAW ketika mendapatkan wahyu pertamanya. Gua Hira berada di Jabal Nur atau jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti Gunung Cahaya.

Letaknya sekitar 4 kilometer arah timur laut Masjidilharam, tepatnya di jalur Jalan Thaif (Sael). Hanya butuh sekitar 15 menit perjalanan menggunakan mobil dari tempat kami menginap di wilayah Syisyah. Sayang, mobil yang kami tumpangi gagal naik di tanjakan terakhir sebelum sampai di batas kampung dan pendakian gunung. Akhirnya kami bertujuh putuskan turun dari mobil dan mulai berjalan kaki pelan-pelan melewati tanjakan yang kemiringannya sekitar 45 derajat.

Kami keluar dari hotel menuju Jabal Nur usai salat subuh, sehingga cuaca masih bersahabat. Angin yang berhembus terasa dingin di kulit. Meski begitu, tanjakan terakhir di batas perkampungan tersebut cukup menguras tenaga kami. Napas mulai ngos-ngosan. Kami terpaksa berhenti beberapa kali untuk mengatur napas. Sesampai di jalur pendakian, satu anggota rombongan memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan.

Napasnya sudah tidak beraturan, degup jantungnya berdetak cepat. Tinggal kami berenam meneruskan niat ke Gua Hira. Tinggi Jabal Nur tercatat hanya sekitar 640 meter. Namun untuk mendakinya ternyata tidak mudah. Jalurnya terjal dan curam. Di sejumlah titik, tingkat kemiringannya lebih dari 45 derajat. Para peziarah harus berhati-hati serta mampu mengelola napas dan tanaganya untuk sampai ke puncak.

Tak kurang dari 20 kali kami berhenti sejenak untuk mengumpulkan tenaga sambil menikmati gemerlap cahaya di Kota Mekkah. Sepanjang jalan mendaki, banyak ditemukan pengemis. Hampir di setiap sudut tikungan tangga ada yang meminta-minta sedekah. Di titik pemberhentian juga ada penjual minuman dan suvenir khas seperti tasbih dan cicin batu akik.

Sesampai puncak Jabal Nur, ternyata kami belum menemukan Gua Hira. Gua itu berada sekitar 40 meter di bawah puncak sisi lainnya. Kami dan para peziarah lain harus menuruni anak tangga lagi. Tapi itu pun belum sampai ke Gua Hira. Kami harus masuk melalui celah bebatuan untuk sampai di tempat Nabi Muhammad SAW pertama kali mendapatkan wahyu.

Setelah berusaha keras kami dan peziarah lain akhirnya kami bisa melewati celah sempit itu. "Alhamdulillah sudah sampai di Gua Hira," kata jamaah haji asal Kloter 3 Embarkasi Ujung Pandang (UPG) yang mengaku bernama Nur, kemarin. Nur yang usianya sekitar 50 tahun mendaki bersama 9 jamaah haji asal Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Dia mengaku telah berniat naik ke Gua Hira sejak dari kampung halaman. Dia ingin melaksanakan salat sunah dan berdoa di tempat ini. Gua Hira tidak seperti kebanyakan. Gua ini dangkal. Lebarnya sekitar satu hasta (50 cm) dengan kedalaman 2 meter dan tinggi sekitar 190 cm. Hanya bisa muat 1 orang untuk salat. Banyak orang yang antre salat di tempat ini.

Tak mau menunggu lama Nur dan rekan-rekannya naik ke atas Gua Hira dan melaksanakan salat sunah dua rekaat dan berdoa. Kompleks Masjidilharam terlihat jelas posisinya yang ditandai dengan Tower Zamzam, sehingga memudahkan Nur menentukan arah kiblat.

Hal yang perlu diwaspadai saat di Gua Hira adalah monyet babon yang banyak berkeliaran di gunung ini. Hewan primata ini tak segan-segan merebut tas atai barang bawaan peziarah dan mencari makanan di dalamnya. Kami melihat peziarah asal Afrika terluka tangannya digigit monyet babon. Dia berusaha menyelamatkan tas temannya yang direbut oleh babon.

Petugas Lembaga Amar Maruf Nahi Mungkar Pemerintah Arab Saudi, Hasan meminta jamaah untuk berhati-hati ketika mendaki Gua Hira. Dia mengingatkan jamaah haji bahwa Gua Hira bukanlah tempat yang disucikan. Dalam riwayatnya, Nabi Muhammad tidak pernh kembali ke Gua Hira setelah turunnya wahyu.

Bahkan setelah pembebasan Mekkah, Rasulullah dan para sahabat juga tidak lagi mengunjunginya. "Jamaah haji diharapkan berhati-hati agar tidak tergelincir pada perbuatan yang tidak disyariatkan," katanya. (Abdul Malik Mubarok)
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0839 seconds (0.1#10.140)