Berpulangnya Kiai Nasionalis dan Pengayom Bangsa

Rabu, 07 Agustus 2019 - 09:33 WIB
Berpulangnya Kiai Nasionalis...
Berpulangnya Kiai Nasionalis dan Pengayom Bangsa
A A A
MEKKAH - Indonesia kehilangan besar atas wafatnya KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen saat menjalankan ibadah haji di Mekkah, Arab Saudi, kemarin. Tak hanya kiai tersohor paling sepuh terakhir yang dimiliki bangsa ini, Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar, Sarang, Kabupaten Rembang tersebut juga selama ini menjadi anutan sekaligus pelindung beragam kalangan di Indonesia.

Jiwa nasionalis dan persaudaraannya sangat mengakar kuat hingga akhir hayat. Tak pelak, kepulang annya sangat menyisakan kesedihan mendalam bagi masyarakat. Mbah Moen selama ini dikenal menjadi perajut kedamaian. Kelemahlembutan dan ketulusannya membuat orang merasa tenang di dekatnya. Komitmen kuat kebangsaan Mbah Moen itu antara lain diungkapkan Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin saat menyampaikan sambutan pelepasan jenazah di Kantor Daerah Kerja (Daker) Mekkah kemarin.

Mbah Moen, menurut Menag, adalah sosok ulama yang sangat cinta Tanah Air. Nilai-nilai kebangsaan yang diajarkannya menunjukkan bahwa almarhum sangat berharap agar seluruh masyarakat Indonesia mengedepankan persatuan di tengah kemajemukan dan keberagaman. Mbah Moen jelas mengajarkan untuk tidak memisahkan amaliyah (tindakan) keagamaan dengan kecintaan kepada bangsa dan negara.

“Saya ingin mengingatkan diri saya dan kita semua, agar senantiasa mampu menjaga dan memelihara serta merawat apa yang selama ini beliau pesankan,” ujar Menag. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan rasa dukacita mendalam atas meninggalnya ulama karismatik Indonesia ini.

Bagi Jokowi, ulama yang lahir di Rembang, 28 Oktober 1928 ini adalah tokoh agama yang selalu menjadi rujukan bagi umat Islam, terutama dalam hal fikih. “Dan, beliau juga sangat gigih dalam menyampaikan masalah NKRI harga mati,” katanya. Jokowi menceritakan, saat terakhir berkunjung ke kediaman Mbah Moen, dia pernah diajak masuk ke kamarnya.

“Dan terakhir waktu itu saya dengan Mbah Maimoen juga salat jamaah magrib di kamarnya beliau, yang mana beliau mengimami sendiri,” kenangnya. Pandangan serupa juga disampaikan Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) A Helmy Faishal Zaini.

Helmy menilai Mbah Moen merupakan sosok yang gigih dalam memperjuangkan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan. Salah satu upaya penting yang dilakukannya adalah menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan sebuah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT atas perjuangan yang penuh dengan kesungguhan dan menghapuskan penjajahan.

“Semoga jejak keteladanan yang diwariskan oleh KH Maimoen Zubair bisa kita serap sebagai pelajaran untuk menghadapi tantangan zaman di masa yang akan datang,” harapnya. Atas meninggalnya ulama besar NU ini, PBNU juga mengajak seluruh warga nahdliyin untuk bersama-sama melaksanakan salat gaib dan membacakan tahlil.

Duka mendalam juga dirasakan umat beragama lain. Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) mengungkapkan bahwa Mbah Moen adalah sosok kiai yang patut menjadi teladan bagi ulama dan tokoh agama di Indonesia. “Dari ragam hiruk-piruk kontestasi politik dan agama, beliau selalu hadir dengan keteduhan. Tidak hanya umat Islam yang kehilangan, tapi seluruh bangsa Indonesia,” ungkapnya.

Pengurus Daerah Pemuda Katolik Jawa Timur juga menyampaikan duka mendalam atas kepergian Mbah Moen. Ketua Pemuda Katolik Jawa Timur Agatha Retnosari menilai sosok Mbah Moen dikenal sebagai ulama yang selalu dinantikan pencerahannya oleh banyak orang.

Nasihat dan petuahnya selalu menyejukkan ketika terjadi masalah besar atau isu yang sedang menjadi bahasan banyak orang. “Pemuda Katolik Jatim mengenang beliau sebagai pribadi yang tegas, namun penuh kasih kepada sesama,” kata Agatha.

Menurutnya, kasih sayang terkadang merontokkan ketegasan, rendah hati sering kali berseberangan dengan ketegasan. Namun dalam pribadi Mbah Moen, semua itu tersinergi secara padan dan seimbang. “Kita semua patut meniru, bagaimana kerasnya kehidupan pesisir tidak membuat sikapnya beliau ikut mengeras. Beliau adalah gambaran dari pribadi yang santun dan matang,” imbuhnya.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qaumas juga menilai Mbah Moen adalah sosok yang istimewa. Bahkan saat bersilaturahmi ke kediamannya belum lama ini, Mbah Maimoen mengijazahkan lagu Syubbanul Wathan. Lagu karangan Wahab Hasbulah berisi semangat mencintai Tanah Air ini populer di kalangan warga NU.

Dalam pandangan Sekretaris Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Noor Achmad, sebagai ulama besar, kiprah Mbah Moen tak hanya diakui di tingkat nasional, tetapi juga sudah merambah ke internasional. “Beliau juga melahirkan santri-santri yang hebat dan telah menjadi kiai di pesantren yang tersebar di Nusantara,” terangnya.

Selain sosok nasionalis, di mata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, sosok Mbah Moen merupakan tokoh ulama yang rendah hati dan penyayang. Meskipun beliau kiai sepuh, beliau tidak pernah menganggap orang lain lebih rendah darinya. “Tidak pernah saya melihat ada pikiran-pikiran atau ucapan buruk yang disampaikan Mbah Moen,” ucapnya.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil juga meyakini Mbah Moen adalah ulama yang bisa diterima semua pihak. Bukti bahwa Mbah Moen ulama besar karismatik, lanjut Emil, yakni ketika semua pihak meminta nasihatnya saat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. “Kita lihat karismanya, semua pihak di pilpres mendapatkan nasihatnya,” katanya.

Ingin Wafat di Mekkah

Wafatnya Mbah Moen di Mekkah kemarin seolah menjadi balasan atas doa-doanya selama ini. Keinginan Mbah Moen itu juga telah diketahui sejumlah kalangan beberapa waktu terakhir ini. Santri yang selalu mendampinginya di Tanah Suci, Labib Sodik Suhaemi, juga mengungkapkan bahwa wafatnya Mbah Moen telah sesuai dengan keinginannya.

Mbah Moen pernah menyampaikan kepada salah satu santri bahwa dia ingin meninggal dunia Selasa saat haji di Kota Mekkah. “Mbah Moen pernah ngendiko (berbicara) kepada salah satu santrinya ‘Aku iki kepengin wafat dino Sloso dan pada saat aku haji nang Mekkah’ (Aku ingin meninggal dunia hari Selasa ketika haji di Mekkah),” kata Sodik di Mekkah kemarin.

Mbah Moen tidak memiliki riwayat sakit. Selama di Tanah Suci, beliau tidak berhenti menerima tamu di Hotel Safwa Tower Mekkah. Usia yang sudah tua, ditambah terus melayani tamu-tamu yang bersilaturahmi, membuat Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini kecapaian.

Menjelang subuh, Mbah Moen dilarikan ke Rumah Sakit Annur lantaran kelelahan. Namun tak lama setelah mendapatkan penanganan medis, Mbah Moen meninggal dunia dalam usia 90 tahun. “Karena kelelahan, Mbah Moen dibawa ke rumah sakit. Beliau wafat pukul 04.17 WAS,” katanya.

Ada satu pesan yang disampaikan Mbah Moen saat terakhir sebelum meninggal dunia. Mbah Moen meminta kepada para santrinya untuk bisa memanusiakan manusia. Hal ini mudah diucapkan, tapi sulit untuk dilakukan.

“Kalau kita meniru Kanjeng Nabi salatnya mudah, niru puasanya mudah, niru zakatnya mudah, tapi meniru Kanjeng Nabi Muhammad SAW dalam perihal memanusiakan manusia, repot, nggak sembarang orang bisa,” kata Sodik. Dan, Mbah Moen merupakan satu-satunya ulama yang bisa meniru Nabi Muhammad SAW dalam masalah memanusiakan manusia.

Setelah disalatkan oleh ribuan jamaah di Masjidilharam seusai zuhur, kemarin, jenazah Mbah Moen dimakamkan di kompleks Pemakaman Ma’la yang tak jauh dari Baitullah. Mbah Moen dimakamkan di blok 70 baris ke-151. Ustaz Soleh Mahmud (Solmed) yang juga tengah di Mekkah mengaku sempat bersilaturahmi dengan Mbah Moen bersama istrinya pada Minggu (4/8).

Bahkan, dia sempat menemani Mbah Moen salat isya di Masjidilharam. Meski memakai kursi roda, tapi ketika salat, Mbah Moen berdiri.“Saya sempat bilang masyaallah, luar biasa kesehatan yang diberikan Allah SWT kepada Mbah Maimoen,” katanya.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0972 seconds (0.1#10.140)