PAN Nilai Oposisi Sama Pentingnya dengan Kekuasaan
A
A
A
JAKARTA - Sikap Partai Amanat Nasional (PAN) dalam percaturan politik ke depan pasca-Pemilu masih menjadi teka-teki. Pertemuan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, beberapa waktu lalu, mengindikasikan kemungkinan PAN merapat ke pemerintahan Jokowi.
Apalagi dalam sejarahnya, PAN juga pernah merapat kekuasaan ketika mendapatkan tawaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) di Kabinet Indonesia Kerja, meskipun pada Pemilu 2014 mendukung pasangan Prabowo-Hatta.
Namun di sisi lain, dorongan agar PAN menjadi parpol oposisi juga cukup kencang. Bahkan, Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais dalam beberapa kesempatan, menginginkan agar PAN termasuk juga parpol pengusung paslon 02 (Prabowo-Sandi) lainnya untuk menjadi oposisi.
Hal ini dikatakan Ketua DPP PAN, Ali Taher, di acara diskusi bertajuk Rekomendasi Amandemen (Konstitusi) Terbatas untuk Haluan Negara, di Media Center Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (29/7/2019).
Kata Ali Taher, peran partai oposisi sama pentingnya dengan di kekuasaan itu sendiri. "Saya kok rasa rasanya parpol oposisi kan juga berwibawa, tidak mesti masuk ke pemerintahan," jelasnya.
"Kalau saya pribadi marilah membangun demokrasi itu tidak melulu dengan duduk di kekuasaan. Oposisi itu sangat juga penting bagi kita untuk melakukan koreksi terhadap jalannya pemerintahan jika memang dianggap memerlukan koreksi," sambungnya.
Ketua Komisi VIII DPR ini mencontohkan di sejumlah negara maju seperti Selandia Baru, peran oposisi sangat dibutuhkan. "Kebetulan saya baru dari Selandia Baru, di sana oposisi itu sangat berwibawa, dihargai. Tetapi juga memberikan kontribusi terhadap perubahan kehidupan politik yang berbudaya. Jangan ada politik maki-maki, politik yang saling menghargai," paparnya.
Mengenai pentingnya posisi sebagai oposisi, politikus senior PAN ini mengaku sudah menyampaikan kepada Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, agar PAN lebih baik memilih berada di luar pemerintahan pada kabinet pemerintahan Jokowi-KH Ma'ruf Amin.
"Secara pribadi lebih senang oposisi. Oposisi itu sama pentingnya dengan kekuasaan. Proses budaya bangsa itu muncul karena ada oposisi. Jepang maju karena ada oposisi," ungkapnya.
"Korsel itu perdana menteri bisa ganti seminggu sekali karena ada oposisi dan itu berwibawa, berharga. Jadi, jangan menempatkan oposisi sebagai yang terbuang, tapi menjadi bagian partnership pemerintah untuk membangun bangsa yang berkarakter," pungkasnya.
Apalagi dalam sejarahnya, PAN juga pernah merapat kekuasaan ketika mendapatkan tawaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) di Kabinet Indonesia Kerja, meskipun pada Pemilu 2014 mendukung pasangan Prabowo-Hatta.
Namun di sisi lain, dorongan agar PAN menjadi parpol oposisi juga cukup kencang. Bahkan, Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais dalam beberapa kesempatan, menginginkan agar PAN termasuk juga parpol pengusung paslon 02 (Prabowo-Sandi) lainnya untuk menjadi oposisi.
Hal ini dikatakan Ketua DPP PAN, Ali Taher, di acara diskusi bertajuk Rekomendasi Amandemen (Konstitusi) Terbatas untuk Haluan Negara, di Media Center Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (29/7/2019).
Kata Ali Taher, peran partai oposisi sama pentingnya dengan di kekuasaan itu sendiri. "Saya kok rasa rasanya parpol oposisi kan juga berwibawa, tidak mesti masuk ke pemerintahan," jelasnya.
"Kalau saya pribadi marilah membangun demokrasi itu tidak melulu dengan duduk di kekuasaan. Oposisi itu sangat juga penting bagi kita untuk melakukan koreksi terhadap jalannya pemerintahan jika memang dianggap memerlukan koreksi," sambungnya.
Ketua Komisi VIII DPR ini mencontohkan di sejumlah negara maju seperti Selandia Baru, peran oposisi sangat dibutuhkan. "Kebetulan saya baru dari Selandia Baru, di sana oposisi itu sangat berwibawa, dihargai. Tetapi juga memberikan kontribusi terhadap perubahan kehidupan politik yang berbudaya. Jangan ada politik maki-maki, politik yang saling menghargai," paparnya.
Mengenai pentingnya posisi sebagai oposisi, politikus senior PAN ini mengaku sudah menyampaikan kepada Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, agar PAN lebih baik memilih berada di luar pemerintahan pada kabinet pemerintahan Jokowi-KH Ma'ruf Amin.
"Secara pribadi lebih senang oposisi. Oposisi itu sama pentingnya dengan kekuasaan. Proses budaya bangsa itu muncul karena ada oposisi. Jepang maju karena ada oposisi," ungkapnya.
"Korsel itu perdana menteri bisa ganti seminggu sekali karena ada oposisi dan itu berwibawa, berharga. Jadi, jangan menempatkan oposisi sebagai yang terbuang, tapi menjadi bagian partnership pemerintah untuk membangun bangsa yang berkarakter," pungkasnya.
(maf)