Bahan Masakan Disimpan di Ruang Khusus, Diolah Higienis
A
A
A
Menu makanan untuk jamaah haji Indonesia tergolong istimewa. Tidak hanya bergizi tinggi, makanan yang diberikan juga diproses higienis mulai dari penyimpanan bahan, pembuatan masakan, dan penyajian.
Tim Media Center Haji (MCH), termasuk KORAN SINDO, berkesempatan melihat langsung dapur katering milik Al Ahmadi, salah satu dari 15 perusahaan yang digandeng pemerintah untuk memenuhi kebutuhan makan jamaah haji Indonesia beberapa waktu lalu.
Perusahaan ini memasok 370.000 paket makan untuk 51 kloter jamaah haji. Dapur milik Al Ahmadi Catering cukup besar, di dalamnya terdapat banyak ruang penyimpanan bahan-bahan masakan antara lain, ruangan daging dan ayam, ruangan ikan, ruangan bumbu, ruangan sayur, ruangan buah, serta ruangan beras. Masing-masing bahan masakan itu sengaja dipisahkan karena membutuhkan suhu berbeda-beda saat disimpan. Petugas tinggal menyetel suhu ruangan sesuai dengan kebutuhan.
“Suhu untuk penyimpanan daging misalnya, itu harus minus 20 derajat Celcius,” kata penanggung jawab katering Al Ahmadi, Ahmad Salahuddin Al Ahmadi kepada tim MCH. Saat disimpan, bahan masak tidak boleh diletakkan langsung di atas lantai, tapi dialasi dengan paket setinggi 15 cm.Rak bahan juga tidak boleh menempel ke tembok, tapi harus ada jarak sekitar 15 cm. Untuk memastikan bahan yang digunakan segar, diterapkan sistem fist in, fist out . Artinya, setiap bahan yang masuk duluan, juga yang pertama dikeluarkan untuk dimasak sehingga kualitas bahan tetap terjaga. Tidak hanya penyimpanan bahan yang benar-benar dijaga, tata cara pengolahan makanan juga tidak asal. Para pekerja dilengkapi dengan pakaian terstandar.
“Di dapur ini kami mempekerjakan sekitar 80 pekerja, ada yang dari Indonesia juga,” katanya.
Sesuai ketentuan pemerintah, setiap perusahaan katering harus mempekerjakan juru masak asal Indonesia minimal satu orang. Di dapur Al Ahmadi Catering, dari 80 pekerja, sekitar 15 orang di antaranya berasal dari Tanah Air. “Ini menjaga cita rasa Indonesia dalam makanan yang diberikan kepada jamaah haji,” kata Ade Sutirman, 28, salah satu juru masak asal Indonesia.
Ade berpengalaman dalam memasak makanan untuk jamaah haji Indonesia dan Malaysia. Mantan juru masak Yayasan Kharisma Bangsa Tangerang Selatan ini telah empat kali ikut terlibat dalam pelayanan katering haji. Beberapa menu yang biasa dia masak adalah ayam goreng, daging rendang, sayur lodeh, dan sayur asem.
“Sekali masak biasanya untuk 500 sampai 1.000 porsi. Untuk menjaga rasa, kami sudah punya takaran (bumbu) untuk satu porsinya, tinggal dikalikan,” katanya. (Abdul Malik Mubarak)
Tim Media Center Haji (MCH), termasuk KORAN SINDO, berkesempatan melihat langsung dapur katering milik Al Ahmadi, salah satu dari 15 perusahaan yang digandeng pemerintah untuk memenuhi kebutuhan makan jamaah haji Indonesia beberapa waktu lalu.
Perusahaan ini memasok 370.000 paket makan untuk 51 kloter jamaah haji. Dapur milik Al Ahmadi Catering cukup besar, di dalamnya terdapat banyak ruang penyimpanan bahan-bahan masakan antara lain, ruangan daging dan ayam, ruangan ikan, ruangan bumbu, ruangan sayur, ruangan buah, serta ruangan beras. Masing-masing bahan masakan itu sengaja dipisahkan karena membutuhkan suhu berbeda-beda saat disimpan. Petugas tinggal menyetel suhu ruangan sesuai dengan kebutuhan.
“Suhu untuk penyimpanan daging misalnya, itu harus minus 20 derajat Celcius,” kata penanggung jawab katering Al Ahmadi, Ahmad Salahuddin Al Ahmadi kepada tim MCH. Saat disimpan, bahan masak tidak boleh diletakkan langsung di atas lantai, tapi dialasi dengan paket setinggi 15 cm.Rak bahan juga tidak boleh menempel ke tembok, tapi harus ada jarak sekitar 15 cm. Untuk memastikan bahan yang digunakan segar, diterapkan sistem fist in, fist out . Artinya, setiap bahan yang masuk duluan, juga yang pertama dikeluarkan untuk dimasak sehingga kualitas bahan tetap terjaga. Tidak hanya penyimpanan bahan yang benar-benar dijaga, tata cara pengolahan makanan juga tidak asal. Para pekerja dilengkapi dengan pakaian terstandar.
“Di dapur ini kami mempekerjakan sekitar 80 pekerja, ada yang dari Indonesia juga,” katanya.
Sesuai ketentuan pemerintah, setiap perusahaan katering harus mempekerjakan juru masak asal Indonesia minimal satu orang. Di dapur Al Ahmadi Catering, dari 80 pekerja, sekitar 15 orang di antaranya berasal dari Tanah Air. “Ini menjaga cita rasa Indonesia dalam makanan yang diberikan kepada jamaah haji,” kata Ade Sutirman, 28, salah satu juru masak asal Indonesia.
Ade berpengalaman dalam memasak makanan untuk jamaah haji Indonesia dan Malaysia. Mantan juru masak Yayasan Kharisma Bangsa Tangerang Selatan ini telah empat kali ikut terlibat dalam pelayanan katering haji. Beberapa menu yang biasa dia masak adalah ayam goreng, daging rendang, sayur lodeh, dan sayur asem.
“Sekali masak biasanya untuk 500 sampai 1.000 porsi. Untuk menjaga rasa, kami sudah punya takaran (bumbu) untuk satu porsinya, tinggal dikalikan,” katanya. (Abdul Malik Mubarak)
(nfl)