Pasukan TNI Damaikan Pertikaian Dua Suku di Kongo
A
A
A
JAKARTA - Pasukan perdamaian Indonesia yang tergabung dalam Satgas Indo RDB Monusco mendamaikan pertikaian dua suku di Nyunzu Territorym di Provinsi Tanganyika, Republik Demokratik Kongo, Kamis (11/7/2019).
Perdamaian itu diungkapkan dalam pernyataan kesepakatan damai dari Suku Twa dan Suku Bantu serta penyerahan dua pucuk senjata jenis AK-47.
Hal itu diungkapkan Dansatgas Konga XXXIX-A RDB Monusco, Kolonel Inf Dwi Sasongko dalam siaran pers, Kamis (11/7/2019).
Menurut Dwi Sasongko, kesepakatan damai dan penyerahan senjata itu bermula dari adanya informasi adanya rencana penyerangan Suku Twa kepada Suku Bantu di Desa Kalamba, Nyunzu Terittory, Provinsi Tanganyika.
"Hari Senin 8 Juli 2019, kita peroleh informasi rencana penyerangan Suku Twa terhadap Suku Bantu. Guna mencegah itu, kita kirimkan tim Long Range Mission di bawah pimpinan Kapten Inf Agung Sedayu ke Nyunzu Territory yang berjarak 295 km," tutur Dwi.
Ketika pasukannya datang, kata dia, penyerangan itu belum terjadi. Setelah melalui mediasi yang cukup alot, mereka bersepakat damai.
Tidak hanya itu, lanjut Dwi Sasongko, sebagai bentuk komitmen, kedua suku itu menyerahkan dua pucuk senjata jenis AK-47 kepada Satgas Indo RDB Monusco.
"Misi yang dilaksanakan selama tiga hari itu, tanggal 8 sampai 10 Juli 2019, kita lakukan melalui pendekatan program Civil and Military Coordination (CIMIC), yaitu merebut hati kedua suku dengan menggelar kegiatan pelayanan kesehatan gratis, psikologi sosial dan perpustakaan mini," tuturnya.
Tidak hanya itu, lanjutnya, di sela kegiatan sosial, Satgas juga melakukan mediasi kepada kepala suku maupun tokoh adat setempat. "Pola Binter yang dilakukan di Tanah Air, kita terapkan. Syukur Alhamdulillah setelah diperoleh kesamaan pemahaman, pertemuan antara kedua kepala suku dan tokoh adat menghasilkan kesepakatan damai," tuturnya.
Setelah diperoleh kesepakatan damai, menurut Dwi Sasongko, kedua pihak juga sepakat untuk menyerahkan senjata, sebagai bukti komitmen mereka.
"Penyerahan senjata itu tidak hanya menunjukkan kepercayaan mereka kepada Satgas, namun juga menggambarkan keinginan mereka untuk menghentikan pertikaian yang telah lama berlangsung," tutur Dwi Sasongko.
Peraih Adhi Makayasa Akmil tahun 1998 itu menjelaskan dengan tambahan dua pucuk senjata itu, kini mereka telah berhasil mengumpulkan sebanyak 28 pucuk senjata dan satu buah granat tangan.
"Secara keseluruhan, selama delapan bulan penugasan, saat ini warga telah menyerahkan senjata secara sukarela berupa dua pucuk machine gun, 23 Ak-47, dua RPG dan dua Arqubes," tuturnya.
Perdamaian itu diungkapkan dalam pernyataan kesepakatan damai dari Suku Twa dan Suku Bantu serta penyerahan dua pucuk senjata jenis AK-47.
Hal itu diungkapkan Dansatgas Konga XXXIX-A RDB Monusco, Kolonel Inf Dwi Sasongko dalam siaran pers, Kamis (11/7/2019).
Menurut Dwi Sasongko, kesepakatan damai dan penyerahan senjata itu bermula dari adanya informasi adanya rencana penyerangan Suku Twa kepada Suku Bantu di Desa Kalamba, Nyunzu Terittory, Provinsi Tanganyika.
"Hari Senin 8 Juli 2019, kita peroleh informasi rencana penyerangan Suku Twa terhadap Suku Bantu. Guna mencegah itu, kita kirimkan tim Long Range Mission di bawah pimpinan Kapten Inf Agung Sedayu ke Nyunzu Territory yang berjarak 295 km," tutur Dwi.
Ketika pasukannya datang, kata dia, penyerangan itu belum terjadi. Setelah melalui mediasi yang cukup alot, mereka bersepakat damai.
Tidak hanya itu, lanjut Dwi Sasongko, sebagai bentuk komitmen, kedua suku itu menyerahkan dua pucuk senjata jenis AK-47 kepada Satgas Indo RDB Monusco.
"Misi yang dilaksanakan selama tiga hari itu, tanggal 8 sampai 10 Juli 2019, kita lakukan melalui pendekatan program Civil and Military Coordination (CIMIC), yaitu merebut hati kedua suku dengan menggelar kegiatan pelayanan kesehatan gratis, psikologi sosial dan perpustakaan mini," tuturnya.
Tidak hanya itu, lanjutnya, di sela kegiatan sosial, Satgas juga melakukan mediasi kepada kepala suku maupun tokoh adat setempat. "Pola Binter yang dilakukan di Tanah Air, kita terapkan. Syukur Alhamdulillah setelah diperoleh kesamaan pemahaman, pertemuan antara kedua kepala suku dan tokoh adat menghasilkan kesepakatan damai," tuturnya.
Setelah diperoleh kesepakatan damai, menurut Dwi Sasongko, kedua pihak juga sepakat untuk menyerahkan senjata, sebagai bukti komitmen mereka.
"Penyerahan senjata itu tidak hanya menunjukkan kepercayaan mereka kepada Satgas, namun juga menggambarkan keinginan mereka untuk menghentikan pertikaian yang telah lama berlangsung," tutur Dwi Sasongko.
Peraih Adhi Makayasa Akmil tahun 1998 itu menjelaskan dengan tambahan dua pucuk senjata itu, kini mereka telah berhasil mengumpulkan sebanyak 28 pucuk senjata dan satu buah granat tangan.
"Secara keseluruhan, selama delapan bulan penugasan, saat ini warga telah menyerahkan senjata secara sukarela berupa dua pucuk machine gun, 23 Ak-47, dua RPG dan dua Arqubes," tuturnya.
(dam)