Wakaf Didorong Masuk Kurikulum Pendidikan SMA dan PT
A
A
A
JAKARTA - Badan Wakaf Indonesia (BWI) berusaha meningkatkan literasi tentang wakaf yang saat ini masih minim.
Minimnya literasi ini membuat ketertarikan masyarakat untuk berwakaf masih rendah. Hal itu dapat dilihat dari pendapatan wakaf uang di Indonesia yang baru mencapai sekitar Rp199 miliar.
Upaya peningkatan literasi itu dilakukan dengan memasukkan materi wakaf dalam kurikulum pendidikan sekolah menengah atas (SMA) dan perguruan tinggi (PT).
Guna mewujudkannya, Badan Wakaf Indonesia menjalin kerjasama dengan Kementerian Agama (Kemenag).
“Memang harus ditekankan untuk meningkatkan literasi wakaf. Paling mudah dilakukan melalui lembaga pendidikan, yakni dengan memasukkan wakaf ke kurikulum pendidikan,” kata wakil ketua Badan Wakaf Indonesia, Imam Teguh Saptono saat Halal Bihalal dan Bincang Wakaf di Jakarta, Selasa (9/7/2019).
Imam menjelaskan bahwa untuk mendukung peningkatan literasi, maka pihaknya sedang menyusun buku-buku tentang wakaf untuk materi pendidikan strata 1 (S1) di PT.
Sedangkan di tingkat SMA telah diterbitkan buku ekonomi syariah yang di dalamnya juga membahas tentang wakaf.
Badan Wakaf Indonesia juga akan membuka pendidikan program master khusus wakaf.
Menurut Imam, program ini akan memberi pendidikan kepada nazir dari berbagai lembaga pengelola wakaf.
Para nazir selanjutnya bakal diberi sertifikasi. Pendidikan program master wakaf ini akan dirintis di Sekolah Tinggi Islam Gontor, Jawa Timur.
Imam menambahkan, apabila wakaf dikelola dengan baik, maka bisa menggantikan utang luar negeri. “Pemerintah tak perlu cari utang ke luar negeri. Sehingga kedaulatan negara terjaga. Selain itu wakaf juga bisa memegang peranan penting dalam perekonian,” ujarnya.
Sementara itu, anggota Badan Wakaf Indonesia Susono Yusuf menambahkan, pihaknya berkeliling ke sejumlah kampus PT untuk menjelaskan mengenai wakaf ke mahasiswa.
Diharapkan nantinya bisa dilanjutkan dengan membuat program wakaf investasi mahasiswa.
Susono menambahkan, literasi wakaf menyasar mahasiswa dengan beberapa pertimbangan.
Di antaranya bahwa mereka beberapa tahun ke depan sudah bekerja di berbagai bidang.
Dengan demikian, diharapkan setelah mereka mempunyai penghasilan maka mau berwakaf (wakif) dan jadi pegiat wakaf.
Minimnya literasi ini membuat ketertarikan masyarakat untuk berwakaf masih rendah. Hal itu dapat dilihat dari pendapatan wakaf uang di Indonesia yang baru mencapai sekitar Rp199 miliar.
Upaya peningkatan literasi itu dilakukan dengan memasukkan materi wakaf dalam kurikulum pendidikan sekolah menengah atas (SMA) dan perguruan tinggi (PT).
Guna mewujudkannya, Badan Wakaf Indonesia menjalin kerjasama dengan Kementerian Agama (Kemenag).
“Memang harus ditekankan untuk meningkatkan literasi wakaf. Paling mudah dilakukan melalui lembaga pendidikan, yakni dengan memasukkan wakaf ke kurikulum pendidikan,” kata wakil ketua Badan Wakaf Indonesia, Imam Teguh Saptono saat Halal Bihalal dan Bincang Wakaf di Jakarta, Selasa (9/7/2019).
Imam menjelaskan bahwa untuk mendukung peningkatan literasi, maka pihaknya sedang menyusun buku-buku tentang wakaf untuk materi pendidikan strata 1 (S1) di PT.
Sedangkan di tingkat SMA telah diterbitkan buku ekonomi syariah yang di dalamnya juga membahas tentang wakaf.
Badan Wakaf Indonesia juga akan membuka pendidikan program master khusus wakaf.
Menurut Imam, program ini akan memberi pendidikan kepada nazir dari berbagai lembaga pengelola wakaf.
Para nazir selanjutnya bakal diberi sertifikasi. Pendidikan program master wakaf ini akan dirintis di Sekolah Tinggi Islam Gontor, Jawa Timur.
Imam menambahkan, apabila wakaf dikelola dengan baik, maka bisa menggantikan utang luar negeri. “Pemerintah tak perlu cari utang ke luar negeri. Sehingga kedaulatan negara terjaga. Selain itu wakaf juga bisa memegang peranan penting dalam perekonian,” ujarnya.
Sementara itu, anggota Badan Wakaf Indonesia Susono Yusuf menambahkan, pihaknya berkeliling ke sejumlah kampus PT untuk menjelaskan mengenai wakaf ke mahasiswa.
Diharapkan nantinya bisa dilanjutkan dengan membuat program wakaf investasi mahasiswa.
Susono menambahkan, literasi wakaf menyasar mahasiswa dengan beberapa pertimbangan.
Di antaranya bahwa mereka beberapa tahun ke depan sudah bekerja di berbagai bidang.
Dengan demikian, diharapkan setelah mereka mempunyai penghasilan maka mau berwakaf (wakif) dan jadi pegiat wakaf.
(shf)