Cerita Keunikan Pencoblosan Pemilu 2019 di Lebanon
A
A
A
JAKARTA - Duta Besar (Dubes) LBBP RI di Beirut, Hajriyanto Y Thohari mengungkapkan bahwa pelaksanaan Pemilu 2019 di Lebanon berlangsung aman, tertib, semarak dan meriah. Dia mengatakan, sesuai jadwal pencoblosan di Lebanon dilaksanakan tanggal 14 April 2019 di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 1 yang mengambil tempat di Gedung KBRI Beirut.
"Ada yang unik dari pelaksanaan pencoblosan di negara yang baru berbenah setelah perang saudara ini," ujar Hajriyanto kepada SINDOnews, Senin (15/4/2019).
Dia menjelaskan, KBRI melakukan penjemputan dengan bus dan mobil kedutaan ke beberapa titik di Kota Beirut. Dikatakannya, hal itu harus dilakukan mengingat akses ke KBRI tidak mudah, di samping karena KBRI Beirut berada di kawasan Baabda yang agak teralienasi dari pusat Kota Beirut, juga untuk sampai ke sana harus melalui beberapa check point pos keamanan polisi dan militer yang ketat.
"Pasalnya, Gedung KBRI berada di area Ring 1 keamanan karena berdekatan dengan Istana yang sekaligus kediaman Presiden Lebanon Jenderal Michel Aoun," tuturnya.
Tak heran, lanjut dia, jika untuk melewati setiap check point orang harus menjawab beberapa pertanyaan terlebih dahulu dengan kemungkinan permintaan menunjukkan bukti-bukti otentik seperti undangan.
”Keunikan yang lain adalah para pemilih disediakan makan siang khas Indonesia, yaitu nasi rendang. Bahkan juga digelar bazar makanan bakso, tempe, martabak, dan makanan khas Indonesia lainnya yang digelar oleh ibu-ibu Dharma Wanita dan para mahasiswa Indonesia di Lebanon," katanya.
Warga Negara Indonesia (WNI) di sana juga dihibur dengan belanja pernik-pernik khas Indonesia dan juga karaoke. "Singkatnya, pemilu di luar negeri benar-benar menjadi ajang silaturahim dan kerukunan WNI yang sedang berada jauh dari Tanah Air," paparnya.
Dia menuturkan WNI di Beirut memang hanya sekitar 1.700 orang. 1.310 orang di antaranya adalah Prajurit TNI yang sedang bertugas di Lebanon sebagai Kontingen Garuda (KONGA) XXVIII-K/UNIFIL 2019.
"Meskipun tidak ikut memilih banyak prajurit TNI yang ikut bergembira dengan hadir di KBRI bersama para pemilih untuk mengobati rasa rindu pada keluarga dengan bertemu masyarakat Indonesia lainnya," ungkapnya.
Di Lebanon, kata dia, sesuai dengan data yang dimiliki oleh PPLN Beirut, jumlah pemilih adalah sebanyak 188 orang yang terdaftar dalam DPT, namun 10 orang telah meminta surat pindah memilih, sehingga jumlah pemilih di Lebanon adalah sebanyak 178. Selain itu terdapat 6 orang pemilih tambahan (menggunakan formulir A5) dan 19 orang pemilih khusus.
Pada saat TPS ditutup pada pukul 18.00 waktu Beirut, berdasarkan hitungan KPPSLN, jumlah WNI yang terdaftar dalam DPT yang menggunakan hak suaranya adalah sebanyak 151 orang atau 85%.
Sementara itu, jumlah surat suara yang terpakai adalah sebanyak 176 surat suara atau 92% dari keseluruhan surat suara yang berjumlah 192 surat suara.
Ditambahkannya, tingginya antusiasme para pemilih di Lebanon tak lepas dari upaya-upaya yang dilakukan oleh PPLN Beirut mulai dari sosialisasi yang beberapa kali dilakukan dan juga memberikan kemudahan akses menuju TPS dengan memberikan bantuan transportasi penjemputan.
"Sebagai perbandingan, pada Pemilu Presiden tahun 2014 pemilih yang menggunakan hak suaranya adalah sebesar 78 persen. Walhasil, ada peningkatan partisipasi politik secara signifikan. Terima kasih," tutupnya.
"Ada yang unik dari pelaksanaan pencoblosan di negara yang baru berbenah setelah perang saudara ini," ujar Hajriyanto kepada SINDOnews, Senin (15/4/2019).
Dia menjelaskan, KBRI melakukan penjemputan dengan bus dan mobil kedutaan ke beberapa titik di Kota Beirut. Dikatakannya, hal itu harus dilakukan mengingat akses ke KBRI tidak mudah, di samping karena KBRI Beirut berada di kawasan Baabda yang agak teralienasi dari pusat Kota Beirut, juga untuk sampai ke sana harus melalui beberapa check point pos keamanan polisi dan militer yang ketat.
"Pasalnya, Gedung KBRI berada di area Ring 1 keamanan karena berdekatan dengan Istana yang sekaligus kediaman Presiden Lebanon Jenderal Michel Aoun," tuturnya.
Tak heran, lanjut dia, jika untuk melewati setiap check point orang harus menjawab beberapa pertanyaan terlebih dahulu dengan kemungkinan permintaan menunjukkan bukti-bukti otentik seperti undangan.
”Keunikan yang lain adalah para pemilih disediakan makan siang khas Indonesia, yaitu nasi rendang. Bahkan juga digelar bazar makanan bakso, tempe, martabak, dan makanan khas Indonesia lainnya yang digelar oleh ibu-ibu Dharma Wanita dan para mahasiswa Indonesia di Lebanon," katanya.
Warga Negara Indonesia (WNI) di sana juga dihibur dengan belanja pernik-pernik khas Indonesia dan juga karaoke. "Singkatnya, pemilu di luar negeri benar-benar menjadi ajang silaturahim dan kerukunan WNI yang sedang berada jauh dari Tanah Air," paparnya.
Dia menuturkan WNI di Beirut memang hanya sekitar 1.700 orang. 1.310 orang di antaranya adalah Prajurit TNI yang sedang bertugas di Lebanon sebagai Kontingen Garuda (KONGA) XXVIII-K/UNIFIL 2019.
"Meskipun tidak ikut memilih banyak prajurit TNI yang ikut bergembira dengan hadir di KBRI bersama para pemilih untuk mengobati rasa rindu pada keluarga dengan bertemu masyarakat Indonesia lainnya," ungkapnya.
Di Lebanon, kata dia, sesuai dengan data yang dimiliki oleh PPLN Beirut, jumlah pemilih adalah sebanyak 188 orang yang terdaftar dalam DPT, namun 10 orang telah meminta surat pindah memilih, sehingga jumlah pemilih di Lebanon adalah sebanyak 178. Selain itu terdapat 6 orang pemilih tambahan (menggunakan formulir A5) dan 19 orang pemilih khusus.
Pada saat TPS ditutup pada pukul 18.00 waktu Beirut, berdasarkan hitungan KPPSLN, jumlah WNI yang terdaftar dalam DPT yang menggunakan hak suaranya adalah sebanyak 151 orang atau 85%.
Sementara itu, jumlah surat suara yang terpakai adalah sebanyak 176 surat suara atau 92% dari keseluruhan surat suara yang berjumlah 192 surat suara.
Ditambahkannya, tingginya antusiasme para pemilih di Lebanon tak lepas dari upaya-upaya yang dilakukan oleh PPLN Beirut mulai dari sosialisasi yang beberapa kali dilakukan dan juga memberikan kemudahan akses menuju TPS dengan memberikan bantuan transportasi penjemputan.
"Sebagai perbandingan, pada Pemilu Presiden tahun 2014 pemilih yang menggunakan hak suaranya adalah sebesar 78 persen. Walhasil, ada peningkatan partisipasi politik secara signifikan. Terima kasih," tutupnya.
(kri)