AKP Sulman Cabut Pernyataan, Ini Kata Pengamat
A
A
A
JAKARTA - Akhir pekan lalu, publik dikejutkan dengan pengakuan AKP Sulman Aziz. Saat menggelar konferensi pers di kantor hukum Lokataru, Jakarta, Kapolsek Pasirwangi, Kabupaten Garut ini mengaku diminta untuk dukung nomor 01.
Sulman juga menyebut dirinya dimutasi atas pertimbangan politis, yakni karena berfoto dengan salah satu tokoh agama yang mendukung calon nomor 02. Namun, sehari berselang, Sulman kembali muncul di konferensi pers di Mapolda Jawa Barat.
Ia pun membantah semua pernyataannya yang ia paparkan di kantor hukum Lokataru. Sebagai gantinya, Sulman mengaku emosi karena dimutasi dari Pasirwangi.
Pengamat sekaligus Dekan Fakultas Hukum Universitas Nasional (Unas) Ismail Rumadan menilai, penarikat ucapan oleh AKP Sulman tersebut sebagai sesuatu yang terlambat. Menurutnya, publik sudah terlanjur menerima pengakuan awal Sulman terkait arahan dukungan.
"Sudah terlambat ketika pernyataannya sudah dianggap benar oleh publik yang sudah viral di media massa maupun media sosial," terang Ismail di Jakarta, Selasa (4/4/2019).
Sebaliknya, dia mempertanyakan kenapa Sulman justru meralat atau menarik ucapan. Ismail pun menduga adanya tekanan terhadap Kapolsek Pasirwangi itu. Terlebih koreksi pernyataan disampaikan di Mapolda Jawa Barat.
"Saya punya keyakinan bahwa pecabutan pernyataan oleh saudara Sulman Aziz suatu bentuk tekanan dari atasan yang bersangkutan, terlebih lagi pernyataan itu disampaikan di kantor Mapolda Jabar," sambungnya.
Kendati demikian, Ismail mengembalikan penilaian terkait pengakuan Sulman kepada publik. Ia menyebut masyarakat sudah pandai memilah dan memilih informasi di era digital saat ini. Dia pun mengingatkan, sebagai lembaga negara, Polri harus berdiri di atas semua kepentingan.
"Masyarakat tentu sudah pandai menilainya, mana pernyataan yang tulus dan mana pernyataan yang didasarkan pada tekanan," tukasnya.
Sulman juga menyebut dirinya dimutasi atas pertimbangan politis, yakni karena berfoto dengan salah satu tokoh agama yang mendukung calon nomor 02. Namun, sehari berselang, Sulman kembali muncul di konferensi pers di Mapolda Jawa Barat.
Ia pun membantah semua pernyataannya yang ia paparkan di kantor hukum Lokataru. Sebagai gantinya, Sulman mengaku emosi karena dimutasi dari Pasirwangi.
Pengamat sekaligus Dekan Fakultas Hukum Universitas Nasional (Unas) Ismail Rumadan menilai, penarikat ucapan oleh AKP Sulman tersebut sebagai sesuatu yang terlambat. Menurutnya, publik sudah terlanjur menerima pengakuan awal Sulman terkait arahan dukungan.
"Sudah terlambat ketika pernyataannya sudah dianggap benar oleh publik yang sudah viral di media massa maupun media sosial," terang Ismail di Jakarta, Selasa (4/4/2019).
Sebaliknya, dia mempertanyakan kenapa Sulman justru meralat atau menarik ucapan. Ismail pun menduga adanya tekanan terhadap Kapolsek Pasirwangi itu. Terlebih koreksi pernyataan disampaikan di Mapolda Jawa Barat.
"Saya punya keyakinan bahwa pecabutan pernyataan oleh saudara Sulman Aziz suatu bentuk tekanan dari atasan yang bersangkutan, terlebih lagi pernyataan itu disampaikan di kantor Mapolda Jabar," sambungnya.
Kendati demikian, Ismail mengembalikan penilaian terkait pengakuan Sulman kepada publik. Ia menyebut masyarakat sudah pandai memilah dan memilih informasi di era digital saat ini. Dia pun mengingatkan, sebagai lembaga negara, Polri harus berdiri di atas semua kepentingan.
"Masyarakat tentu sudah pandai menilainya, mana pernyataan yang tulus dan mana pernyataan yang didasarkan pada tekanan," tukasnya.
(pur)