Kartu Pra Kerja Jokowi Dinilai sebagai Terobosan Besar
A
A
A
JAKARTA - Kartu Pra Kerja yang menjadi salah satu program unggulan pasangan Capres dan Cawapres nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin dinilai sebagai sebuah terobosan besar. Gagasan ini dinilai sangat cerdas sebagai solusi yang tepat dengan permasalahan pengangguran saat ini.
"Kartu Pra Kerja kalau menurut pendapat saya, kan problem utama dari kita ini bukan di lapangan kerja, tetapi ketimpangam skill (keterampilan), ketika Pak Jokowi melontarkan Kartu Pra Kerja itu nyambung dengan masalahnya," ujar Menteri Tenaga Kerja (Menaker), Hanif Dhakiri dalam rilisnya, Kamis (28/3/2019).
Menurut Hanif, pokok permasalahan pengangguran di Indonesia bukanlah jumlah lapangan kerja yang tersedia, melainkan keterampilan kerja yang masih belum merata.
Masih banyak, sambung dia, angkatan kerja di Indonesia yang tidak memiliki keterampilan kerja. Hal itu menjadi penghambat bagi calon pekerja untuk melamar karena tidak sesuai dengan standar rekrutmen dari pelaku industri.
"Saya ingin sampaikan, kalau hari ini masih banyak yang nganggur problemnya bukan pada lapangan pekerjaan, probelmya adalah ketimpangan skill. Dan ada (juga) yang punya skil tapi skilnya enggak nyambung," jelas dia.
Kehadiran Kartu Pra Kerja nantinya, menurut Hanif, akan membuka peluang angkatan kerja untuk mendapatkan akses menuju dunia kerja. Dimana angkatan kerja akan mendapatkan pelatihan dan juga sertifikasi kompetensi.
"Dengan itu diharapkan dapat membantu mereka menuju pasar kerja atau usaha, karena telah mendapatkan sertifikasi kompetensi skill," tutupnya.
"Kartu Pra Kerja kalau menurut pendapat saya, kan problem utama dari kita ini bukan di lapangan kerja, tetapi ketimpangam skill (keterampilan), ketika Pak Jokowi melontarkan Kartu Pra Kerja itu nyambung dengan masalahnya," ujar Menteri Tenaga Kerja (Menaker), Hanif Dhakiri dalam rilisnya, Kamis (28/3/2019).
Menurut Hanif, pokok permasalahan pengangguran di Indonesia bukanlah jumlah lapangan kerja yang tersedia, melainkan keterampilan kerja yang masih belum merata.
Masih banyak, sambung dia, angkatan kerja di Indonesia yang tidak memiliki keterampilan kerja. Hal itu menjadi penghambat bagi calon pekerja untuk melamar karena tidak sesuai dengan standar rekrutmen dari pelaku industri.
"Saya ingin sampaikan, kalau hari ini masih banyak yang nganggur problemnya bukan pada lapangan pekerjaan, probelmya adalah ketimpangan skill. Dan ada (juga) yang punya skil tapi skilnya enggak nyambung," jelas dia.
Kehadiran Kartu Pra Kerja nantinya, menurut Hanif, akan membuka peluang angkatan kerja untuk mendapatkan akses menuju dunia kerja. Dimana angkatan kerja akan mendapatkan pelatihan dan juga sertifikasi kompetensi.
"Dengan itu diharapkan dapat membantu mereka menuju pasar kerja atau usaha, karena telah mendapatkan sertifikasi kompetensi skill," tutupnya.
(kri)