Kubu Jokowi Yakin Undecided dan Swing Voter Akhirnya Pilih 01
A
A
A
JAKARTA - Influencer Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Eva Kusuma Sundari, yakin warga yang belum menentukan pilihan (undecided voter) dan pemilih mengambang (swing voter) pada akhirnya akan memilih pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01.
Pernyataan Eva menanggapi survei Litbang Kompas yang dirilis belum lama ini menempatkan jarak atau selisih elektabilitas paslon Jokowi-KH. Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga S Uno dikisaran 11,8 persen. Sementara sebanyak 13,4 persen responden belum menentukan pilihan.
Eva menganggap, jarak elektabilitas Litbang Kompas hampir mirip survei 'Polmark' milik Eep Saepullah Fatah yang menempatkan undecided voter terbilang tinggi.
"Di riset-riset yang undecided voternya kecil itu Jokowi selalu perolehannya di atas 50 persen, bahkan sampai ada yang 58 persen. Itu ada ada di delapan atau tujuh lembaga survei. Tapi di dua riset, risetnya Eep dan Kompas itu Jokowi di sekitar 50-an aja. Ternyata undecided voters-nya tinggi," kata Eva, Senin (25/3/2019).
Politikus PDI Perjuangan ini menganggap, kenapa elektabilitas calon petahana masih dikisaran 50-an persen lantaran perilaku undecided voter terbilang masih tinggi.
Sementara jika pemilih kategori itu dibuat terbuka, maka Jokowi akan meraih poin cukup tinggi. Sebaliknya, jika pemilih kategori undecided memilih rahasia maka elektabilitas paslon 01 memang rendah.
"Ini indikasinya gampang, ternyta undecided voter kecenderungannya pro ke Jokowi. Jadi saya enggak khawatir bahwa nanti ketika pencoblosan itu Pak Jokowi perolehannya akan 58 persen. Ya di sekitar itu," ujarnya.
Menurut Eva, hal ini masih ditambah dengan 'golongan putih' sehingga, hal ini lah yang harus diantisipasi. Kendati begitu, anggota DPR itu mengaku yakin paslon Jokowi-Ma'ruf akan mampu menembus angka 60 persen setelah pemungutan suara 17 April dilaksanakan.
Jadi kata Eva, kondisi tersebut bukan dilatarbelakangi oleh mesin partai koalisi. "Semua ngeggas karena kita semua ingin memanfaatkan coattail effect. Kita ingin menang tebal. Jadi mesin sangat full bekerja dan pada kecepatan tinggi," imbuhnya.
Pengamat politik dari The Habibie Center, Bawono Kumoro, mengatakan bahwa tipisnya jarak elektabilitas antara pasangan calon 01 dan 02 di survei Litbang Survei memang cukup mengejutkan.
Sebab survei-survei dirilis oleh lembaga survei selama ini menunjukkan jarak elektabilitas di angka 20 persen. Meski demikian, dia berharap kedua pasangan tidak reaktif. Kubu 01 tidak panik dan kubu 02 tidak puas dengan hasil survei itu.
"Catatan bagi kubu 01 di kurang satu bulan menjelang pencoblosan, ini tidak perlu lagi memainkan isu baru untuk mendulang suara karena tingkat kemantapan pemilih mereka saat ini sudah sangat tinggi di atas 70%. Lebih baik fokus memperkuat dan memastikan pra pemilih dengan tingkat kemantapan tinggi (strong voters) akan hadir di TPS tanggal 17 April mendatang," pungkasnya.
Pernyataan Eva menanggapi survei Litbang Kompas yang dirilis belum lama ini menempatkan jarak atau selisih elektabilitas paslon Jokowi-KH. Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga S Uno dikisaran 11,8 persen. Sementara sebanyak 13,4 persen responden belum menentukan pilihan.
Eva menganggap, jarak elektabilitas Litbang Kompas hampir mirip survei 'Polmark' milik Eep Saepullah Fatah yang menempatkan undecided voter terbilang tinggi.
"Di riset-riset yang undecided voternya kecil itu Jokowi selalu perolehannya di atas 50 persen, bahkan sampai ada yang 58 persen. Itu ada ada di delapan atau tujuh lembaga survei. Tapi di dua riset, risetnya Eep dan Kompas itu Jokowi di sekitar 50-an aja. Ternyata undecided voters-nya tinggi," kata Eva, Senin (25/3/2019).
Politikus PDI Perjuangan ini menganggap, kenapa elektabilitas calon petahana masih dikisaran 50-an persen lantaran perilaku undecided voter terbilang masih tinggi.
Sementara jika pemilih kategori itu dibuat terbuka, maka Jokowi akan meraih poin cukup tinggi. Sebaliknya, jika pemilih kategori undecided memilih rahasia maka elektabilitas paslon 01 memang rendah.
"Ini indikasinya gampang, ternyta undecided voter kecenderungannya pro ke Jokowi. Jadi saya enggak khawatir bahwa nanti ketika pencoblosan itu Pak Jokowi perolehannya akan 58 persen. Ya di sekitar itu," ujarnya.
Menurut Eva, hal ini masih ditambah dengan 'golongan putih' sehingga, hal ini lah yang harus diantisipasi. Kendati begitu, anggota DPR itu mengaku yakin paslon Jokowi-Ma'ruf akan mampu menembus angka 60 persen setelah pemungutan suara 17 April dilaksanakan.
Jadi kata Eva, kondisi tersebut bukan dilatarbelakangi oleh mesin partai koalisi. "Semua ngeggas karena kita semua ingin memanfaatkan coattail effect. Kita ingin menang tebal. Jadi mesin sangat full bekerja dan pada kecepatan tinggi," imbuhnya.
Pengamat politik dari The Habibie Center, Bawono Kumoro, mengatakan bahwa tipisnya jarak elektabilitas antara pasangan calon 01 dan 02 di survei Litbang Survei memang cukup mengejutkan.
Sebab survei-survei dirilis oleh lembaga survei selama ini menunjukkan jarak elektabilitas di angka 20 persen. Meski demikian, dia berharap kedua pasangan tidak reaktif. Kubu 01 tidak panik dan kubu 02 tidak puas dengan hasil survei itu.
"Catatan bagi kubu 01 di kurang satu bulan menjelang pencoblosan, ini tidak perlu lagi memainkan isu baru untuk mendulang suara karena tingkat kemantapan pemilih mereka saat ini sudah sangat tinggi di atas 70%. Lebih baik fokus memperkuat dan memastikan pra pemilih dengan tingkat kemantapan tinggi (strong voters) akan hadir di TPS tanggal 17 April mendatang," pungkasnya.
(maf)