Punya Tiga Kekuatan, Kubu Jokowi-Ma'ruf Harus Bisa Konversi Dukungan
A
A
A
JAKARTA - Lembaga Kajian Kebijakan Para Syndicate menyarankan Koalisi pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin jangan terlalu fokus pada kampanye di "udara", melainkan harus mulai fokus mengkonversi dukungan menjadi suara di tempat pemungutan suara (TPS).
Direktur Eksekutif Para Syndicate, Ari Nurcahyo juga mengomentari hasil survei Litbang Kompas terbaru Maret 2019 yang menunjukkan elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf turun menjadi 49,2% dari survei Oktober 2018 sebesar 52,6%.
Pasangan calon nomor urut 01 itu tetap diperkirakan unggul dibanding pesaingnya. Namun, survei yang menyatakan tren penurunan elektabiitas cukup mengusik kubu pendukung Jokowi-Ma'ruf.
"Survei ini harus disikapi secara arif. Jadikan ini sebagai evaluasi untuk maksimalkan kinerja kampanye dari TKN (Tim Kampanye Nasional)," kata Ari, Jumat (22/3/2019).
Dia menambahkan kekuatan kubu Jokowi dibangun oleh tiga unsur. Pertama, Tim Kampanye Nasional (TKN) yang terdiri atas unsur politik. Kedua, relawan, simpatisan, dan pendukung yang merupakan basis nyata di masyarakat.
Ketiga, sambung dia, kekuatan media dan masyarakat sipil.
"TKN memang mesin partai politik. Tapi survei Kompas menunjukkan TKN harus melakukan mawas diri," ujarnya.
Ari menambahkan, semua elemen pendukung Jokowi-Ma'ruf harus mulai memikirkan strategi bagaimana mengkonversi semua dukungan menjadi suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada saat pelaksanaan Pemilu 17 April nanti.
"Jangan berhenti pada perang udara, atau strategi etalasi seperti deklarasi yang juga penting. Namun, yang paling utama adalah kita harua mengkonversi semua dukungan menjadi suara saat di TPS," ujarnya.
Presiden Jokowi pada acara deklarasi dukungan 10.000 pengusaha kepada Jokowi-Ma'ruf, Kamis 21 Maret 2019 malam mengingatkan para pendukungnya agar jangan malas, atau bahkan berlibur di hari pencoblosan.
"Saya ingin kita semua, tanggal 17 april mengajak kawan-kawan kita, saudara kita dan juga seluruh karyawan untuk berbondong-bondong datang ke TPS, jangan biarkan satu orang pun golput karena ini menentukan arah kita ke depan," ujar Jokowi di hadapan para pengusaha yang mendukungnya.
Direktur Eksekutif Para Syndicate, Ari Nurcahyo juga mengomentari hasil survei Litbang Kompas terbaru Maret 2019 yang menunjukkan elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf turun menjadi 49,2% dari survei Oktober 2018 sebesar 52,6%.
Pasangan calon nomor urut 01 itu tetap diperkirakan unggul dibanding pesaingnya. Namun, survei yang menyatakan tren penurunan elektabiitas cukup mengusik kubu pendukung Jokowi-Ma'ruf.
"Survei ini harus disikapi secara arif. Jadikan ini sebagai evaluasi untuk maksimalkan kinerja kampanye dari TKN (Tim Kampanye Nasional)," kata Ari, Jumat (22/3/2019).
Dia menambahkan kekuatan kubu Jokowi dibangun oleh tiga unsur. Pertama, Tim Kampanye Nasional (TKN) yang terdiri atas unsur politik. Kedua, relawan, simpatisan, dan pendukung yang merupakan basis nyata di masyarakat.
Ketiga, sambung dia, kekuatan media dan masyarakat sipil.
"TKN memang mesin partai politik. Tapi survei Kompas menunjukkan TKN harus melakukan mawas diri," ujarnya.
Ari menambahkan, semua elemen pendukung Jokowi-Ma'ruf harus mulai memikirkan strategi bagaimana mengkonversi semua dukungan menjadi suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada saat pelaksanaan Pemilu 17 April nanti.
"Jangan berhenti pada perang udara, atau strategi etalasi seperti deklarasi yang juga penting. Namun, yang paling utama adalah kita harua mengkonversi semua dukungan menjadi suara saat di TPS," ujarnya.
Presiden Jokowi pada acara deklarasi dukungan 10.000 pengusaha kepada Jokowi-Ma'ruf, Kamis 21 Maret 2019 malam mengingatkan para pendukungnya agar jangan malas, atau bahkan berlibur di hari pencoblosan.
"Saya ingin kita semua, tanggal 17 april mengajak kawan-kawan kita, saudara kita dan juga seluruh karyawan untuk berbondong-bondong datang ke TPS, jangan biarkan satu orang pun golput karena ini menentukan arah kita ke depan," ujar Jokowi di hadapan para pengusaha yang mendukungnya.
(dam)