Tak Lagi di Medsos, Kampanye Hitam Sudah 'Door to Door'
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Direktur Lingkar Madani Indonesia (Lima), Ray Rangkuti menilai kampanye hitam atau fitnah yang ditujukan terhadap calon presiden 01 Joko Widodo (Jokowi) terus meluas.
Bahkan kini terungkap pula, pola itu tak hanya terjadi di media sosial (medsos), melainkan telah dipraktikkan "door to door" atau dari pintu ke pintu rumah.
Menurut mantan aktivis 98 UIN Jakarta itu, kondisi demikian menandakan adanya ketidakmampuan dari kubu lawan politik dalam membendung elektabilitas Jokowi-Ma'ruf.
Jika sebelumnya hanya gencar di medsos, namun kini hal tersebut juga dilakukan di dunia nyata, sebagaimana yang terjadi di Karawang baru-baru ini.
"Itu pertanda suara 01 ini sulit dibendung. Menurut saya tidak ada yang baru (fitnah), yang baru itu cuma praktiknya, dari pintu ke pintu. Ya memang targetnya menyasar kalangan masyarakat yang tak menggunakan medsos, jadi wilayahnya diperluas," katanya dikonfirmasi di Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat (1/3/2019).
Ray menjelaskan, pola penyebaran fitnah dan hoaks yang disampaikan dari pintu ke pintu dirasa cukup efektif oleh pihak tertentu.Sebab saat melakukan itu, tak ada pihak lain yang bisa menyanggah dengan argumentasi lain sebagaimana bisa dilakukan di medsos.
"Mereka menganggap itu lebih efektif. Karena berbeda jika di medsos, kalau di medsos bisa bermunculan dari dua kubu yang ada, bisa saling bantah dan saling serang. Namun jika dari pintu ke pintu, itukan hanya sepihak saja," sambungnya.
Ray pun mendesak agar ada upaya hukum terhadap praktik-praktik fitnah, hoaks, ujaran kebencian dan isu SARA yang dilakukan, baik di medsos maupun dengan cara mendatangi rumah-rumah. Karena jika dibiarkan, perilaku itu bisa saja makin meluas hingga bisa memengaruhi pilihan masyarakat.
"Harus ada upaya hukum, dan ini harus diungkap secara utuh, siapa dibelakangnya, agar tak terulang kembali menjelang 17 April nanti," tegasnya.
Terkuaknya dugaan kampanye hitam yang dilakukan tiga orang ibu-ibu di Karawang bermula dari viralnya sebuah video di medsos. Dalam rekaman video yang tersebar, terlihat beberapa orang perempuan tengah mengampanyekan Pasangan calon tertentu kepada seorang lansia secara dari pintu ke pintu.
Sejumlah ibu-ibu itu intinya mengatakan, jika Jokowi-Ma'ruf menang Pemilu 2019, maka suara azan tidak dapat didengar lagi di ruang publik. Selain itu, pernikahan sesama jenis juga bisa dilegalkan.
Saat ini mereka sudah ditahan kepolisian yang kemudian menetapkannya sebagai tersangka, dan dilanjutkan dengan melakukan penahanan.
Bahkan kini terungkap pula, pola itu tak hanya terjadi di media sosial (medsos), melainkan telah dipraktikkan "door to door" atau dari pintu ke pintu rumah.
Menurut mantan aktivis 98 UIN Jakarta itu, kondisi demikian menandakan adanya ketidakmampuan dari kubu lawan politik dalam membendung elektabilitas Jokowi-Ma'ruf.
Jika sebelumnya hanya gencar di medsos, namun kini hal tersebut juga dilakukan di dunia nyata, sebagaimana yang terjadi di Karawang baru-baru ini.
"Itu pertanda suara 01 ini sulit dibendung. Menurut saya tidak ada yang baru (fitnah), yang baru itu cuma praktiknya, dari pintu ke pintu. Ya memang targetnya menyasar kalangan masyarakat yang tak menggunakan medsos, jadi wilayahnya diperluas," katanya dikonfirmasi di Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat (1/3/2019).
Ray menjelaskan, pola penyebaran fitnah dan hoaks yang disampaikan dari pintu ke pintu dirasa cukup efektif oleh pihak tertentu.Sebab saat melakukan itu, tak ada pihak lain yang bisa menyanggah dengan argumentasi lain sebagaimana bisa dilakukan di medsos.
"Mereka menganggap itu lebih efektif. Karena berbeda jika di medsos, kalau di medsos bisa bermunculan dari dua kubu yang ada, bisa saling bantah dan saling serang. Namun jika dari pintu ke pintu, itukan hanya sepihak saja," sambungnya.
Ray pun mendesak agar ada upaya hukum terhadap praktik-praktik fitnah, hoaks, ujaran kebencian dan isu SARA yang dilakukan, baik di medsos maupun dengan cara mendatangi rumah-rumah. Karena jika dibiarkan, perilaku itu bisa saja makin meluas hingga bisa memengaruhi pilihan masyarakat.
"Harus ada upaya hukum, dan ini harus diungkap secara utuh, siapa dibelakangnya, agar tak terulang kembali menjelang 17 April nanti," tegasnya.
Terkuaknya dugaan kampanye hitam yang dilakukan tiga orang ibu-ibu di Karawang bermula dari viralnya sebuah video di medsos. Dalam rekaman video yang tersebar, terlihat beberapa orang perempuan tengah mengampanyekan Pasangan calon tertentu kepada seorang lansia secara dari pintu ke pintu.
Sejumlah ibu-ibu itu intinya mengatakan, jika Jokowi-Ma'ruf menang Pemilu 2019, maka suara azan tidak dapat didengar lagi di ruang publik. Selain itu, pernikahan sesama jenis juga bisa dilegalkan.
Saat ini mereka sudah ditahan kepolisian yang kemudian menetapkannya sebagai tersangka, dan dilanjutkan dengan melakukan penahanan.
(dam)