Swing Voters Bisa Tentukan Kemenangan Pilpres

Kamis, 07 Februari 2019 - 08:43 WIB
Swing Voters Bisa Tentukan...
Swing Voters Bisa Tentukan Kemenangan Pilpres
A A A
JAKARTA - Pemenang pemilihan presiden (Pilpres) 2019 bisa jadi akan ditentukan oleh pemilih rasional atau swing voters. Berdasarkan data dan hasil survei potensi swing voters masih mencapai 10%-25% dari suara pemilih.Data Komisi Pemilihan umum (KPU) menyeburkan suara pemilih Pilpres 2019 sebanyak 192.828.520.

Dengan acuan tersebut berarti jumlah swing voters sekitar 50 juta orang. Itu artinya, baik pasangan calon presiden atau calon wakil presiden (cawapres) baik Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin atau Prabowo Subianto-Sandiaga Uno harus berusaha keras bagaimana meyakinkan mereka dengan kampanye yang rasional. Dan bisa jadi jika swing voters tidak digarap dengan baik akan mengarah menjadi potensial golput. Sebagai catatan angka golput pada Pilpres 2009 sebesar 28,3% dan meningkat pada Pilpres 2014 menjadi 29,1%.

Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang komaruddin mengungkapkan golput bisa menentukan kemenangan salah satu calon apalagi jika suaranya mencapai 10%-20%. Debat capres dan cawapres kata dia, sangat mempengaruhi pemilih. Jika debat dipersiapan dengan baik, penyampaiannya bagus, bahasa diselingi guyonan maka akan menarik. Tapi sebaliknya, jika asal-asalanya, kaku, saling menyerang maka potensi golput semakin besar. “Nah, ini yang harus diperhatikan betul oleh masing-masing pasangan, tim sukses bagaimana mengisi ruang itu kosong menjadi penentu,: ujar Ujang di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, kelompok swing voters ini umumnya kalangan milenial yang umumnya tidak sudah dengan politik oleh sebab itu mereka belum menetukan pilihan atau masih galau. Politik bagi mereka belum memberikan keuntangan. Apalagi yang selalu dipertontonkan masalah ribut atau berdebat yang tidak memberi manfaat. “Ini lah yang harus digarap. Caranya bagimana. Harus mengikuti bahasa atau gaya kaum mereka. Misanya cara berpakaian, selfie dll. Atau meyakinkan mereka soal lapangan pekerja,” tandas Direktur Eksekutif Indonesia Political Review ini.

Dia mengungkapkan, kelompok milenial butuh hal yang konkrit bukan sekedar retorika atau wacana. Misalnya bagaimana mudah mencari lapangan kerja, akses transportasi mudah, banyak ruang publik yang bisa dijadikan tongkrongan dan lain sebagainya. “Apa yang dilakukan tim Jokowi-Ma’ruf dengan menggaet Ketua tim sukses Erick Thohir dan tim Prabowo mengandeng Sandi sudah sangat baik. Baik Erick ataupun Sandi bisa dijadikan contoh kaum milenial bagaimana keduanya sukses dan mampan sehingga bisa menjadi contoh,” papar Ujang.

Peneliti LIPI Siti Zuhro menyebut 40% swing voters sebagian besar berhasil diluluhkan oleh pasangan Jokowi-Jusuf Kalla yang kala itu memenangkan Pilpres 2014. “Kemenangan Pilpres 2014 karena keberhasilan mereka dalam mengggaet swing voters. Angkanya 40%, nah ini ternyata sebagian besar lari ke Pak Jokowi," ujar Siti.

Dia menyebutkan kondisi tidak jauh berbeda terulang di Pilpres 2019 di mana Jokowi sebagai petahana akan kembali berhadapan dengan Prabowo. Termasuk juga soal swing voters, kata dia, ada 30% lebih pemilih yang belum menentukan pilihan baik terhadap Jokowi maupun Prabowo. “Swing voters harus benar-benar digarap sehingga menjadi pententu kemenangan calon,” katanya.

Pengamat politik yang juga CEO & Founder Alvara Research CenterHasanuddin Ali mengatakan, kelompok pemilih berdasarkan usia bisa dibagi menjadi empat kategori. Gen Z (17-21 tahun), Gen Milenial (22-37 tahun), Gen X (38-53 tahun), dan Baby Boomers (lebih 53 tahun). Hasanuddin mengatakan, berbeda dengan usia desawa, pemilih pada kelompok Gen Z dan milenial memiliki kecenderungan tidak loyal. ”Mereka mudah sekali berpindah pilihan, tergantung isu selama masa kampanye sampai pencoblosan nanti,” ujarnya.

Selain itu, karakteristik pemilih muda umumnya baru akan memutuskan pemilihan pada hari-hari akhir menjelang pemilu. Kelompok pemilih muda ini tidak terlalu tinggi atensinya terhadap berita atau persoalan politik. Artinya, tema politik bagi sebagian besar anak muda masih berada di urutan kesekian. Kendati begitu, dengan jumlah pemilih yang cukup singnifikan, mereka bisa menjadi penentu kemenangan. ”Karena itu, tak mudah mendapatkan suara milenial meskipun para kandidat sudah berusaha sangat keras. Pemilih pemula jumlahnya sangat besar sehingga harus diraih,” tuturnya.

Sekretaris TKN Jokowi- Ma'ruf Amin, Hasto Kristiyanto mengaku optimistis angka golput pada Pemilu 2019 akan tereduksi. Alasannya, rakyat ingin memastikan pemimpin yang bisa memberikan harapan. Menurut dia, semakin mendekati hari H pemilihan, kampanye pemilu akan semakin massif dan itu akan semakin membangkitkan rasa tanggung jawab warga negara. "Tanggung jawab apa? Tanggung jawab memilih pemimpin yang mampu membangun harapan baru," kata Hasto.

Sekjen DPP PDIP ini mengatakan, pihaknya sangat paham situasi yang dirasakan masyarakat soal kondisi saat ini. Pihaknya pun melakukan riset khusus mengenai golput itu. "Intinya kami sudah menyusun strategi untuk merangkul mereka," tandasnya.

Dari hasil survei yang dilakukan Alvara Research Center yang dirilis pada pertengahan Januari lalu, elektabilitas pasangan Jokowi- Ma’ruf Amin sebesar 54,3% sedangkan Prabowo - Sandi sebesar 35,1% dengan jumlah undecided voters (belum memutuskan) sebesar 10,6%. Di Jawa dan Sulawesi, pemilih yang belum memutuskan lebih dari 10%. Hal ini menjadi kerja keras bagi timses masing-masing kandidat untuk mempertahankan dan dapat memperbesar angka elektabilitas.

Di Sumatera yang belum memutuskan sebanyak 15,4%, di Jawa yang belum memutuskan 12,6%, di Bali Nusra yang belum memutuskan 9,1%, di Kalimantan yang belum memutuskan 2,8%, dan terakhir di Sulawesi yang belum memutuskan 11,6%.

Komisioner KPU Wahyu Setiawan mengaku tak bisa memprediksi berapa potensi jumlah masyarakat yang tidak memilih dalam Pemilu 2019. Namun pihaknya mengklaim telah optimal melakukan sosialisasi. "Oleh karena itu berbeda antara sosialisasi dan kesadaran politik warga. KPU hanya bisa melakukan sosialisasi secara optimal," ucapnya.

Dia meyakini antusiasme masyarakat pada Pemilu kali ini akan tinggi. Menurutnya, di tingkat RT, masyarakat pada umumnya sudah mendapat informasi seputar pemilu. Informasi bukan hanya soal tanggal pemungutan suara 17 April, tapi juga informasi masyarakat akan mencoblos lima surat suara sekaligus. Mereka bakal mencoblos untuk pemilu DPR RI, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, DPD, serta pemilu presiden dan wakil presiden.

"Sosialisasi dilakukan mulai proses pemutakhiran data pemilih. Petugas KPU yang datang ke rumah warga juga menyosialisasikan pemilu. Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan Panitia Pemungutan Suara (PPS) juga akan menyosialisasikan pemilu pada saat KPU membagikan formulir C6 atau undangan memilih," jelasnya. (Abdul Rochim/Mula Akmal)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0771 seconds (0.1#10.140)