Milenial Borong Surat Utang Negara
A
A
A
HARAPAN pemerintah menggarap generasi milenial selaku investor surat utang yang diterbitkan negara tidak bertepuk sebelah tangan. Terlihat dari tingginya minat generasi yang berusia 19-39 tahun menyambut penjualan surat utang negara (SUN) berupa Saving Bond Ritel (SBR) seri SBR005, sebagai investor individu secara daring.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) merilis, total investor ritel yang membeli SBR005 yang masa penjualannya akan berakhir pada 24 Januari nyaris menembus 17.000 investor di mana separuh lebih adalah kaum milenial.
Jumlah pembeli milenial di atas 50%, namun dari segi volume transaksi masih terhitung kecil. Dilihat volume transaksi ternyata masih didominasi oleh generasi baby boomers yang lahir antara 1946 hingga 1965 yang mencapai sekitar 42%, disusul generasi X sebesar 35% dan generasi milenial sekitar 35%, serta generasi Z (di bawah 19 tahun) sebanyak 0,11%. Jadi dari besaran kepemilikan dana masih di tangan generasi baby boomers. Rupanya generasi milenial sadar akan manfaat membeli SUN sebagai instrumen investasi.
SUN seri SBR005 adalah instrumen surat utang ritel pertama yang diluncurkan pada 2019, dan sekaligus yang keempat ditawarkan kepada individu WNI lewat e-SBN atau daring. Informasi yang disampaikan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kemenkeu, total volume pemesanan pembelian SBR005 mencapai Rp4 triliun.
Adapun dana perolehan hasil penjualan SBR005 dialokasikan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sementara itu, persentase investor ritel yang memesan SUN dengan rentang Rp1 juta hingga Rp100 juta tercatat sekitar 67,15%.
Dilihat dari kelompok profesi maka investor terbesar adalah pegawai swasta sekitar 37,59%, wiraswasta 18,85%, dan pegawai negeri sipil (PNS)/TNI/Polri 10,40%. Selanjutnya, volume pemesanan SUN terbesar tercatat dari kalangan wiraswasta yang menembus 7,75%, diikuti pegawai swasta 25,89%, dan dari ibu rumah tangga 13,32%.
Menyusul SUN seri SBR005, pemerintah juga telah menawarkan Sukuk Tabungan seri ST-003 dengan tawaran imbalan atau kupon minimal 8,15% per tahun. Instrumen investasi terbaru dari negara ini menjanjikan sejumlah kelebihan, di antaranya imbal hasil sebesar 8,15% mengambang sebab besaran imbalan ST-003 menyesuaikan perubahan suku bunga acuan Bank Indonesia, yakni BI 7 Days Reverse Repo Rate setiap tiga bulan sekali.
Namun bila suku bunga acuan turun, kupon tetap pada imbal hasil saat diluncurkan alias tidak turun. Tingkat imbalan lebih tinggi dari rerata tingkat bunga deposito di bank negara yang dibayarkan setiap bulan.
Namun, pembeli ST-003 harus memahami kalau instrumen investasi ini tidak bisa diperdagangkan hingga jatuh tempo, tetapi pemerintah memberi kesempatan pencairan pada periode early redemption pada 10 Februari 2020, dan dipastikan tidak ada biaya yang dikenakan kepada pemegang surat utang itu. Membeli ST-003 selain mendapat keuntungan, juga turut serta menjamin kelangsungan pembangunan nasional. Pasalnya, dana SUN itu dialokasikan untuk pembangunan nasional.
Dan, bagaimana dengan persoalan keamanan sebagai instrumen investasi? Masyarakat tidak perlu khawatir pokok dan imbalan dijamin karena ditawarkan oleh negara, serta akses investasi sesuai prinsip syariah. Selama ini, pertanyaan persoalan keamanan investasi masih dominan di tengah masyarakat.
Munculnya kekhawatiran masalah keamanan adalah wajar, mengingat begitu banyak kasus investasi bodong di tengah masyarakat. Persoalan keamanan investasi yang masih sering dipertanyakan masyarakat itu menunjukkan sosialisasi pemerintah masih harus ditingkatkan.
Karena itu, kepedulian generasi milenial untuk berinvestasi pada SUN memang cukup mengejutkan meski secara volume transaksi masih belum besar. Yang jelas, generasi milenial secara langsung telah turut serta berpartisipasi dalam pembangunan negeri ini. Hal ini selaras dengan harapan pemerintah yang senantiasa berharap dapat menjaring generasi milenial sebagai investor surat utang yang dihadirkan negara sebagai potensial investor.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) merilis, total investor ritel yang membeli SBR005 yang masa penjualannya akan berakhir pada 24 Januari nyaris menembus 17.000 investor di mana separuh lebih adalah kaum milenial.
Jumlah pembeli milenial di atas 50%, namun dari segi volume transaksi masih terhitung kecil. Dilihat volume transaksi ternyata masih didominasi oleh generasi baby boomers yang lahir antara 1946 hingga 1965 yang mencapai sekitar 42%, disusul generasi X sebesar 35% dan generasi milenial sekitar 35%, serta generasi Z (di bawah 19 tahun) sebanyak 0,11%. Jadi dari besaran kepemilikan dana masih di tangan generasi baby boomers. Rupanya generasi milenial sadar akan manfaat membeli SUN sebagai instrumen investasi.
SUN seri SBR005 adalah instrumen surat utang ritel pertama yang diluncurkan pada 2019, dan sekaligus yang keempat ditawarkan kepada individu WNI lewat e-SBN atau daring. Informasi yang disampaikan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kemenkeu, total volume pemesanan pembelian SBR005 mencapai Rp4 triliun.
Adapun dana perolehan hasil penjualan SBR005 dialokasikan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sementara itu, persentase investor ritel yang memesan SUN dengan rentang Rp1 juta hingga Rp100 juta tercatat sekitar 67,15%.
Dilihat dari kelompok profesi maka investor terbesar adalah pegawai swasta sekitar 37,59%, wiraswasta 18,85%, dan pegawai negeri sipil (PNS)/TNI/Polri 10,40%. Selanjutnya, volume pemesanan SUN terbesar tercatat dari kalangan wiraswasta yang menembus 7,75%, diikuti pegawai swasta 25,89%, dan dari ibu rumah tangga 13,32%.
Menyusul SUN seri SBR005, pemerintah juga telah menawarkan Sukuk Tabungan seri ST-003 dengan tawaran imbalan atau kupon minimal 8,15% per tahun. Instrumen investasi terbaru dari negara ini menjanjikan sejumlah kelebihan, di antaranya imbal hasil sebesar 8,15% mengambang sebab besaran imbalan ST-003 menyesuaikan perubahan suku bunga acuan Bank Indonesia, yakni BI 7 Days Reverse Repo Rate setiap tiga bulan sekali.
Namun bila suku bunga acuan turun, kupon tetap pada imbal hasil saat diluncurkan alias tidak turun. Tingkat imbalan lebih tinggi dari rerata tingkat bunga deposito di bank negara yang dibayarkan setiap bulan.
Namun, pembeli ST-003 harus memahami kalau instrumen investasi ini tidak bisa diperdagangkan hingga jatuh tempo, tetapi pemerintah memberi kesempatan pencairan pada periode early redemption pada 10 Februari 2020, dan dipastikan tidak ada biaya yang dikenakan kepada pemegang surat utang itu. Membeli ST-003 selain mendapat keuntungan, juga turut serta menjamin kelangsungan pembangunan nasional. Pasalnya, dana SUN itu dialokasikan untuk pembangunan nasional.
Dan, bagaimana dengan persoalan keamanan sebagai instrumen investasi? Masyarakat tidak perlu khawatir pokok dan imbalan dijamin karena ditawarkan oleh negara, serta akses investasi sesuai prinsip syariah. Selama ini, pertanyaan persoalan keamanan investasi masih dominan di tengah masyarakat.
Munculnya kekhawatiran masalah keamanan adalah wajar, mengingat begitu banyak kasus investasi bodong di tengah masyarakat. Persoalan keamanan investasi yang masih sering dipertanyakan masyarakat itu menunjukkan sosialisasi pemerintah masih harus ditingkatkan.
Karena itu, kepedulian generasi milenial untuk berinvestasi pada SUN memang cukup mengejutkan meski secara volume transaksi masih belum besar. Yang jelas, generasi milenial secara langsung telah turut serta berpartisipasi dalam pembangunan negeri ini. Hal ini selaras dengan harapan pemerintah yang senantiasa berharap dapat menjaring generasi milenial sebagai investor surat utang yang dihadirkan negara sebagai potensial investor.
(maf)