PDIP Dukung UGM Perjuangkan NU-Muhammadiyah Terima Nobel Perdamaian
Kamis, 31 Januari 2019 - 23:21 WIB

PDIP Dukung UGM Perjuangkan NU-Muhammadiyah Terima Nobel Perdamaian
A
A
A
JAKARTA - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) memberikan dukungan penuh terhadap upaya yang dilakukan Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam memperjuangkan Nadhlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah untuk menerima Nobel Perdamaian.
"Ketika Bung Karno merancang naskah awal pembukaan UUD 1945, maka disitulah semangat ikut melaksanakan ketertiban dunia diperjuangkan. Ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial adalah implementasi Pancasila. Inilah semangat membangun persaudaraan dunia dimana Pancasila hadir sebagai solusi atas jalan tatanan dunia baru tersebut," Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dalam keterangan tertulisnya, Kamis (31/1/2019).
Dasar seluruh filsafat menjadikan kemerdekaan Indonesia untuk mewujudkan persaudaraan dunia, kata dia, tidak terlepas dari keteledanan dan kepeloporan dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, yakni Muhammadiyah dan NU.
"Kedua organisasi ini menjadi pelopor dalam membangun sintesa yang sempurna antara Islam dan Pancasila; Pancasila dan Islam," kata Hasto.
Muhammadiyah, dengan semangat Islam berkemajuan untuk kemaslahatan umat, berdakwah melalui bidang pendidikan, kesehatan sosial dan gerak ekonomi kerakyatan, menjadi contoh kemajuan peradaban Indonesia.
Demikian halnya NU, semangat hubbul wathan minal iman, dan tradisi Islam yang menyatu dengan tradisi kebudayaan masyarakat Indonesia, pendidikan pesantren yang unik dan khas nusantara, serta mekanisme untuk melakukan musyawarah terhadap berbagai persoalan mendasar bangsa di dalam menjadikan Pancasila sebagai dasar, jiwa dan kepribadian bangsa sangat diakui.
"PDI Perjuangan percaya, dengan tradisi keIslaman yang membangun watak dan jati diri bangsa gotong royong, maka pemberian nobel perdamaian tersebut sangat relevan mengingat peran Muhammadiyah dan NU dalam mewujudkan Islam yang toleran (tasamuh), damai (salam) dan menjadi inspirasi bagi dunia," kata Hasto.
"Ketika Bung Karno merancang naskah awal pembukaan UUD 1945, maka disitulah semangat ikut melaksanakan ketertiban dunia diperjuangkan. Ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial adalah implementasi Pancasila. Inilah semangat membangun persaudaraan dunia dimana Pancasila hadir sebagai solusi atas jalan tatanan dunia baru tersebut," Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dalam keterangan tertulisnya, Kamis (31/1/2019).
Dasar seluruh filsafat menjadikan kemerdekaan Indonesia untuk mewujudkan persaudaraan dunia, kata dia, tidak terlepas dari keteledanan dan kepeloporan dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, yakni Muhammadiyah dan NU.
"Kedua organisasi ini menjadi pelopor dalam membangun sintesa yang sempurna antara Islam dan Pancasila; Pancasila dan Islam," kata Hasto.
Muhammadiyah, dengan semangat Islam berkemajuan untuk kemaslahatan umat, berdakwah melalui bidang pendidikan, kesehatan sosial dan gerak ekonomi kerakyatan, menjadi contoh kemajuan peradaban Indonesia.
Demikian halnya NU, semangat hubbul wathan minal iman, dan tradisi Islam yang menyatu dengan tradisi kebudayaan masyarakat Indonesia, pendidikan pesantren yang unik dan khas nusantara, serta mekanisme untuk melakukan musyawarah terhadap berbagai persoalan mendasar bangsa di dalam menjadikan Pancasila sebagai dasar, jiwa dan kepribadian bangsa sangat diakui.
"PDI Perjuangan percaya, dengan tradisi keIslaman yang membangun watak dan jati diri bangsa gotong royong, maka pemberian nobel perdamaian tersebut sangat relevan mengingat peran Muhammadiyah dan NU dalam mewujudkan Islam yang toleran (tasamuh), damai (salam) dan menjadi inspirasi bagi dunia," kata Hasto.
(mhd)