Bawaslu Tekankan Budaya Literasi untuk Pemilu Cerdas Tanpa Baper
A
A
A
JAKARTA - Persoalan yang dihadapi para penyelenggara pemilu dalam menyiapkan pemilu serentak 2019 bukan saja bicara tahapan dan proses yang umum dilakukan berdasarkan Undang-Undang nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu, melainkan bagaimana mencermati calon pemilih.
Hal tersebut disampaikan Anggota Bawaslu bidang pengawasan dan Sosialisasi, Mochammad Afifuddin dalam diskusi bertajuk 'Pemilu Cerdas Tanpa Baper: Berbeda Pilihan itu Biasa dan Launcing Kanal Pemilu Cerdas Tanpa Baper SINDOnews dan KoranSINDO di Kantor Sindo, Jakarta, Kamis (10/1/2019).
Afif sapaan akrabnya menganggap, kehadiran media sosial memang mempermudah bagi masyarakat untuk mengakses informasi pemilu. Namun di sisi lain, media sosial juga turut mempengaruhi cara pandang pemilih secara negatif.
Maka itu, Afif menekankan pentingnya budaya literasi untuk memperkuat pemilih dalam konteks interaksi di media sosial. Menurutnya, dengan budaya literasi juga bisa meningkatkan 'pemilu cerdas tanpa baper'
"Sekarang yang terpenting itu bagaimana budaya literasi ini diperkuat untuk agar pemilu cerdas, masing-masing (yang berbeda pilihan) tidak baper," ujarnya.
Menurut Afif, budaya literasi sangat perlu dikuatkan kepada masyarakat khususnya para pengguna internet jelang pemilu. Terlebih dengan munculnya banyak informasi bohong atau hoaks seperti dalam kasus kontainer surat suara tercoblos.
Afif mengaku tidak ingin prinsip 'main sebar' informasi tanpa tabayun atau konfirmasi terlebih dahulu menjadi hal yang lumrah menjelang masa kampanye seperti saat ini. "Alhamdulillah sekarang banyak lembaga pamantau pemilu yang membantu mengawsi proses ini," pungkasnya.
Hal tersebut disampaikan Anggota Bawaslu bidang pengawasan dan Sosialisasi, Mochammad Afifuddin dalam diskusi bertajuk 'Pemilu Cerdas Tanpa Baper: Berbeda Pilihan itu Biasa dan Launcing Kanal Pemilu Cerdas Tanpa Baper SINDOnews dan KoranSINDO di Kantor Sindo, Jakarta, Kamis (10/1/2019).
Afif sapaan akrabnya menganggap, kehadiran media sosial memang mempermudah bagi masyarakat untuk mengakses informasi pemilu. Namun di sisi lain, media sosial juga turut mempengaruhi cara pandang pemilih secara negatif.
Maka itu, Afif menekankan pentingnya budaya literasi untuk memperkuat pemilih dalam konteks interaksi di media sosial. Menurutnya, dengan budaya literasi juga bisa meningkatkan 'pemilu cerdas tanpa baper'
"Sekarang yang terpenting itu bagaimana budaya literasi ini diperkuat untuk agar pemilu cerdas, masing-masing (yang berbeda pilihan) tidak baper," ujarnya.
Menurut Afif, budaya literasi sangat perlu dikuatkan kepada masyarakat khususnya para pengguna internet jelang pemilu. Terlebih dengan munculnya banyak informasi bohong atau hoaks seperti dalam kasus kontainer surat suara tercoblos.
Afif mengaku tidak ingin prinsip 'main sebar' informasi tanpa tabayun atau konfirmasi terlebih dahulu menjadi hal yang lumrah menjelang masa kampanye seperti saat ini. "Alhamdulillah sekarang banyak lembaga pamantau pemilu yang membantu mengawsi proses ini," pungkasnya.
(pur)