Produk Lokal Warnai Pesta Belanja Online

Sabtu, 22 Desember 2018 - 08:00 WIB
Produk Lokal Warnai Pesta Belanja Online
Produk Lokal Warnai Pesta Belanja Online
A A A
SUKSES Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) yang digelar pada pengujung tahun ini, menjawab kekhawatiran sejumlah pihak bahwa barang jualan online tidak berpihak pada produk lokal. Selama ini, selalu didengungkan bahwa peran produk lokal sangat terbatas dalam perdagangan online.

Lalu, pemerintah diminta membuat regulasi khusus agar produk lokal tidak menjadi penonton di negeri sendiri. Data terbaru dari Nielsen Indonesia yang dirilis penyelenggara Harbolnas menyebut hampir setengah dari nilai transaksi Harbolnas 2018 atau sekitar Rp3,1 triliun berasal dari produk lokal. Nilai transaksi tersebut jauh melampaui target yang dipatok penyelenggara sebesar Rp1 triliun.

Memang, Harbolnas kali ini, sebagaimana dinyatakan Ketua Harbolnas 2018, Indra Yonathan, difokuskan dalam membantu peningkatan daya jual produk lokas di platform e-commerce. Produk lokal berkontribusi sekitar 46% dari total penjualan.Transaksi pesta belanja online yang dipublikasi Nielsen Indonesia sebuah lembaga riset pasar mencapai sebesar Rp6,8 triliun atau meningkat sekitar Rp2,1 triliun dibandingkan nilai transaksi Harbolnas tahun lalu. Meski terjadi lompatan nilai transaksi namun harapan penyelenggara belum terkabulkan sebab traget transaksi yang dipatok sebesar Rp7 triliun.
Begitupula partisipasi masyarakat merayakan Harbolnas meningkat sekitar 46% dari tahun lalu. Pertumbuhan partisipasi masyarakat paling tinggi terjadi di Pulau Jawa yang mencapai 56% sedang di luar Pulau Jawa sekitar 6%.Riset Nielsen juga membeberkan nilai transaksi rata-rata meningkat sekitar 6,9 kali dibanding rata-rata transaksi harian. Adapun produk yang menjadi incaran para pembeli adalah produk fesyen, kecantikan dan travel. Masyarakat yang berpartisipasi dalam pesta belanja online tersebut dalam bertransaksi didominasi melalui smartphone, disusul laptop dan PC serta tablet.
Lalu lintas transaksi selama pesta belanja online yang sangat ramai memang sudah diperdiksi para penjual berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya. Lihat saja, Shopee membukukan transaksi sebanyak 12 juta lebih dari tujuh negara, melibatkan lebih dari 450.000 merek dan penjual.Dari sebanyak 12 juta lebih transaksi tercatat sebanyak 5,4 juta transaksi berasal dari dalam negeri. Adapun barang favorit yang diburu konsumen meliputi telepon seluler dan aksesoris, kecantikan hingga pakaian wanita. Pada menit pertama pembukaan Harbolnas 2018, Shopee melepas sebanyak 73.519 barang.
Selain penjual dan pembeli siapa lagi yang ketiban rejeki nomplok dari Harbolnas 2018? Sudah pasti adalah perusahaan jasa pengiriman. Pihak JNE mengklaim mengalami peningkatan pengiriman hingga 60% dibanding pesta belanja online tahun lalu. Untungnya, manajemen JNE sudah menyosialisasikan kepada masyarakat bakal terjadi penumpukan barang yang menjadikan pengiriman terhambat.Begitupula J&T Express menuai peningkatan pengiriman selama Harbolnas yang mencapai 4,5 juta paket. Pengiriman terbesar meliputi tiga wilayah, yakni Jakarta, Bandung dan Surabaya. Bukan hanya perusahaan jasa pengiriman yang kecipratan rejeki Harbolnas tetapi Go Jek juga banjir order melalui layanan Go Send.
Boleh berbangga dengan pencapaian hasil Harbolnas 2018. Penjual, konsumen dan perusahaan jasa pengiriman hingga jasa-jasa terkait dapat menikmati kue rejeki pesta belanja online. Melihat minat masyarakat yang semakin besar terhadap belanja online adalah sesautu yang menggembirakan, namun masih terdapat sebuah persoalan besar yakni sisi logistik.Indonesia adalah negara kepulauan yang terbentang sepanjang lebih dari 13 ribu kilometer dari ujung barat ke timur. Tentu posisi tersebut menjadi tantangan yang tidak kecil bagi industri logistik dalam memberikan layanan ideal. Kini ramai diberitakan sejumlah konsumen Harbolnas diliputi kegilisahan karena barang yang telah dieksekusi belum tahu kapan sampai ditangannya.
Karena itu, pemerintah harus memberi perhatian khsusus bagaimana merancang kebijakan terkait logistik yang tepat dan membuat infrastruktur logistik dalam menghadapi tantangan di era Revolusi Industri 4.0. Sukses penetrasi platform e-commerce menjadi gaya hidup dengan berbagai aktivitas, seperti pesta belanja online tidak bisa dihindari lagi.Dan, harus disadari bahwa sektor logistik adalah salah satu faktor kunci bertumbuhnya industri e-commerce. Dua tahun lalu, Bank Indonesia menyebutkan sebanyak 24,73 juta orang berbelanja online senilai Rp 75 triliun. Kalau dirata-ratakan maka setiap orang yang berbelanja online mengeluarkan dana sekitar Rp 3 juta per tahun. Artinya, bisa dibayangkan bagaimana pesatnya perkembangan e-commerce ke depan sehingga membutuhkan dukungan logistik yang memadai.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5407 seconds (0.1#10.140)
pixels