Kedepankan Adu Gagasan dan Program

Kamis, 20 Desember 2018 - 15:17 WIB
Kedepankan Adu Gagasan dan Program
Kedepankan Adu Gagasan dan Program
A A A
JAKARTA - Baru dua bulan memasuki masa kampanye, penyebaran hoaks lebih mendominasi kontestasi pilpres ketimbang adu gagasan. Bahkan, kedua kubu pasangan calon presiden dan wakil presiden mengaku kesulitan menghadapi hoaks.

Juru Bicara (Jubir) Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Suhud Alyuddin mengakui di tahun politik ini akan selalu ada pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan melalui penyebaran berita bohong atau hoaks. Tujuannya mengacaukan situasi termasuk memecah belah masyarakat karena saling serang.

“Namun, kami melihat provokasi yang dilakukan berita hoaks tidak berhasil, karena masyarakat kita sudah dewasa dan cukup cerdas memilah informasi,” kata Suhud.

Dia menjelaskan, hoaks yang menye rang pasangan Prabowo-Sandi biasanya terkait tudingan dukungan dari kelompok radikal anti-Pancasila dan bercita-cita menegakkan khilafah. Sehingga seolah pihak Prabowo-Sandi tidak cinta NKRI.

“Serangan hoaks itu cukup masif, tidak hanya di media sosial, tapi juga ada yang sengaja memasang spanduk di tempat-tempat tertentu yang isinya seolah-olah kami akan menegakkan sistem khilafah,” ujarnya.

Meskipun banyak serangan hoaks, BPN tidak memiliki kiat khusus untuk meng-counter serangan hoaks tersebut. Karena pihaknya meyakini bahwa masyarakat sudah cerdas dan cukup selektif dalam menilai informasi yang benar dan mana hoaks.Dan pihaknya tidak terlalu ambil pusing soal serangan hoaks ini dan fokus pada kampanye program. “Klarifikasi seperlunya. Selebihnya kami fokus bicara program. Karena akan habis energi jika hanya fokus melayani berita hoaks,” jelas politikus PKS itu.
Suhud menegaskan, pihaknya berkomitmen menjalankan kampanye sehat dan mencerdaskan serta fokus melakukan perbaikan ekonomi terutama pada stabilitas harga dan pembukaan lapangan kerja. “Iya pasti menghindari hoaks. Itu komitmen BPN Prabowo-Sandi,” tegasnya.

Jubir Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Kiai Maíruf Amin (Jokowi-KMA) Ace Hasan Syadzily mengatakan, jika mengamati sejak penetapan capres-cawapres, penyebaran hoaks sudah demikian nyata adanya. Ada berbagai pihak yang menggunakan media sosial secara sistematis khu susnya lewat platform WhatsApp dan Facebook dalam penyebaran hoaks. Salah satunya yang masih kuat disebarkan adalah isu bahwa Jokowi seorang PKI, padahal itu tidak benar.

“Itu dipercaya publik 5-6% dalam survei. Narasi yang disampaikan harga alami kenaikan, TKA (tenaga kerja asing) yang sampai jutaan, penggunaan dana haji sebagai infrastruktur. Kalau pak Jokowi terpilih kembali Kemenag akan dibubarkan yang secara masif menyebar ke masyarakat lewat media sosial,” kata Ace.

Dia meyakini hoaks tersebut tidak secara resmi disebarkan tim kompetitor karena gerakan tersebut memang sulit diidentifikasi. Yang jelas, kecenderungan menyebarkan pemberitaan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan marak terjadi.

Tapi, TKN memiliki tim media sosial dan juga jubir yang mengklarifikasi. “Tapi, hoaks ini sudah terpatri ke sebagian pemilih. Sejak Pilpres 2014 lalu sudah tersebar Obor Rakyat yang masif direproduksi secara terus-menerus,” papar tambah politikus Partai Golkar itu.

Menurut Ace, pihaknya paling dirugikan akibat penyebaran hoaks ini karena selalu dikaitkan dengan per soalan agama yang begitu kuat. Dan semua pihak mengetahui siapa yang selalu menggunakan sentimen agama dalam berbagai momen politik. Isu Jokowi nonmuslim juga selalu disampaikan jelang pilpres. Ini menunjukkan bahwa penggunaan hoaks itu nyata adanya. (Kiswondari)
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5692 seconds (0.1#10.140)