Prabowo Incar Basis Pendukung Jokowi

Selasa, 11 Desember 2018 - 13:47 WIB
Prabowo Incar Basis...
Prabowo Incar Basis Pendukung Jokowi
A A A
JAKARTA - Rencana pemindahan markas Badan Pemenangan Nasional (BPN) Pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno ke Jawa Tengah menarik dicermati.

Bisa jadi Jawa Tengah sebagai basis tradisional pendukung Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin akan menjadi jantung pertempuran Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014, pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) unggul mutlak atas pasangan Prabowo Subianto-Hatta Radjasa. Jokowi-JK menang di seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah. Total raihan suara Jokowi-JK 12.959.540 atau 66,65% dari total suara sah.

Sedangkan Prabowo-Hatta hanya meraih 6.485.720 suara atau 33,35% dari total suara sah. Sedangkan dalam Pemilu Legislatif (Pileg) PDI Perjuangan berjaya dengan meraih 4.295.598 suara. Jumlah ini hampir dua kali lipat perolehan suara Partai Golkar sebagai peraih suara kedua terbanyak.

Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, rencana BPN pindah ke Jawa Tengah merupakan bagian dari strategi pemenangan. Dengan memindahkan BPN ke Jawa Tengah, Prabowo-Sandi diharapkan bisa mengakomodasi lebih banyak relawan, mulai dari kelompok santri, alumni 212, NU, Muhammadiyah, hingga anak-anak muda.

Prabowo-Sandi juga ingin memastikan bahwa akan mengakomodasi basis pendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2014 silam yang kecewa karena janji politik tidak dipenuhi.

“(BPN juga akan meng akomodasi) kelompok-kelompok Marhaen dan abangan yang kecewa dengan pemerintahan Joko Widodo yang dianggap abai dengan kepentingan rakyat kecil, terutama terkait dengan lapangan kerja dan harga-harga pangan,” kata Dahnil di Jakarta kemarin.

Mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah ini menegaskan, rencana memindah kan markas perjuangan ke Jateng juga sejalan dengan sikap Prabowo yang saat ini intens menjalin komunikasi dengan para pemuka agama di Pulau Jawa untuk memastikan basis dukungannya semakin meluas.

“Alhamdulillah selama satu bulan ini (dukungan) menunjukkan progresivitas yang signifikan,” ujar Dahnil. Dengan terus bertambahnya dukungan itu, koordinasi pun perlu untuk semakin di rapikan. Apalagi, kedatangan relawan untuk kubu Prabwo-Sandi bak cendawan di musim hujan alias tumbuh subur.

Sebelumnya Sandiaga Uno berencana memindahkan markas perjuangannya ke Jateng untuk sebagai bagian dari pemenangan di wilayah tersebut.

Direktur Materi Debat BPN Prabowo-Sandi, Sudirman Said mengatakan, hasil Pilgub Jateng 2018 yang diperolehnya se besar 41,23% menjadi modal yang harus dipertahankan. Karena itu, dia bertekad untuk meningkatkan perolehan suara di Jateng.

Sekretaris PDIP Hasto Kristiyanto menegaskan bahwa rencana pemindahan markas pemenangan Prabowo-Sandi ke Jateng justru menggelorakan semangat juang, tidak hanya bagi kelompok die hard PDIP, namun juga bagi seluruh parpol Koalisi Indonesia Kerja di Jawa Tengah.

“Rencana Sandi tersebut justru menjadi blunder. Sebab, seluruh elemen pendukung Jokowi-KH Ma'ruf Amin justru semakin solid bersatu dan meningkatkan target pilpres (di Jateng) dari 75% menjadi 80%,” tuturnya kemarin.

Hasto, yang juga Sekretaris TKN Jokowi-Kiai Ma’ruf, menegaskan bahwa PDIP telah membangun loyalitas pemilih di Jateng bukan dalam sebulan dua bulan, namun proses berkesinambungan bertahun-tahun. “Memenangkan hati rakyat melalui pikiran yang positif dan kerja nyata untuk rakyat itulah yang selama ini dilakukan Pak Jokowi.

“PDIP konsisten melakukan langkah perbaikan dan konsolidasi organisasi, melalui kaderisasi politik, pengembangan sekolah partai, rekrutmen tokoh-tokoh pemuda mahasiswa di komunitas juang, dan menegakkan disiplin dengan sanksi pemecatan bagi pelaku tindak pidana korupsi,” ucapnya.

Hasto meyakini, prestasi Jokowi yang sebelumnya dua kali menjabat wali kota Solo dan gubernur DKI Jakarta, membuat dukungan masyarakat Jawa Tengah semakin solid, justru ketika ada pihak-pihak yang mencoba mengganggu.

“Bayangkan, kurang apa masifnya Obor Rakyat diproduksi oleh Tim Prabowo 2014 yang lalu, dan hal tersebut justru mengobarkan militansi Banteng Ketaton,” katanya. Menurut Hasto, apa yang dilakukan tim kampanye Prabowo-Sandi tersebut hanyalah taktik politik jangka pendek akibat tidak solidnya koalisi. “Itu semua pengalihan isu atas tidak solidnya tim kampanye mereka. Mereka terapkan ilmu Sun Tzu bahwa strategi terbaik adalah menyerang,” paparnya.

Karena itu, menurut Hasto, upaya kubu Prabowo-Sandi untuk memasuki wilayah Jawa Tengah yang dikenal guyub dengan berbagai isu yang memecah, dipastikan justru akan kontraproduktif. Dengan dukungan parpol koalisi yang cukup kuat dan para relawan Jokowi, upaya kubu Prabowo-Sandi untuk memindahkan markas mereka ke Jateng, hanya akan menjadi sebuah sensasi politik.

“Ketika Pak Sudirman Said mengatakan bahwa Jateng bukan kandang banteng, nah justru ini membangkitkan solidaritas dari kader-kader partai untuk bergotong-royong membantu Pak Ganjar. Itu malah menyolidkan dukungan pada Pak Ganjar saat itu,” katanya.

Juru Bicara TKN Arya Sinulingga juga merasa tidak khawatir dengan rencana pemindahan markas pemenangan kubu Prabowo-Sandi ke Jateng. “Yang pasti kami tidak pernah khawatir karena Jawa Tengah itu basis yang sangat kuat untuk Pak Jokowi. Mereka merasakan bagaimana hasil pembangunan yang dilakukan Pak Jokowi,” ungkapnya.

Politikus Partai Perindo ini menilai, upaya pemindahan markas pemenangan ini justru membuktikan bahwa kubu Prabowo-Sandi gagal mengonsolidasikan suara di Jakarta dan Banten, termasuk di Jawa Barat. “Akhirnya mereka menggeser ke Jawa Tengah. Itu adalah bukti bahwa mereka tidak mampu meraup suara,” katanya.

Arya mengklaim, sampai saat ini hasil sejumlah survei menyebut di wilayah Jakarta dan Jawa Barat Jokowi masih unggul. “Jadi mereka menggeser. Kami melihatnya seperti itu,” urainya.

Mengenai sosok Sudirman Said yang cukup diandalkan untuk meraup suara di Jateng, Arya mengatakan bahwa perolehan 41,22% suara Sudirman Said di Pilkada Jateng bukan hasil sendiri, namun ada peran Ida Fauziyah bersama PKB dan NU yang juga cukup signifikan.

“Warga Jawa Tengah itu kan bukan Pak Sudirman Said sendiri. Lupa? Bu Ida ada. PKB loh, NU di sana. Suara di sana dipengaruhi itu juga. Jadi tidak bisa otomatis bahwa itu suaranya Sudirman Said. Bukan,” paparnya. (Kiswondari/ Abdul Rochim)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7382 seconds (0.1#10.140)