Isi Media Sosial dengan Narasi Positif
A
A
A
JAKARTA - Media sosial (medsos) belakangan kerap diisi dengan berbagai konten berita bohong (hoaks) maupun isu-isu negatif terkait suku, ras, dan agama (SARA) yang bisa mengancam persatuan bangsa. Kondisi ini memicu keprihatinan MPR. Apalagi Indonesia termasuk salah satu pengguna internet terbesar di dunia.
Tak ingin medsos dan media online menjadi produsen berita-berita negatif, MPR pun melibatkan sebanyak 44 warganet (netizen) baik blogger, youtuber, netizen, maupun para pegiat medsos dari dari 11 provinsi di Indonesia untuk bijak bermedsos sesuai Pancasila. Mereka juga diajak untuk menyosialisasikan Empat Pilar MPR dan selalu memproduksi konten-konten dengan narasi positif.
Sekjen MPR Ma'ruf Cahyono menyebut kelompok ini merupakan komunitas masyarakat yang strategis. "Untuk itu kita ajak mensosialisasikan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika," ujarnya dalam Deklarasi Warganet MPR di Jakarta, kemarin.
Acara yang digelar itu disebut sebagai forum silaturahmi untuk mengusung visi yang sama bagi warganet setelah mereka sebelumnya dibekali mengenai Empat Pilar. Dalam kegiatan yang dilaksanakan mulai 7-9 Desember 2018, mereka mendiskusikan dan membahas mengenai implementasi Empat Pilar dalam dunia maya dan nyata.
Ma'ruf optimistis, warganet yang telah dibekali nilai-nilai luhur bangsa dan konstitusi negara, bisa menulis atau membikin status dalam medsos. Tulisan atau status yang mereka unggah diharapkan mampu menjadi penyejuk suasana di masyarakat. "Masyarakat sekarang sangat dinamis," tuturnya.
Seperti diketahui, sejak Pilkada Jakarta 2017 dan menjelang Pemilu Presiden 2019, medsos menjadi media untuk saling dukung salah satu calon. Sayangnya, tulisan yang mereka produksi di medsos cenderung kasar, saling mem-bully, menghina, dan melecehkan satu sama lain. Hal inilah yang dikhawatirkan membuat terjadinya perpecahan di kalangan masyarakat.
Karena itu, MPR mengajak warganet membuat deklarasi sehingga mereka bisa menggunakan medsos dan media online sebagai sumber informasi yang sehat. Ada empat poin isi deklarasi warganet Indonesia. Pertama, mereka menyatakan untuk tidak menyebarkan konten hoaks dan SARA. Kedua, bijak bermedia sosial sesuai Pancasila. Ketiga, menerapkan Empat Pilar MPR dalam literasi digital. Keempat, bersatu membuat keren Indonesia dengan konten yang positif. "Ini komitmen deklarasi yang luar biasa," ujar Ma'ruf.
Keempat poin tersebut disebut sebagai instrumen penting untuk menjembatani semua pihak. "Mengajak masyarakat dan pihak yang lain untuk menciptakan suasana yang menyejukan di tahun politik," tuturnya.
Deklarasi warganet diharapkan bisa meminimalisir pelecehan dan penghinaan berbau SARA dan hoaks. "Penggunaan teknologi informasi harus diorientasikan pada Empat Pilar," ucapnya.
Pria asal Banyumas, Jawa Tengah, itu berharap deklarasi itu diimplementasikan dalam kehidupan keseharian dan sasarannya tidak hanya warganet, tapi diperluas kepada masyarakat umum. Diakuinya, teknologi informasi saat ini tidak hanya disukai oleh anak muda, orang tua pun diakui juga mulai mengganderungi medsos. "Orang tua pun mulai beradaptasi dengan teknologi yang ada," ungkapnya.
Ma'ruf pun mengajak warganet bersama MPR untuk ikut memperkuat, merawat, dan menjaga Indonesia. "Bila warganet ikut mensosialisasikan Empat Pilar maka kedudukannya sama dengan anggota MPR. Mari mensosialisasikan Empat Pilar dengan maksimal," katanya.
Menurutnya, MPR merupakan rumah kebangsaan. Sebagai rumah bersama, maka siapa pun berhak menyampaikan aspirasi untuk membuat bangsa ini menjadi lebih baik. Pancasila dikatakan sebagai ideologi yang dinamis dan hidup. Untuk itulah, Pancasila perlu diimplementasikan dalam keseharian. "Kita Perlu membumikan Pancasila," tuturnya.
Rumah kebangsaan, kata Ma'ruf, harus didekati dengan semangat untuk memwujudkan cita-cita bangsa dan negara seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Selain itu, MPR juga sebagai pengawal Pancasila. "Tak ada bangsa besar yang tak punya ideologi," ujarnya. Karena itu, diharapkan kepada warganet dengan kecerdasan yang ada untuk mempublikasikan nilai-nilai Pancasila dalam tulisan atau status di online.
MPR, menurut Ma'ruf, juga menjadi pengawal kedaulatan rakyat yang merupakan kekuasaan tertinggi. Dalam demokrasi harus dipastikan bahwa yang mempunyai kedaulatan mendapat kekuasaan. "Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat," ucapnya.
Diakuinya, selama mengawal Pancasila, bangsa ini tak lepas dari pengaruh dan tekanan yang sangat luar biasa yang datang dari dalam atau luar negeri. "Saya khawatir kalau Pancasila tak dijaga," ucapnya. "Sehingga warganet perlu menyampaikan pesan yang kuat untuk menjaga ideologi dan persatuan bangsa," ujarnya.
Ma'ruf menyebut Indonesia adalah negara yang besar untuk itu perlu dijaga dan dirawat. Merawat Indonesia dengan cara memiliki ketahanan bangsa agar mampu mengatasi dan menghadapi perubahan zaman. Perubahan zaman yang ada harus diikuti dengan ideologi yang dinamis meski demikian tak boleh membuat kita keluar dari jati diri bangsa.
Kabiro Humas Setjen MPR Siti Fauziah menambahkan, kegiatan MPR yang melibatkan warganet telah dilakukan di berbagai kota. Selain Jakarta, juga di Solo, Yogyakarta, Bogor, Bandung, Bandarlampung, Makassar, Manado, Medan, Surabaya, Malang, dan kota lainnya. "Di akhir tahun ini kita kumpulkan leader warganet dari berbagai daerah," ujarnya.
Diharapkan setelah mereka dibekali dengan pengetahuan Empat Pilar, mereka menularkan apa yang didapat tidak hanya kepada warganet di daerah, namun juga kepada masyarakat lewat tulisan atau status.
"Mereka kita ajak untuk ikut mensosialisasikan Empat Pilar," ujarnya. "Kita sudah bersama mereka selama 3 tahun," ujarnya.
Mira Sahid, Koordinator Netizen MPR, menuturkan, sosialisasi Empat Pilar ini sudah dilakukan sejak 2015 lalu. "Mereka ini rata-rata netizen, blogger, dan penggiat medsos. Mereka yang dipilih rata-rata yang aktif di medsos. Ada blogger, youtuber, netizen," katanya.
Dijelaskan, dari tahun ke tahun, pengguna internet di Indonesia perkembangannya sangat cepat. Misalnya tahun lalu sekitar 132 juta, sekarang pengguna internet sudah hampir 136 juta. "Kita harapkan mereka yang aktif di medsos ini tidak hanya aktif, tapi bisa berada di garis depan untuk menyosialisasikan Empat Pilar ini," tuturnya.
Nurul, blogger dari Surabaya, mengatakan, untuk melawan hoaks di medsos memang tidak gampang karena ini terkait jutaan netizen. Namun, yang bisa dilakukan untuk melawannya, yaitu dengan memperbanyak menerbitkan konten-konten positif.
"Sehingga kalau di-Google Search, konten positif banyak, konten negatif bisa turun. Karena itu, produksilah konten-konten positif sebanyak-banyaknya dan kuasailah ilmunya," tutur pemilih blog bukanbocahbiasa.com ini. (Abdul Rochim)
Tak ingin medsos dan media online menjadi produsen berita-berita negatif, MPR pun melibatkan sebanyak 44 warganet (netizen) baik blogger, youtuber, netizen, maupun para pegiat medsos dari dari 11 provinsi di Indonesia untuk bijak bermedsos sesuai Pancasila. Mereka juga diajak untuk menyosialisasikan Empat Pilar MPR dan selalu memproduksi konten-konten dengan narasi positif.
Sekjen MPR Ma'ruf Cahyono menyebut kelompok ini merupakan komunitas masyarakat yang strategis. "Untuk itu kita ajak mensosialisasikan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika," ujarnya dalam Deklarasi Warganet MPR di Jakarta, kemarin.
Acara yang digelar itu disebut sebagai forum silaturahmi untuk mengusung visi yang sama bagi warganet setelah mereka sebelumnya dibekali mengenai Empat Pilar. Dalam kegiatan yang dilaksanakan mulai 7-9 Desember 2018, mereka mendiskusikan dan membahas mengenai implementasi Empat Pilar dalam dunia maya dan nyata.
Ma'ruf optimistis, warganet yang telah dibekali nilai-nilai luhur bangsa dan konstitusi negara, bisa menulis atau membikin status dalam medsos. Tulisan atau status yang mereka unggah diharapkan mampu menjadi penyejuk suasana di masyarakat. "Masyarakat sekarang sangat dinamis," tuturnya.
Seperti diketahui, sejak Pilkada Jakarta 2017 dan menjelang Pemilu Presiden 2019, medsos menjadi media untuk saling dukung salah satu calon. Sayangnya, tulisan yang mereka produksi di medsos cenderung kasar, saling mem-bully, menghina, dan melecehkan satu sama lain. Hal inilah yang dikhawatirkan membuat terjadinya perpecahan di kalangan masyarakat.
Karena itu, MPR mengajak warganet membuat deklarasi sehingga mereka bisa menggunakan medsos dan media online sebagai sumber informasi yang sehat. Ada empat poin isi deklarasi warganet Indonesia. Pertama, mereka menyatakan untuk tidak menyebarkan konten hoaks dan SARA. Kedua, bijak bermedia sosial sesuai Pancasila. Ketiga, menerapkan Empat Pilar MPR dalam literasi digital. Keempat, bersatu membuat keren Indonesia dengan konten yang positif. "Ini komitmen deklarasi yang luar biasa," ujar Ma'ruf.
Keempat poin tersebut disebut sebagai instrumen penting untuk menjembatani semua pihak. "Mengajak masyarakat dan pihak yang lain untuk menciptakan suasana yang menyejukan di tahun politik," tuturnya.
Deklarasi warganet diharapkan bisa meminimalisir pelecehan dan penghinaan berbau SARA dan hoaks. "Penggunaan teknologi informasi harus diorientasikan pada Empat Pilar," ucapnya.
Pria asal Banyumas, Jawa Tengah, itu berharap deklarasi itu diimplementasikan dalam kehidupan keseharian dan sasarannya tidak hanya warganet, tapi diperluas kepada masyarakat umum. Diakuinya, teknologi informasi saat ini tidak hanya disukai oleh anak muda, orang tua pun diakui juga mulai mengganderungi medsos. "Orang tua pun mulai beradaptasi dengan teknologi yang ada," ungkapnya.
Ma'ruf pun mengajak warganet bersama MPR untuk ikut memperkuat, merawat, dan menjaga Indonesia. "Bila warganet ikut mensosialisasikan Empat Pilar maka kedudukannya sama dengan anggota MPR. Mari mensosialisasikan Empat Pilar dengan maksimal," katanya.
Menurutnya, MPR merupakan rumah kebangsaan. Sebagai rumah bersama, maka siapa pun berhak menyampaikan aspirasi untuk membuat bangsa ini menjadi lebih baik. Pancasila dikatakan sebagai ideologi yang dinamis dan hidup. Untuk itulah, Pancasila perlu diimplementasikan dalam keseharian. "Kita Perlu membumikan Pancasila," tuturnya.
Rumah kebangsaan, kata Ma'ruf, harus didekati dengan semangat untuk memwujudkan cita-cita bangsa dan negara seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Selain itu, MPR juga sebagai pengawal Pancasila. "Tak ada bangsa besar yang tak punya ideologi," ujarnya. Karena itu, diharapkan kepada warganet dengan kecerdasan yang ada untuk mempublikasikan nilai-nilai Pancasila dalam tulisan atau status di online.
MPR, menurut Ma'ruf, juga menjadi pengawal kedaulatan rakyat yang merupakan kekuasaan tertinggi. Dalam demokrasi harus dipastikan bahwa yang mempunyai kedaulatan mendapat kekuasaan. "Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat," ucapnya.
Diakuinya, selama mengawal Pancasila, bangsa ini tak lepas dari pengaruh dan tekanan yang sangat luar biasa yang datang dari dalam atau luar negeri. "Saya khawatir kalau Pancasila tak dijaga," ucapnya. "Sehingga warganet perlu menyampaikan pesan yang kuat untuk menjaga ideologi dan persatuan bangsa," ujarnya.
Ma'ruf menyebut Indonesia adalah negara yang besar untuk itu perlu dijaga dan dirawat. Merawat Indonesia dengan cara memiliki ketahanan bangsa agar mampu mengatasi dan menghadapi perubahan zaman. Perubahan zaman yang ada harus diikuti dengan ideologi yang dinamis meski demikian tak boleh membuat kita keluar dari jati diri bangsa.
Kabiro Humas Setjen MPR Siti Fauziah menambahkan, kegiatan MPR yang melibatkan warganet telah dilakukan di berbagai kota. Selain Jakarta, juga di Solo, Yogyakarta, Bogor, Bandung, Bandarlampung, Makassar, Manado, Medan, Surabaya, Malang, dan kota lainnya. "Di akhir tahun ini kita kumpulkan leader warganet dari berbagai daerah," ujarnya.
Diharapkan setelah mereka dibekali dengan pengetahuan Empat Pilar, mereka menularkan apa yang didapat tidak hanya kepada warganet di daerah, namun juga kepada masyarakat lewat tulisan atau status.
"Mereka kita ajak untuk ikut mensosialisasikan Empat Pilar," ujarnya. "Kita sudah bersama mereka selama 3 tahun," ujarnya.
Mira Sahid, Koordinator Netizen MPR, menuturkan, sosialisasi Empat Pilar ini sudah dilakukan sejak 2015 lalu. "Mereka ini rata-rata netizen, blogger, dan penggiat medsos. Mereka yang dipilih rata-rata yang aktif di medsos. Ada blogger, youtuber, netizen," katanya.
Dijelaskan, dari tahun ke tahun, pengguna internet di Indonesia perkembangannya sangat cepat. Misalnya tahun lalu sekitar 132 juta, sekarang pengguna internet sudah hampir 136 juta. "Kita harapkan mereka yang aktif di medsos ini tidak hanya aktif, tapi bisa berada di garis depan untuk menyosialisasikan Empat Pilar ini," tuturnya.
Nurul, blogger dari Surabaya, mengatakan, untuk melawan hoaks di medsos memang tidak gampang karena ini terkait jutaan netizen. Namun, yang bisa dilakukan untuk melawannya, yaitu dengan memperbanyak menerbitkan konten-konten positif.
"Sehingga kalau di-Google Search, konten positif banyak, konten negatif bisa turun. Karena itu, produksilah konten-konten positif sebanyak-banyaknya dan kuasailah ilmunya," tutur pemilih blog bukanbocahbiasa.com ini. (Abdul Rochim)
(nfl)