Bela Jokowi, GP Ansor Minta Kampanye Hitam Soal Isu Agama Dihentikan
A
A
A
TANGERANG - Gerakan Pemuda (GP) Anshor meminta agar masyarakat mewaspadai munculnya kembali isu-isu agama yang tak jelas kebenarannya. Kampanye hitam itu digunakan oleh suatu pihak untuk menyerang pihak lainnya.
Informasi terakhir yang dihembuskan, bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak memihak kepada kepentingan umat Islam. Hal itu merebak jelang digelarnya Reuni Akbar 212 di Monas Jakarta, beberapa hari lalu.
Ketua bidang Hukum dan Kemasyarakatan GP Ansor Tangerang, Rio Arif Witjaksono mengatakan, fakta yang sebenarnya terjadi justru sebaliknya. Menurut dia, kebijakan Presiden Jokowi selama ini banyak berpihak kepada kemajuan umat Islam secara keseluruhan.
"Beberapa waktu lalu, Presiden menyerahkan 6 SK bagi sekolah tinggi Muhammadiyah di Lamongan. Dan nanti Presiden masih akan berkunjung ke Universitas Aisyiyah. Jadi kalau ada yang bilang Presiden tidak perhatian pada Islam, hentikanlah," katanya di Serpong, Tangsel, Sabtu (8/12/2018).
Dipaparkan Rio, tak hanya dengan kalangan NU, Presiden Jokowi juga membangun kedekatan yang sama bersama Muhammadiyah. Hal itu terlihat saat mantan Gubernur DKI itu menghadiri Milad 1 Abad Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah di Wirobrajan, Yogyakarta, Kamis 6 Desember 2018 kemarin.
"Presiden datang ke sana itu bukti beliau dekat dengan Islam, tak hanya NU tapi juga Muhammadiyah dan organisasi Islam lainnya. Kami tegas mendesak, agar kampanye hitam soal isu-isu agama jangan dipolitisir untuk menyerang Pak Jokowi," jelasnya.
Dalam kepemimpinannya, dilanjutkan dia, Jokowi selalu memegang teguh nilai-nilai pesantren, baik ketika menjadi Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta, hingga saat menjabat sebagai Presiden RI saat ini.
"Jokowi bahkan sering jadi Imam berjamaah, puasa sunnah senin-kamis, tirakat, ziarah kubur, menghadiri maulid dan haul. Ini semua amaliah khas pesantren yang dilakukan mayoritas umat Islam di Indonesia," sambungnya.
Bahkan diluar itu, ucap Rio, komitmen Jokowi memerjuangkan kepentingan umat Islam terlihat dengan penetapan Hari Santri Nasional, mendirikan 40 bank wakaf mikro, serta mendorong kerja sama ormas islam dengan perusahaan besar.
"Jangan pernah meragukan komitmen keislaman beliau. Apalagi kini pak Jokowi berpasangan dengan ulama (KH Ma'ruf Amin). Sehingga Insya Allah pasangan ini akan terus memerjuangkan nilai Islam sebagai spirit transformasi dan perdamaian di semua bidang," tukasnya.
Sementara dikonfirmasi terpisah, mantan Ketua PP Muhammadiyah, Buya Syafi'i Maarif menyebutkan, Jokowi telah membina hubungan erat dengan umat Islam. Dalam setiap kunjungannya ke Ponpes atau sekolah Islam, selalu diperhatikan betul kebutuhan sarana dan prasarana di lokasi itu.
"Kampus Muallimin Muhammadiyah sudah tak bisa menampung lagi siswa sehingga akan membuka kampus baru untuk pengembangan. Presiden bantu perluasannya, dan insyaallah akan dimulai Januari," ujarnya saat menceritakan kunjungan Jokowi ke Madrasah Muallimin, Yogyakarta, kemarin.
Muhammadiyah merupakan organisasi kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang sosial, pendidikan dan juga kesehatan. Sudah banyak sekolah yang didirikan untuk mencerdaskan umat dan anak bangsa sehingga tidak ada salahnya jika negara membantu Muhammadiyah.
"Membantu Muhammadiyah sama halnya dengan negara membantu negara sendiri dalam mencerdaskan kehidupan bangsa," tandas Buya.
Informasi terakhir yang dihembuskan, bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak memihak kepada kepentingan umat Islam. Hal itu merebak jelang digelarnya Reuni Akbar 212 di Monas Jakarta, beberapa hari lalu.
Ketua bidang Hukum dan Kemasyarakatan GP Ansor Tangerang, Rio Arif Witjaksono mengatakan, fakta yang sebenarnya terjadi justru sebaliknya. Menurut dia, kebijakan Presiden Jokowi selama ini banyak berpihak kepada kemajuan umat Islam secara keseluruhan.
"Beberapa waktu lalu, Presiden menyerahkan 6 SK bagi sekolah tinggi Muhammadiyah di Lamongan. Dan nanti Presiden masih akan berkunjung ke Universitas Aisyiyah. Jadi kalau ada yang bilang Presiden tidak perhatian pada Islam, hentikanlah," katanya di Serpong, Tangsel, Sabtu (8/12/2018).
Dipaparkan Rio, tak hanya dengan kalangan NU, Presiden Jokowi juga membangun kedekatan yang sama bersama Muhammadiyah. Hal itu terlihat saat mantan Gubernur DKI itu menghadiri Milad 1 Abad Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah di Wirobrajan, Yogyakarta, Kamis 6 Desember 2018 kemarin.
"Presiden datang ke sana itu bukti beliau dekat dengan Islam, tak hanya NU tapi juga Muhammadiyah dan organisasi Islam lainnya. Kami tegas mendesak, agar kampanye hitam soal isu-isu agama jangan dipolitisir untuk menyerang Pak Jokowi," jelasnya.
Dalam kepemimpinannya, dilanjutkan dia, Jokowi selalu memegang teguh nilai-nilai pesantren, baik ketika menjadi Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta, hingga saat menjabat sebagai Presiden RI saat ini.
"Jokowi bahkan sering jadi Imam berjamaah, puasa sunnah senin-kamis, tirakat, ziarah kubur, menghadiri maulid dan haul. Ini semua amaliah khas pesantren yang dilakukan mayoritas umat Islam di Indonesia," sambungnya.
Bahkan diluar itu, ucap Rio, komitmen Jokowi memerjuangkan kepentingan umat Islam terlihat dengan penetapan Hari Santri Nasional, mendirikan 40 bank wakaf mikro, serta mendorong kerja sama ormas islam dengan perusahaan besar.
"Jangan pernah meragukan komitmen keislaman beliau. Apalagi kini pak Jokowi berpasangan dengan ulama (KH Ma'ruf Amin). Sehingga Insya Allah pasangan ini akan terus memerjuangkan nilai Islam sebagai spirit transformasi dan perdamaian di semua bidang," tukasnya.
Sementara dikonfirmasi terpisah, mantan Ketua PP Muhammadiyah, Buya Syafi'i Maarif menyebutkan, Jokowi telah membina hubungan erat dengan umat Islam. Dalam setiap kunjungannya ke Ponpes atau sekolah Islam, selalu diperhatikan betul kebutuhan sarana dan prasarana di lokasi itu.
"Kampus Muallimin Muhammadiyah sudah tak bisa menampung lagi siswa sehingga akan membuka kampus baru untuk pengembangan. Presiden bantu perluasannya, dan insyaallah akan dimulai Januari," ujarnya saat menceritakan kunjungan Jokowi ke Madrasah Muallimin, Yogyakarta, kemarin.
Muhammadiyah merupakan organisasi kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang sosial, pendidikan dan juga kesehatan. Sudah banyak sekolah yang didirikan untuk mencerdaskan umat dan anak bangsa sehingga tidak ada salahnya jika negara membantu Muhammadiyah.
"Membantu Muhammadiyah sama halnya dengan negara membantu negara sendiri dalam mencerdaskan kehidupan bangsa," tandas Buya.
(pur)