Prabowo-Sandi 3 Kali Minta Maaf, Kubu Jokowi: Mesti Taubat dan Hijrah
A
A
A
JAKARTA - Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin ikut berkomentar terkait permintaan maaf sampai tiga kali yang dilontarkan Prabowo Subianto-Sandiaga S Uno yakni saat kasus informasi bohong Ratna Sarumpaet, kasus tampang Boyolali dan terbaru saat Sandiaga melangkahi makam pendiri NU.
Wakil Ketua TKN, Abdul Kadir Karding yang dimintai tanggapan mengenai hal ini mengatakan tradisi meminta maaf sebenarnya tradisi yang baik sebagai bangsa Indonesia. Namun jika seluruh tindakan politik yang hanya disampaikan dengan cara maaf maka, dikhawatirkan ke depan tindakan grasa-grusu elitd dan asal bicara akan terus terjadi.
"Dampaknya dan setelah itu minta maaf. Selesai urusan," ujar Karding saat dihubungi SINDOnews, Rabu (13/11/2018).
Politikus PKB ini menambahkan, agar dalam menyampaikan politik seharusnya elite lebih berhati-hati. Sebab, seluruh ucapan dan tindakan akan menuai respons yang cepat dari masyarakat.
Sementara itu, Wakil Sekretaris TKN, Raja Juli Antoni berpendapat yang sama dengan Karding. Hanya saja, meski meminta maaf itu tradisi yang positif, jauh lebih baik Prabowo-Sandi bertaubat dan berhijrah.
Menurut Toni sapaan akrabnya, setidaknya dia mencatat dalam dua bulan ini, paslon nomor urut 02 itu meminta maaf kepada rakyat. "Bagi saya tidak cukup maaf, mesti taubat dan hijrah," ujar Toni dihubungi terpisah.
Toni menganggap, Presiden Jokowi sudah berulang kali mengajak semua pihak termasuk kubu Prabowo-Sandi agar berhijrah. Ajakan Jokowi tersebut dianggap komitmen bersama agar dalam berpolitik menumbuhkan narasi yang positif tanpa mengumbar pesimisme kepada rakyat.
"Mungkin rakyat akan akan memaafkan (Prabowo-Sandi) tapi tetap mencatat dan tidak melupakan," tandasnya.
Wakil Ketua TKN, Abdul Kadir Karding yang dimintai tanggapan mengenai hal ini mengatakan tradisi meminta maaf sebenarnya tradisi yang baik sebagai bangsa Indonesia. Namun jika seluruh tindakan politik yang hanya disampaikan dengan cara maaf maka, dikhawatirkan ke depan tindakan grasa-grusu elitd dan asal bicara akan terus terjadi.
"Dampaknya dan setelah itu minta maaf. Selesai urusan," ujar Karding saat dihubungi SINDOnews, Rabu (13/11/2018).
Politikus PKB ini menambahkan, agar dalam menyampaikan politik seharusnya elite lebih berhati-hati. Sebab, seluruh ucapan dan tindakan akan menuai respons yang cepat dari masyarakat.
Sementara itu, Wakil Sekretaris TKN, Raja Juli Antoni berpendapat yang sama dengan Karding. Hanya saja, meski meminta maaf itu tradisi yang positif, jauh lebih baik Prabowo-Sandi bertaubat dan berhijrah.
Menurut Toni sapaan akrabnya, setidaknya dia mencatat dalam dua bulan ini, paslon nomor urut 02 itu meminta maaf kepada rakyat. "Bagi saya tidak cukup maaf, mesti taubat dan hijrah," ujar Toni dihubungi terpisah.
Toni menganggap, Presiden Jokowi sudah berulang kali mengajak semua pihak termasuk kubu Prabowo-Sandi agar berhijrah. Ajakan Jokowi tersebut dianggap komitmen bersama agar dalam berpolitik menumbuhkan narasi yang positif tanpa mengumbar pesimisme kepada rakyat.
"Mungkin rakyat akan akan memaafkan (Prabowo-Sandi) tapi tetap mencatat dan tidak melupakan," tandasnya.
(kri)