Menjadi Pahlawan Milenial lewat Prestasi Membanggakan
A
A
A
JAKARTA - Generasi muda saat ini atau generasi milenial harus dapat menjadikan peringatan hari Pahlawan 10 November 2018 ini sebagai momentum untuk mengenang perjuangan pahlawan.
Generasi milenial diajak untuk mensyukuri bahwa bangsa Indonesia tetap berdiri tegak dan harus dapat menjadi pahlawan milenial dalam mengisi kemerdekaaan ini dengan baik.
“Generasi milenial yang ada saat ini harus bisa menghargai perjuangan para pahlawan kita dahulu yang rela gugur pada masa itu demi bangsa Indonesia, " tutur Rizal Harsya Sungkar, Jumat 9 November 2018.
Atlet muda yang juga pereli nasional ini mengatakan, perjuangan generasi milenial tidak sama dengan perjuangan para pahlawan zaman dahulu yang mengangkat senjata untuk mengusir penjajah.
Dia mencontohkan prestasi yang pernah diraihnya di ajang reli yang digelar di luar negeri. Dia sudah berkali-kali meraih prestasi dengan mengibarkan Merah Putih di negeri lain.
“Saya sebagai atlet dari cabang otomotif dengan didukung pemerintah selama ini bisa berangkat untuk pergi ke luar negeri dengan membawa bendera Indonesia yang diharapkan bisa menang untuk menjadi pahlawan dengan mengkibarkan bendera Merah Putih di luar negeri. Alhamdulillah saya sudah sering naik podium di luar negeri salah satunya menjadi Juara Nasional Reli Malaysia pada tahun 2006 lalu,” tuturnya.
Dengan mengibarkan Merah Putih di luar negeri, dia dapat menunjukkan eksistensi Indonesia di luar negeri. Melalui prestasi, dunia melihat generasi muda Indonesia memiliki talenta tinggi.“Ini juga membuktikan Indonesia adalah negara aman, tentram karena rakyatnya juga bisa menunjukkan prestasinya di luar negeri,” tuturnya.Menurut dia, ada banyak cara untuk mengisi kemerdekaan. Tidak hanya berprestasi di bidang olahraga, tapi bisa juga di bidang lain sesuai ilmu pengetahuan sesuai dengan keahliannya.
Dia sangat menyesalkan mengenai maraknya berita bohong (hoaks), ujaran kebencian yang bermunculan di media sosial yang dapat merusak persatuan bangsa.
“Tidak perlu menyebarluaskan apa yang menurut kita tidak benar atau perlu dipertanyakan. Jadi hati-hatilah dalam menggunakan media sosial karena orang bisa melihat kita dari perspektif yang berbeda-beda juga. Media sosial adalah privasi masing-masing orang dan jangan kita membagikan secara berantai ke pihak lain. Apalagi kalau berita itu tidak benar," tuturnya.
Dia mempersilakan siapa pun untuk melihat negara lain yang memiliki kemajuan teknologi dan kebebasan informasi. Kendati demikian dia mengingatkan Indonesia memiliki budaya, nilai-nilai sopan santun antar sesama.
Generasi milenial diajak untuk mensyukuri bahwa bangsa Indonesia tetap berdiri tegak dan harus dapat menjadi pahlawan milenial dalam mengisi kemerdekaaan ini dengan baik.
“Generasi milenial yang ada saat ini harus bisa menghargai perjuangan para pahlawan kita dahulu yang rela gugur pada masa itu demi bangsa Indonesia, " tutur Rizal Harsya Sungkar, Jumat 9 November 2018.
Atlet muda yang juga pereli nasional ini mengatakan, perjuangan generasi milenial tidak sama dengan perjuangan para pahlawan zaman dahulu yang mengangkat senjata untuk mengusir penjajah.
Dia mencontohkan prestasi yang pernah diraihnya di ajang reli yang digelar di luar negeri. Dia sudah berkali-kali meraih prestasi dengan mengibarkan Merah Putih di negeri lain.
“Saya sebagai atlet dari cabang otomotif dengan didukung pemerintah selama ini bisa berangkat untuk pergi ke luar negeri dengan membawa bendera Indonesia yang diharapkan bisa menang untuk menjadi pahlawan dengan mengkibarkan bendera Merah Putih di luar negeri. Alhamdulillah saya sudah sering naik podium di luar negeri salah satunya menjadi Juara Nasional Reli Malaysia pada tahun 2006 lalu,” tuturnya.
Dengan mengibarkan Merah Putih di luar negeri, dia dapat menunjukkan eksistensi Indonesia di luar negeri. Melalui prestasi, dunia melihat generasi muda Indonesia memiliki talenta tinggi.“Ini juga membuktikan Indonesia adalah negara aman, tentram karena rakyatnya juga bisa menunjukkan prestasinya di luar negeri,” tuturnya.Menurut dia, ada banyak cara untuk mengisi kemerdekaan. Tidak hanya berprestasi di bidang olahraga, tapi bisa juga di bidang lain sesuai ilmu pengetahuan sesuai dengan keahliannya.
Dia sangat menyesalkan mengenai maraknya berita bohong (hoaks), ujaran kebencian yang bermunculan di media sosial yang dapat merusak persatuan bangsa.
“Tidak perlu menyebarluaskan apa yang menurut kita tidak benar atau perlu dipertanyakan. Jadi hati-hatilah dalam menggunakan media sosial karena orang bisa melihat kita dari perspektif yang berbeda-beda juga. Media sosial adalah privasi masing-masing orang dan jangan kita membagikan secara berantai ke pihak lain. Apalagi kalau berita itu tidak benar," tuturnya.
Dia mempersilakan siapa pun untuk melihat negara lain yang memiliki kemajuan teknologi dan kebebasan informasi. Kendati demikian dia mengingatkan Indonesia memiliki budaya, nilai-nilai sopan santun antar sesama.
(dam)