Masuki Periode Bonus Demografi, BKKBN Tingkatkan Kualitas Penelitian
A
A
A
JAKARTA - Sebagian besar negara di Asia Tenggara telah memasuki periode bonus demografi. Penduduk usia kerja (15-64 tahun) mengalami peningkatan.
Proporsi ini diperkirakan akan mencapai puncaknya pada suatu waktu selama 2025-2030. Dalam hal ini perempuan memainkan peran sangat penting dalam proses transisi demografis.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sigit Priohutomo menjelaskan kemampuan Indonesia untuk bersaing di pasar global sangat bergantung pada basis sumber daya manusia yang semakin meningkat.
Pada tahun 2030 diprediksikan hampir 10 persen penduduk akan berusia 60 tahun ke atas."Kita perlu mendukung penduduk lansia agar menjadi sehat dan produktif serta menjadi ‘lansia aktif’. Bagi penduduk muda dan dewasa, Badan Pusat Statistik memperkirakan bahwa pada tahun 2025, 68 persen orang di Indonesia akan tinggal di daerah perkotaan," ujar Sigit dalam sambutannya di Konferensi Internasional Dua Tahunan Asia Tenggara yang Membahas Kependudukan dan kesehatan, di Singhasari Resort Batu, Malang, Jawa Timur, Kamis (8/11/2018).
Dalam konferensi Internasional ini, BKKBN turut bekerja sama dengan Universitas Brawijaya, University of Portsmouth Inggris serta British Council.
Sekretaris Utama BKKBN Nofrizal menjelaskan, kerja sama dengan Universitas Brawijaya serta University of Portsmouth untuk mengantisipasi, menyusun dan mengembangkan serta meningkatkan kualitas penelitian dari BKKBN.
"Penelitian sangat penting untuk membuat kebijakan dan melakukan intervensi. Kalau umpamanya kita melakukan penelitian operasional riset, itu dibutuhkan nanti langkah-langkah bagaimana cara mengatasi atau melakukan program-program yang sesuai dengan hasil penelitian," tutur Nofrizal.
Rektor Universitas Brawijaya Nuhfil Hanani pun menyambut baik pendapat Nofrizal. Dia berharap kerja sama ini dapat menyelesaikan berbagai masalah di Indonesia termasuk persoalan kependudukan dan kesehatan.
"Masalahnya macam-macam. Tadi ada beberapa aspek yang menjadi kendala di Indonesia mulai dari kelahiran, migrasi, bonus demografi. Kita bisa mengambil segmen di masing-masing itu," ujar Nuhfil.
Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan dari University of Portsmouth, Inggris, Sherria Hoskins juga turut menyambut baik kerja sama ini. Sherria senang semua pihak bisa bergabung dalam konferensi ini, dari mulai ilmuwan hingga stakeholder dan pemerintah."Tanpa terkecuali guru, pengajar, perawat, dokter dan juga dari profesional di bidang kesehatan. Itulah kenapa tema konferensi ini untuk memadukan antar partnership dan jaringan," tutur Sherria.
Proporsi ini diperkirakan akan mencapai puncaknya pada suatu waktu selama 2025-2030. Dalam hal ini perempuan memainkan peran sangat penting dalam proses transisi demografis.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sigit Priohutomo menjelaskan kemampuan Indonesia untuk bersaing di pasar global sangat bergantung pada basis sumber daya manusia yang semakin meningkat.
Pada tahun 2030 diprediksikan hampir 10 persen penduduk akan berusia 60 tahun ke atas."Kita perlu mendukung penduduk lansia agar menjadi sehat dan produktif serta menjadi ‘lansia aktif’. Bagi penduduk muda dan dewasa, Badan Pusat Statistik memperkirakan bahwa pada tahun 2025, 68 persen orang di Indonesia akan tinggal di daerah perkotaan," ujar Sigit dalam sambutannya di Konferensi Internasional Dua Tahunan Asia Tenggara yang Membahas Kependudukan dan kesehatan, di Singhasari Resort Batu, Malang, Jawa Timur, Kamis (8/11/2018).
Dalam konferensi Internasional ini, BKKBN turut bekerja sama dengan Universitas Brawijaya, University of Portsmouth Inggris serta British Council.
Sekretaris Utama BKKBN Nofrizal menjelaskan, kerja sama dengan Universitas Brawijaya serta University of Portsmouth untuk mengantisipasi, menyusun dan mengembangkan serta meningkatkan kualitas penelitian dari BKKBN.
"Penelitian sangat penting untuk membuat kebijakan dan melakukan intervensi. Kalau umpamanya kita melakukan penelitian operasional riset, itu dibutuhkan nanti langkah-langkah bagaimana cara mengatasi atau melakukan program-program yang sesuai dengan hasil penelitian," tutur Nofrizal.
Rektor Universitas Brawijaya Nuhfil Hanani pun menyambut baik pendapat Nofrizal. Dia berharap kerja sama ini dapat menyelesaikan berbagai masalah di Indonesia termasuk persoalan kependudukan dan kesehatan.
"Masalahnya macam-macam. Tadi ada beberapa aspek yang menjadi kendala di Indonesia mulai dari kelahiran, migrasi, bonus demografi. Kita bisa mengambil segmen di masing-masing itu," ujar Nuhfil.
Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan dari University of Portsmouth, Inggris, Sherria Hoskins juga turut menyambut baik kerja sama ini. Sherria senang semua pihak bisa bergabung dalam konferensi ini, dari mulai ilmuwan hingga stakeholder dan pemerintah."Tanpa terkecuali guru, pengajar, perawat, dokter dan juga dari profesional di bidang kesehatan. Itulah kenapa tema konferensi ini untuk memadukan antar partnership dan jaringan," tutur Sherria.
(dam)