Gelar Muskerwil, Inilah Sikap PWNU DKI Terkait Pembakaran Bendera HTI
A
A
A
BOGOR - Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta mengeluarkan pernyataan sikap terkait kasus pembakaran bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dalam Musyawarah Kerja Wilayah (Murkerwil) II bertajuk "Merajut Kebersamaan Menyongsong Jam'iyyah NU yang Kuat dan Bermartabat" di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat mulai Jumat-Sabtu (26-27) 2018.
Wakil Ketua PWNU DKI Jakarta KH Samsul Ma'arif mengatakan, setelah mencermati perkembangan peristiwa pembakaran bendera HTI yang menyita perhatian umat Islam dan seluruh masyarakat Indonesia, PWNU DKI Jakarta memberikan pernyataan sikap sebagai berikut.
Pertama, bendera yang dibakar oleh anggota Banser dalam perintagatan Hari Santri Nasional di Garut bukanlah bendera tauhid.
"Kedua, kader NU, termasuk kader Banser, tidak mungkin bermaksud dan sengaja menghina kalimat tauhid karena sakralitas kalimat tauhid selalu dijunjung tinggi oleh warga NU dan melafalkan kalimat laailahailaallah, merupakan bagian dari ubudiyyah dan tradisi NU yang diamalkan dan diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari," tutur Samsul Ma'arif, Sabtu (27/10/2018).
Selanjutnya, poin ketiga yakni, PWNU DKI Jakarta mengimbau kepada semua warga negara NU dan umat Islam di Jakarta untuk tetap tenang, menjaga soliditas, dan tidak terprovokasi dengan isu-isu dan pernyataan-pernyataan yang bisa memecah belah umat.
"Selanjutnya, PWNU DKI Jakarta menyerahkan kasus pembakaran Bendera HTI kepada pihak yang berwenang, dan menyelesaikannya sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku," tambah Sekretaris PWNU DKI Muallif ZA.
Poin kelima, PWNU DKI mengimbau kepada seluruh warga Nahdliyin di Ibu Kota dan seluruh umat Islam di Indonesia untuk menjadikan peristiwa pembakaran Bendera HIT di Garut sebagai momentum untuk saling mengoreksi diri untuk memperkuat persatuan umat dan memperkokoh hubungan antara umat beragama di Indonesia.
Sementara itu, Ketua Tanfidziyah PWNU DKI Jakarta Saefullah dalam sambutannya terkait Muskerwil, berharap agar PWNU bisa mengevaluasi program- program yang sudah dilakukan. Selain itu, para pengurus juga diharapkan mampu menyusun program- program ke depan baik untuk tingkatan PWNU, cabang, MWC maupun ranting.
"Terima kasih juga atas doa para kiai karena pada era kepimpinan saya, Kantor PWNU sudah dibangun berdiri 4 lantai. Saat ini kita harus lebih banyak mengembangkan NU DKI ke arah yang lebih bersifat pemberdayaan masyarakat, tidak hanya politis," tutur Saefullah yang juga Sekda DKI Jakarta.
Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Amsar Abdul Manan mengatakan, NU memiliki modal sosial yang sangat besar sebagai organisasi keagamaan. Karena itu, NU harus lebih cerdas dalam menampilkan wajah islam rahmatan lil'alamin. "Ideologisasi NU harus diperkuat dengan mengembangkan pemikiran keislaman yang dipadukan dengan teori-teori sosial politik," katanya.
Amsar mengatakan, para kader NU harus menggali pemikiran tokoh- tokoh muslim dalam sejarah Indonesia karena sekarang penetrasi kekuatan Islam transnasional semakin kuat. "NU harus berperan dalam politik global dengan membangun sistem sosial yang kuat mendirikan bank dan lembaga pendidikan," paparnya.
Sekretaris Panitia Djunaidi Sahal mengatakan, Mukerwil PWNU dihadiri jajaran pengurus Syuriah, Tanfiziyah, Mustasyar, termasuk badan otonom mulai Muslimat, Fatayat, GP Ansor, IPNU, IPPNU, termasuk pimpinan cabang NU se-DKI Jakarta.
Wakil Ketua PWNU DKI Jakarta KH Samsul Ma'arif mengatakan, setelah mencermati perkembangan peristiwa pembakaran bendera HTI yang menyita perhatian umat Islam dan seluruh masyarakat Indonesia, PWNU DKI Jakarta memberikan pernyataan sikap sebagai berikut.
Pertama, bendera yang dibakar oleh anggota Banser dalam perintagatan Hari Santri Nasional di Garut bukanlah bendera tauhid.
"Kedua, kader NU, termasuk kader Banser, tidak mungkin bermaksud dan sengaja menghina kalimat tauhid karena sakralitas kalimat tauhid selalu dijunjung tinggi oleh warga NU dan melafalkan kalimat laailahailaallah, merupakan bagian dari ubudiyyah dan tradisi NU yang diamalkan dan diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari," tutur Samsul Ma'arif, Sabtu (27/10/2018).
Selanjutnya, poin ketiga yakni, PWNU DKI Jakarta mengimbau kepada semua warga negara NU dan umat Islam di Jakarta untuk tetap tenang, menjaga soliditas, dan tidak terprovokasi dengan isu-isu dan pernyataan-pernyataan yang bisa memecah belah umat.
"Selanjutnya, PWNU DKI Jakarta menyerahkan kasus pembakaran Bendera HTI kepada pihak yang berwenang, dan menyelesaikannya sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku," tambah Sekretaris PWNU DKI Muallif ZA.
Poin kelima, PWNU DKI mengimbau kepada seluruh warga Nahdliyin di Ibu Kota dan seluruh umat Islam di Indonesia untuk menjadikan peristiwa pembakaran Bendera HIT di Garut sebagai momentum untuk saling mengoreksi diri untuk memperkuat persatuan umat dan memperkokoh hubungan antara umat beragama di Indonesia.
Sementara itu, Ketua Tanfidziyah PWNU DKI Jakarta Saefullah dalam sambutannya terkait Muskerwil, berharap agar PWNU bisa mengevaluasi program- program yang sudah dilakukan. Selain itu, para pengurus juga diharapkan mampu menyusun program- program ke depan baik untuk tingkatan PWNU, cabang, MWC maupun ranting.
"Terima kasih juga atas doa para kiai karena pada era kepimpinan saya, Kantor PWNU sudah dibangun berdiri 4 lantai. Saat ini kita harus lebih banyak mengembangkan NU DKI ke arah yang lebih bersifat pemberdayaan masyarakat, tidak hanya politis," tutur Saefullah yang juga Sekda DKI Jakarta.
Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Amsar Abdul Manan mengatakan, NU memiliki modal sosial yang sangat besar sebagai organisasi keagamaan. Karena itu, NU harus lebih cerdas dalam menampilkan wajah islam rahmatan lil'alamin. "Ideologisasi NU harus diperkuat dengan mengembangkan pemikiran keislaman yang dipadukan dengan teori-teori sosial politik," katanya.
Amsar mengatakan, para kader NU harus menggali pemikiran tokoh- tokoh muslim dalam sejarah Indonesia karena sekarang penetrasi kekuatan Islam transnasional semakin kuat. "NU harus berperan dalam politik global dengan membangun sistem sosial yang kuat mendirikan bank dan lembaga pendidikan," paparnya.
Sekretaris Panitia Djunaidi Sahal mengatakan, Mukerwil PWNU dihadiri jajaran pengurus Syuriah, Tanfiziyah, Mustasyar, termasuk badan otonom mulai Muslimat, Fatayat, GP Ansor, IPNU, IPPNU, termasuk pimpinan cabang NU se-DKI Jakarta.
(pur)