Leluhur Kita Sudah Sadar Bencana

Rabu, 10 Oktober 2018 - 08:00 WIB
Leluhur Kita Sudah Sadar...
Leluhur Kita Sudah Sadar Bencana
A A A
KITA semua telah tahu bahwa wilayah Indonesia adalah daerah yang rawan bencana. Dilewati ring of fire, wilayah Indonesia sangat rawan dengan bencana gempa bumi, tsunami ataupun letusan gunung berapi. Indonesia memiliki puluhan gunung berapi yang masih aktif yang sewaktu-waktu bisa memunculkan bencana. Selain itu, wilayah Indonesia merupakan pertemuan empat lempeng tektonik, yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Inilah yang menyebabkan Indonesia terus diguncang gempa. Hal yang perlu disadari karena Indonesia memiliki ratusan sesar yang masih aktif. Artinya, mau tidak mau masyarakat Indonesia harus menyadari bahwa wilayahnya adalah rawan bencana. Jika berhadapan dengan kondisi seperti ini, tentu yang harus dilakukan adalah harus bisa “berkompromi” dengan bencana-bencana yang setiap saat mengintai.

Kompromi yang dimaksud adalah, kita harus benar-benar sadar hidup di wilayah bencana. Sadar artinya bisa mengetahui risiko yang akan dihadapi dan bagaimana meminimalisasi atau bahkan menghindari risiko-risiko bencana. Masyarakat Indonesia harus bisa melakukan langkah-langkah persiapan atau antisipasi dengan risiko tersebut. Tidak cukup itu, jika bencana terjadi masyarakat Indonesia juga harus tahu bagaimana bersikap. Harapannya tentu, jika bencana kembali datang, masyarakat Indonesia bisa mengantisipasi dengan baik dan juga menghadapi dengan tegar. Apalagi di era saat ini, ketika teknologi telah berkembang dengan baik, cara-cara antisipasi dan menghadapi bencana tentu juga harus lebih baik. Apalagi, jika kita benar-benar menyadari bahwa Indonesia adalah wilayah rawan bencana.

Namun, kesadaran masyarakat Indonesia terhadap bencana saat ini masih dalam tataran teori atau pengetahuan. Dalam praktiknya, masih banyak masyarakat Indonesia belum siap menghadapi bencana yang setiap saat menghantui. Bukan sepenuhnya salah masyarakat, Pemerintah semestinya mempunyai andil yang besar untuk memberikan edukasi dan latihan kepada masyarakat Indonesia siap mengantisipasi dan menghadapi bencana. Pendidikan di usia dini tentang kebencanaan harus menjadi kurikulum wajib untuk diikuti. Pengetahuan cara mengantisipasi dan menghadapi juga terus ditanamkan pada seluruh masyarakat melalui perangkat-perangkat pemerintah hingga ke wilayah desa.

Menurut catatan, bencana besar di Indonesia selalu menempati rekor yang fantastis. Gempa dan tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada 2004 memakan korban ratusan ribu jiwa, begitu juga dengan gempa disusul tsunami di Nias, Sumatera Utara pada 2005, disusul pada 2006 di Yogyakarta serta pada 2009 di Padang, Sumatera Barat. Terbaru, adalah gempa di Lombok (NTB) dan Sulawesi Tengah yang cukup memprihatinkan. Ribuan orang meninggal dan kerugian material triliunan rupiah. Belum lagi kerugian imateriil seperti trauma atau psikologis yang tidak bisa dihitung.

Melihat besarnya dampak bencana seolah masyarakat Indonesia kita saat ini masih dalam kesadaran semu tentang ancaman bencana. Namun, sebenarnya nenek moyang atau leluhur kita sudah menyadari tentang wilayah Indonesia yang rawan bencana. Salah satunya adalah bagaimana bentuk rumah tradisional leluhur kita. Dari rumah tradisional Aceh hingga di Sulawesi dirancang adalah tahan gempa dan ancaman-ancaman yang lain. Oma Hoda di Nias, Rumah Gadang di Minangkabau, Laheik rumah adat di Riau, Woloan yang merupakan rumah adat Tomohon Sulawesi Utara, Rumoh Aceh di NAD, rumah tua Bali Utara, rumah Joglo di Jawa, dan rumah Nuwou Sesat di Lampung adalah rumah-rumah yang sangat “sadar” dengan bencana.

Melihat peninggalan leluhur kita, semestinya kita bisa belajar tentang mitigasi bencana. Rumah yang kebanyakan rumah panggung atau mempunyai desain agak tinggi dari permukaan tanah dengan bahan dasar kayu dianggap lebih siap menghadapi bencana. Modernisasi bangunan rumah saat ini memang memberikan kenyamanan, tapi bukan keamanan untuk bencana. Semestinya, jika kita benar-benar menyadari tentang bencana, rancangan rumah di Indonesia mengacu pada rumah-rumah tradisional di atas. Keberadaan rumah-rumah tradisional tersebut menunjukkan leluhur kita lebih sadar bencana. Sayang warisan ini justru dianggap kuno dan memilih membangun rumah dengan gaya modern yang justru tidak aman dan nyaman untuk wilayah Indonesia. Sudah saatnya masyarakat Indonesia mau belajar kepada leluhur kita dalam mengantisipasi dan mengatasi bencana.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0788 seconds (0.1#10.140)