PKS Sebut Suara Milenial dalam DPT Berjumlah 100 Juta Pemilih
A
A
A
JAKARTA - Ketua Departemen Politik DPP PKS, Pipien Sopian tak memungkiri bahwa pemilih kalangan anak muda atau milenial diprediksi meningkat pada pemilu 2019 mendatang. Sehingga, PKS mengaku sejak awal melakukan kajian terhadap hal ini.
"PKS yang sejak awal di era reformasi yang dikenal partainya anak muda. Kami melakukan survei pada Agustus bagaimana pilihan generasi muda," ujar Pipien dalam diskusi MNC Trijaya 'Berebut Pemilih Milenial' di Cikini, Jakarta, Sabtu (15/9/2018).
Pipien mengatakan, internal partainya melakukan survei di media sosial setiap pekan untuk menguji seberapa kuat suara milenial dalam menentukan pilihannya. Ia menganggap, selama ini, kecenderungan kalangan milenial menempatkan dirinya sebagai subyek dalam berpolitik.
"Generasi milenial menjadikan objek kampanye tapi kami berpikir mereka adalah subjek kampanye. Kami sering melakukan pembinaan karena mereka apatis," ungkapnya.
Menurutnya, dari informasi yang diperoleh dari interaksi komunikasi kalangan milenial dari pesan WhatsApp dan media sosial, kalangan milenial ini menghindari diri membahas politik. Maka untuk merespons fenomena itu, PKS mengaku merekrut 30 persen caleg dari kalangan milenial.
"Kami melihat tren pemilih milenial terakhir ada di DPT (daftar pemilih tetap) diangka 100 juta itu pemilih milenial. Memang ada perbedaan usia tetapi yang sampai umur 35 tahun. Kami memahami milenial mereka lebih partisipasif dibandingkan mobilisasi," tandasnya.
"PKS yang sejak awal di era reformasi yang dikenal partainya anak muda. Kami melakukan survei pada Agustus bagaimana pilihan generasi muda," ujar Pipien dalam diskusi MNC Trijaya 'Berebut Pemilih Milenial' di Cikini, Jakarta, Sabtu (15/9/2018).
Pipien mengatakan, internal partainya melakukan survei di media sosial setiap pekan untuk menguji seberapa kuat suara milenial dalam menentukan pilihannya. Ia menganggap, selama ini, kecenderungan kalangan milenial menempatkan dirinya sebagai subyek dalam berpolitik.
"Generasi milenial menjadikan objek kampanye tapi kami berpikir mereka adalah subjek kampanye. Kami sering melakukan pembinaan karena mereka apatis," ungkapnya.
Menurutnya, dari informasi yang diperoleh dari interaksi komunikasi kalangan milenial dari pesan WhatsApp dan media sosial, kalangan milenial ini menghindari diri membahas politik. Maka untuk merespons fenomena itu, PKS mengaku merekrut 30 persen caleg dari kalangan milenial.
"Kami melihat tren pemilih milenial terakhir ada di DPT (daftar pemilih tetap) diangka 100 juta itu pemilih milenial. Memang ada perbedaan usia tetapi yang sampai umur 35 tahun. Kami memahami milenial mereka lebih partisipasif dibandingkan mobilisasi," tandasnya.
(pur)