BKKBN Sebut Stunting Juga Terjadi Pada Keluarga Berkecukupan
A
A
A
YOGYAKARTA - Deputi Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga (KS-PK) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), M Yani megungkapkan bahwa masalah gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama (stunting) bukan hanya terjadi dari keluarga kurang mampu (miskin), tetapi juga pada keluarga yang berkecukupan (kaya).
"Ditemukannya stunting juga pada keluarga kaya karena kurangnya pengetahuan terkait dengan asupan gizi," ujar M Yani pada acara kegiatan Temu Regional Pembangunan Keluarga yang di selenggarakan oleh BKKBN, di Yogyakarta, Kamis (23/8/2018).
M Yani menjelaskan dari data pada tahun 2013, masalah stunting mencapai lebih dari 37% yang terbilang cukup tinggi. Sehingga bila di umpamakan 100 bayi lahir, 37 atau 40 dianggap stunting.
"Stunting ini kalau hanya tumbuhnya pendek enggak apa-apa, yang (bahaya) persoalan dengan stunting ini terganggu dengan pertumbuhan otaknya. Sehingga mohon maaf, masa depannya suram, jadi beban keluarga, jadi beban masyarakat. Bukan itu saja, 37 dari 100 banyak, bukan tidak mungkin akan jadi pemimpin karena mungkin bisa dipilih masyarakat, bukan dengan tanpa kriteria kan kita," jelas M Yani.
"Sehingga sekali stunting berapapun jumlahnya akan jadi beban, kenapa stunting itu menjadi penting. Bayangkan saja mereka dengan stunting ini 80% otak itu tumbuh maksimal ketika di dalam kandungan 60%, 20% lagi setelah lahir dan gagal kita ambil kesempatan ini," sambungnya.
M Yani mengatakan memantau kehamilan sebelum melahirkan sangat baik, namun alangkah baiknya mengecek calon ibu dari masa remaja, karena hampir 50% remaja putri kekurangan gizi ketika masuk masa perkawinan.
"Kalo ibunya juga dengan pengetahuan yang tidak mencukupi, walaupun pemerintah menyediakan sarana akses untuk pemeriksaan hamilnya, yang dibiayai oleh BPJS. Tetapi kalau ini tidak dimanfaatkan, pengetahuannya kurang ditambah lagi dengan asupan. Terkait ekonominya yang mungkin juga tidak begitu baik, sehingga asupan gizinya kurang," jelas M Yani.
Oleh karena itu, M Yani mengimbau bagi seluruh elemen baik pemerintah maupun masyarakat untuk sama-sama peduli dengan kebutuhan gizi bagi ibu dan anak, sebelum lahir dan sesudah melahirkan.
"Masalahnya penanganannya mudah kenapa bisa jadi stunting ini, ketika jadi stunting kita baru kualahan. Tetapi kalau pencegahan ini dilakukan yang tidak menggunakan biaya tinggi, penanganannya mudah. Kalau ini dipantau masalah gizinya, stunting tidak akan terjadi," pungkasnya.
"Ditemukannya stunting juga pada keluarga kaya karena kurangnya pengetahuan terkait dengan asupan gizi," ujar M Yani pada acara kegiatan Temu Regional Pembangunan Keluarga yang di selenggarakan oleh BKKBN, di Yogyakarta, Kamis (23/8/2018).
M Yani menjelaskan dari data pada tahun 2013, masalah stunting mencapai lebih dari 37% yang terbilang cukup tinggi. Sehingga bila di umpamakan 100 bayi lahir, 37 atau 40 dianggap stunting.
"Stunting ini kalau hanya tumbuhnya pendek enggak apa-apa, yang (bahaya) persoalan dengan stunting ini terganggu dengan pertumbuhan otaknya. Sehingga mohon maaf, masa depannya suram, jadi beban keluarga, jadi beban masyarakat. Bukan itu saja, 37 dari 100 banyak, bukan tidak mungkin akan jadi pemimpin karena mungkin bisa dipilih masyarakat, bukan dengan tanpa kriteria kan kita," jelas M Yani.
"Sehingga sekali stunting berapapun jumlahnya akan jadi beban, kenapa stunting itu menjadi penting. Bayangkan saja mereka dengan stunting ini 80% otak itu tumbuh maksimal ketika di dalam kandungan 60%, 20% lagi setelah lahir dan gagal kita ambil kesempatan ini," sambungnya.
M Yani mengatakan memantau kehamilan sebelum melahirkan sangat baik, namun alangkah baiknya mengecek calon ibu dari masa remaja, karena hampir 50% remaja putri kekurangan gizi ketika masuk masa perkawinan.
"Kalo ibunya juga dengan pengetahuan yang tidak mencukupi, walaupun pemerintah menyediakan sarana akses untuk pemeriksaan hamilnya, yang dibiayai oleh BPJS. Tetapi kalau ini tidak dimanfaatkan, pengetahuannya kurang ditambah lagi dengan asupan. Terkait ekonominya yang mungkin juga tidak begitu baik, sehingga asupan gizinya kurang," jelas M Yani.
Oleh karena itu, M Yani mengimbau bagi seluruh elemen baik pemerintah maupun masyarakat untuk sama-sama peduli dengan kebutuhan gizi bagi ibu dan anak, sebelum lahir dan sesudah melahirkan.
"Masalahnya penanganannya mudah kenapa bisa jadi stunting ini, ketika jadi stunting kita baru kualahan. Tetapi kalau pencegahan ini dilakukan yang tidak menggunakan biaya tinggi, penanganannya mudah. Kalau ini dipantau masalah gizinya, stunting tidak akan terjadi," pungkasnya.
(kri)