Capres-Cawapres Berebut Suara Kelompok Milenial

Kamis, 23 Agustus 2018 - 00:31 WIB
Capres-Cawapres Berebut...
Capres-Cawapres Berebut Suara Kelompok Milenial
A A A
JAKARTA - Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2019 menjadi momentum untuk memperebutkan suara kelompok milenial. Dari sekitar 186 juta potensi pemilih, sekitar 100 juta di antaranya merupakan kelompok milenial antara 17-40 tahun.

Artinya lebih dari 50% potensi pemilih merupakan kelompok milenial. Tak heran, kedua pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno belakangan mulai gencar menunjukkan pesan-pesan simbolik untuk menarik atensi kelompok milenial.

Atraksi Jokowi yang menunggangi motor ketika masuk ke arena pembukaan Asian Games 2018 di Gelora Bung Karno (GBK), belum lama ini, disebut-sebut sebagai salah satu upaya menggaet perhatian kelompok milenial.

Begitu juga pesan-pesan simbolik yang ditunjukkan cawapres Sandiaga Uno, misalnya dengan menantang Jokowi dan KH Ma'ruf Amin untuk lomba berenang, atau tindakan para pendukungnya yang banyak menyebarkan foto-foto Sandi ketika bermain basket dan sejenisnya, dinilai sebagai upaya untuk mendekati kelompok milenial.

Pengamat politik Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing mengatakan, dengan tingginya jumlah pemilih dari kelompok milenial, jelas kelompok ini menjadi spesial dan akan banyak mendapatkan perhatian. Sebab, suara mereka akan sangat menentukan kemenangan pasangan calon yang berhasil merebut simpati kelompok ini.

Namun, Emrus mengatakan, hal yang harus disadari kedua pasangan calon, kelompok milenial ini bukanlah objek politik, tapi mereka adalah subjek politik. "Sebagai subjek politik, mereka punya kehendak bebas dalam menetukan pilihan. Mereka ingin mendengar atau menerima program-program yang ditawarkan dua kandidat," tutur dosen Pascasarjana UPH ini, Rabu (22/8/2018).

Emrus mengkritisi anggapan sekelompok pihak yang hanya mengkaitkan kelompok milenial dengan personal branding, misalnya penampilan kekinian Jokowi atau Sandiaga. "Bicara kelompok milenial tidak cukup dengan personal branding, tapi yang dominan apakah kedua calon bisa menawarkan program yang berkaitan dengan keinginan atau kebutuhan kelompok milenial. Tidak hanya dari sisi usia atau simbul-simbul perilaku milenial," urainya.

Emrus menambahkan, hal yang kerap tidak disadari publik bahwa kelompok milenial selain mereka adalah kelompok yang sangat rasional, mereka adalah juga kelompok yang religius.
"Bisa saja mereka justru memberikan dukungan kepada Kiai Ma'ruf Amin yang mereka hormati, menjadi panutan. Buktinya ceramahnya Pak Yai selalu dipenuhi para milenial. Atau bisa juga mereka memilih Prabowo karena misalnya dianggap tegas atau berani. Kaum milenial itu tidak semata-mata memilih karena gaya Sandi atau Jokowi. Saya kira sangat cair. Kaum milenial bukan kelompok yang mudah disetir," tuturnya.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7236 seconds (0.1#10.140)