Soal Hasil Survei LIPI, PKS: Dari Dulu Kita Dibilang Begitu
A
A
A
JAKARTA - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ogah menanggapi serius hasil survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menyebutkanpartai berlambang bulan sabit kembar itu berpotensi tidak akan lolos ambang batas masuk parlemen (parliamentary threshold).
Bagi PKS, siapa pun sah-sah saja melakukan survei. Meski demikian hasil survei tersebut bukan patokan. Masih banyak faktor yang tidak dapat diukur."Buat PKS, dari dulu kita mah selalu dibilang begitu oleh lembaga survei, tidak akan lolos (parlemen-red). Dari dulu itu," ujar Ketua Bidang Humas DPP PKS Ledia Hanifa Amaliah, Senin (23/7/2018).
Sebaliknya, kata Ledia, hasil survei yang kerap menempatkan PKS di posisi papan bawah justru jadi pelecut untuk bekerja lebih keras. Terbukti, kata Ledia, hasil survei tersebut selalu melenceng jauh dari faktanya.
"Seperti dulu, kita diprediksinya cuma 3,4 persen, alhamdulillah bisa dapat 7 persen. Mudah-mudahan kalau sekarang ada yang menyebutnya di bawah 4 persen dengan margin of error-nya katakanlah 2 persen, mudah-mudahan dari 4 persen jadi 12 persen. Orang mah kudu optimis atuh," tuturnya.
Ledia menambahkan, terlepas dari metode dan cara yang digunakan serta kreadibilitas lembaga survei, terkadang pihaknya tidak habis pikir dengan hasil survei yang selalu menempatkan PKS di posisi papan bawah.
"PKS itu tidak pernah ada hasil surveinya sangat tinggi atau lebih dari parliament threshold. Tapi buat kami itu jadi pelecut, enggak boleh santai. Itu indikasi buat kita bekerja lebih keras," tandas.
Dengan kerja keras dan militansi seluruh kader PKS, lanjut Ledia, partainya telah menetapkan target kemenangan hingga 12%. Target tersebut menurutnya pantas karena mesin PKS terbukti masih sangat militan, seperti yang telah dibuktikan dalam pilkada, beberapa waktu lalu.
"Pilkada salah satu cara untuk memanaskan mesin partai. Alhamdulillah yang calonnya didukung PKS yang sebelumnya popularitas elektabilitasnya kecil, bisa naik, seperti Jabar, Jateng, dan lainnya," tandas Ledia. (Baca juga: PAN Tidak Percaya Hasil Survei LIPI, Ini Alasannya )
Diketahui, hasil survei LIPI menyebutkan, dengan elektabilitas yang hanya 3,7 persen, PKS terancam tak akan lolos ambang batas parlemen pada Pemilu 2019. Elektabilitas PKS tersebut masih di bawah ambang batas yang ditetapkan, yakni 4%.
"Namun, angka ini didapat pada saat survei dilakukan, mungkin sekarang sudah berubah setelah pilkada," kata peneliti senior LIPI Syamsudin Harris di Hotel Century Park, Senayan, Jakarta, 19 Juli 2018.
Bagi PKS, siapa pun sah-sah saja melakukan survei. Meski demikian hasil survei tersebut bukan patokan. Masih banyak faktor yang tidak dapat diukur."Buat PKS, dari dulu kita mah selalu dibilang begitu oleh lembaga survei, tidak akan lolos (parlemen-red). Dari dulu itu," ujar Ketua Bidang Humas DPP PKS Ledia Hanifa Amaliah, Senin (23/7/2018).
Sebaliknya, kata Ledia, hasil survei yang kerap menempatkan PKS di posisi papan bawah justru jadi pelecut untuk bekerja lebih keras. Terbukti, kata Ledia, hasil survei tersebut selalu melenceng jauh dari faktanya.
"Seperti dulu, kita diprediksinya cuma 3,4 persen, alhamdulillah bisa dapat 7 persen. Mudah-mudahan kalau sekarang ada yang menyebutnya di bawah 4 persen dengan margin of error-nya katakanlah 2 persen, mudah-mudahan dari 4 persen jadi 12 persen. Orang mah kudu optimis atuh," tuturnya.
Ledia menambahkan, terlepas dari metode dan cara yang digunakan serta kreadibilitas lembaga survei, terkadang pihaknya tidak habis pikir dengan hasil survei yang selalu menempatkan PKS di posisi papan bawah.
"PKS itu tidak pernah ada hasil surveinya sangat tinggi atau lebih dari parliament threshold. Tapi buat kami itu jadi pelecut, enggak boleh santai. Itu indikasi buat kita bekerja lebih keras," tandas.
Dengan kerja keras dan militansi seluruh kader PKS, lanjut Ledia, partainya telah menetapkan target kemenangan hingga 12%. Target tersebut menurutnya pantas karena mesin PKS terbukti masih sangat militan, seperti yang telah dibuktikan dalam pilkada, beberapa waktu lalu.
"Pilkada salah satu cara untuk memanaskan mesin partai. Alhamdulillah yang calonnya didukung PKS yang sebelumnya popularitas elektabilitasnya kecil, bisa naik, seperti Jabar, Jateng, dan lainnya," tandas Ledia. (Baca juga: PAN Tidak Percaya Hasil Survei LIPI, Ini Alasannya )
Diketahui, hasil survei LIPI menyebutkan, dengan elektabilitas yang hanya 3,7 persen, PKS terancam tak akan lolos ambang batas parlemen pada Pemilu 2019. Elektabilitas PKS tersebut masih di bawah ambang batas yang ditetapkan, yakni 4%.
"Namun, angka ini didapat pada saat survei dilakukan, mungkin sekarang sudah berubah setelah pilkada," kata peneliti senior LIPI Syamsudin Harris di Hotel Century Park, Senayan, Jakarta, 19 Juli 2018.
(dam)