PAN Tak Percaya Hasil Survei LIPI, Ini Alasannya
A
A
A
JAKARTA - Partai Amanat Nasional (PAN) tidak percaya dengan hasil survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menyebutkannya sebagai salah satu partai yang berpotensi tidak lolos ke parlemen.
Partai berlambang matahari terbit itu tetap yakin memenuhi syarat ambang batas masuk parlemen (parliamentary threshold).
"Dari dulu hasil survei selalu begitu. Dua pemilu yang lalu pun hasil surveinya tidak jauh beda dengan yang sekarang," kata Wakil Sekretaris Jenderal PAN Saleh Partaonan Daulay kepada wartawan, Jumat (20/7/2018).
Namun, kata dia, faktanya PAN lolos ke parlemen pada Pemilu 2014. "Bahkan hasilnya jauh lebih tinggi dari margin error yang mereka tetapkan," ujarnya.
Menurut dia, seharusnya fenomena ketidakakuratan lembaga survei perlu dipertanyakan. "Pada pemilu lalu, Hasil survei katanya (perolehan suara PAN-red) 2 persen. Faktanya hasil sesungguhnya mencapai 7,59 persen," ujarnya.
Dia menambahkan, survei hanya mengukur popularitas partai. Kata dia, survei tidak mengukur popularitas kader dan caleg yang akan bertarung di partai tersebut.
"Sementara, dengan sistem pemilu sekarang ini, antara popularitas partai dan popularitas individual terkadang tidak linear," katanya.
Partai berlambang matahari terbit itu tetap yakin memenuhi syarat ambang batas masuk parlemen (parliamentary threshold).
"Dari dulu hasil survei selalu begitu. Dua pemilu yang lalu pun hasil surveinya tidak jauh beda dengan yang sekarang," kata Wakil Sekretaris Jenderal PAN Saleh Partaonan Daulay kepada wartawan, Jumat (20/7/2018).
Namun, kata dia, faktanya PAN lolos ke parlemen pada Pemilu 2014. "Bahkan hasilnya jauh lebih tinggi dari margin error yang mereka tetapkan," ujarnya.
Menurut dia, seharusnya fenomena ketidakakuratan lembaga survei perlu dipertanyakan. "Pada pemilu lalu, Hasil survei katanya (perolehan suara PAN-red) 2 persen. Faktanya hasil sesungguhnya mencapai 7,59 persen," ujarnya.
Dia menambahkan, survei hanya mengukur popularitas partai. Kata dia, survei tidak mengukur popularitas kader dan caleg yang akan bertarung di partai tersebut.
"Sementara, dengan sistem pemilu sekarang ini, antara popularitas partai dan popularitas individual terkadang tidak linear," katanya.
(dam)