Bertemu 2 Jam, Ternyata Ini Pembicaraan Megawati dan Airlangga
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto menggelar pertemuan tertutup sekira 2 Jam di Kediaman Megawati, Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto mengungkapkan, pertemuan dua elite parpol pada Senin 16 Juli 2018 tersebut membahas berbagai agenda strategis nasional ke depan.
"Golkar dan PDI Perjuangan memiliki akar sejarah panjang. Gabungan kekuatan keduanya, tidak hanya kuat di DPR," kata Hasto mengutip pernyataan Airlangga.
"Namun mampu memastikan efektivitas dan stabilitas pemerintahan ke depan. Terlebih kerja sama Golkar dan PDIP tersebut dilakukan sebelum pilpres, dan hal ini akan memerkuat jalan kemenangan Pak Jokowi," tambahnya.
Menurut Hasto, Megawati menyambut gembira dengan pernyataan Airlangga yang menyebut Golkar memiliki akar sejarah dengan Bung Karno, mengingat sebagai sekretariat bersama, Golkar merupakan kelompok fungsional yang dirancang dengan ideologi pembangunan.
Pada kesempatan tersebut kata Hasto, disepakati juga pentingnya dukungan kepada Presiden Jokowi, juga diserta dengan agenda penataan sistem dan kelembagaan politik nasional agar sesuai dengan Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa.
"Di kalangan Golkar masih banyak politisi senior. Kami usulkan untuk membentuk tim kerja untuk melakukan kajian bersama terhadap proses amandemen dan kemudian memerjuangkan bagaimana MPR memiliki kewenangan di dalam menetapkan Garis Besar Haluan Negara," ujar Airlangga.
Pandangan Airlangga itu kemudian ditanggapi secara serius oleh Megawati dan menceritakan bagaimana Bung Karno pada tahun 1960-an mengumpulkan lebih dari 600 doktor dan merancang Pola Pembangunan Semesta Berencana.
"Pola Pembangunan Semesta tersebut harus dipelajari kembali dan ditangkap ruhnya sebagai haluan negara yang menjabarkan Pancasila agar Indonesia berdaulat, berdikari, dan berkebudayaan," kata Megawati penuh semangat.
Terkait siapa yang bakal dipilih untuk mendampingi Jokowi pada pemilu presiden 2019 nanti, kedua parpol sepakat bahwa mengenai hal tersebut akan dibahas secara bersama antara Jokowi dan Ketua Umum parpol koalisi. PDIP, kata Hasto menganggap wajar bahwa setiap parpol ingin mengusung kader terbaiknya menjadi cawapres.
"Ibu Megawati sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan pada tahun 2014 juga banyak didorong sebagai calon presiden, namun Beliau mendengarkan aspirasi rakyat dan lebih memilih memberikan mandat dan mencalonkan Pak Jokowi," ucap Hasto.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto mengungkapkan, pertemuan dua elite parpol pada Senin 16 Juli 2018 tersebut membahas berbagai agenda strategis nasional ke depan.
"Golkar dan PDI Perjuangan memiliki akar sejarah panjang. Gabungan kekuatan keduanya, tidak hanya kuat di DPR," kata Hasto mengutip pernyataan Airlangga.
"Namun mampu memastikan efektivitas dan stabilitas pemerintahan ke depan. Terlebih kerja sama Golkar dan PDIP tersebut dilakukan sebelum pilpres, dan hal ini akan memerkuat jalan kemenangan Pak Jokowi," tambahnya.
Menurut Hasto, Megawati menyambut gembira dengan pernyataan Airlangga yang menyebut Golkar memiliki akar sejarah dengan Bung Karno, mengingat sebagai sekretariat bersama, Golkar merupakan kelompok fungsional yang dirancang dengan ideologi pembangunan.
Pada kesempatan tersebut kata Hasto, disepakati juga pentingnya dukungan kepada Presiden Jokowi, juga diserta dengan agenda penataan sistem dan kelembagaan politik nasional agar sesuai dengan Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa.
"Di kalangan Golkar masih banyak politisi senior. Kami usulkan untuk membentuk tim kerja untuk melakukan kajian bersama terhadap proses amandemen dan kemudian memerjuangkan bagaimana MPR memiliki kewenangan di dalam menetapkan Garis Besar Haluan Negara," ujar Airlangga.
Pandangan Airlangga itu kemudian ditanggapi secara serius oleh Megawati dan menceritakan bagaimana Bung Karno pada tahun 1960-an mengumpulkan lebih dari 600 doktor dan merancang Pola Pembangunan Semesta Berencana.
"Pola Pembangunan Semesta tersebut harus dipelajari kembali dan ditangkap ruhnya sebagai haluan negara yang menjabarkan Pancasila agar Indonesia berdaulat, berdikari, dan berkebudayaan," kata Megawati penuh semangat.
Terkait siapa yang bakal dipilih untuk mendampingi Jokowi pada pemilu presiden 2019 nanti, kedua parpol sepakat bahwa mengenai hal tersebut akan dibahas secara bersama antara Jokowi dan Ketua Umum parpol koalisi. PDIP, kata Hasto menganggap wajar bahwa setiap parpol ingin mengusung kader terbaiknya menjadi cawapres.
"Ibu Megawati sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan pada tahun 2014 juga banyak didorong sebagai calon presiden, namun Beliau mendengarkan aspirasi rakyat dan lebih memilih memberikan mandat dan mencalonkan Pak Jokowi," ucap Hasto.
(maf)