Hasil Pilkada 2018 Dinilai Warning bagi PDIP
A
A
A
JAKARTA - Hasil hitung cepat (Quick count) Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2018 berbagai lembaga survei dinilai menjadi alarm atau warning bagi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Pasalnya, pasangan calon kepala daerah yang dijagokan PDIP dalam pilkada serentak 2018, terutama di provinsi gemuk kalah, seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Kalimantan Barat.
"Hasil hitung cepat menunjukkan pasangan calon yang diusung PDIP banyak yang kalah, sehingga menjadi alarm politik bagi PDIP," kata pengamat politik POINT Indonesia, Arif Nurul Imam kepada SINDOnews, Jumat (29/6/2018).
Menurut dia, sebagai partai pemenang Pemilu 2014, hasil Pilkada 2018 ini menunjukkan blunder elit PDIP ketika melakukan kandidatisasi. Dukungan yang diberikan pada tokoh acapkali kerap mengabaikan grass-root, sehingga tidak mendapat dukungan simpatisan partai dan masyarakat.
Dia memberikan contoh di Jawa Barat misalnya, PDIP merupakan partai terbesar peraih kursi legeslatif, tapi justru pasangan calon yang diusung keok berada di urutan buncit.
Begitu pula di Sumatera Utara, PDIP yang mengusung mantan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat sebagai calon Gubernur Sumatera Utara dan Puti Guntur Soekarno sebagai calon Wakil Gubernur Jawa Timur.
"Banyak pasangan calon yang diusung PDIP tak memiliki rasionalisasi politik sehingga timbul kesan dipaksakan," ucapnya.
Dengan hasil demikian lanjut Arif, Pemilu 2019 PDIP harus lebih bekerja keras lagi selain harus menyiapkan berbagai strategi yang lebih tepat menghadapi pemilu legislatif.
"Meski politik tidak selalu linier, namun hasil pilkada merupakan salah satu parameter yang tak bisa diabaikan. Ini alarm bagi PDIP agar lebih giat dalam melakukan kerja-kerja politik," pungkasnya.
Pasalnya, pasangan calon kepala daerah yang dijagokan PDIP dalam pilkada serentak 2018, terutama di provinsi gemuk kalah, seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Kalimantan Barat.
"Hasil hitung cepat menunjukkan pasangan calon yang diusung PDIP banyak yang kalah, sehingga menjadi alarm politik bagi PDIP," kata pengamat politik POINT Indonesia, Arif Nurul Imam kepada SINDOnews, Jumat (29/6/2018).
Menurut dia, sebagai partai pemenang Pemilu 2014, hasil Pilkada 2018 ini menunjukkan blunder elit PDIP ketika melakukan kandidatisasi. Dukungan yang diberikan pada tokoh acapkali kerap mengabaikan grass-root, sehingga tidak mendapat dukungan simpatisan partai dan masyarakat.
Dia memberikan contoh di Jawa Barat misalnya, PDIP merupakan partai terbesar peraih kursi legeslatif, tapi justru pasangan calon yang diusung keok berada di urutan buncit.
Begitu pula di Sumatera Utara, PDIP yang mengusung mantan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat sebagai calon Gubernur Sumatera Utara dan Puti Guntur Soekarno sebagai calon Wakil Gubernur Jawa Timur.
"Banyak pasangan calon yang diusung PDIP tak memiliki rasionalisasi politik sehingga timbul kesan dipaksakan," ucapnya.
Dengan hasil demikian lanjut Arif, Pemilu 2019 PDIP harus lebih bekerja keras lagi selain harus menyiapkan berbagai strategi yang lebih tepat menghadapi pemilu legislatif.
"Meski politik tidak selalu linier, namun hasil pilkada merupakan salah satu parameter yang tak bisa diabaikan. Ini alarm bagi PDIP agar lebih giat dalam melakukan kerja-kerja politik," pungkasnya.
(maf)