Sabam Sirait: Menjadi Pemimpin Harus Jujur dan Hidup Sesuai Pancasila

Jum'at, 15 Juni 2018 - 21:54 WIB
Sabam Sirait: Menjadi...
Sabam Sirait: Menjadi Pemimpin Harus Jujur dan Hidup Sesuai Pancasila
A A A
TANGERANG - Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau, sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesia. Indonesia Tanah Airku, aku berjanji padamu, menjunjung Tanah Airku, Tanah Airku Indonesia. Demikian sepenggal lagu yang dinyanyikan oleh politisi senior sekaligus pendiri PDIP Sabam Sirait (82) saat menerima audensi mahasiswa papua di kawasan Tangerang, Jumat (15/6/2018).

Selain Sabam Sirait, hadir musisi nasional asal Papua Edo Kondolongit (52), Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesi (HIPMI) asal Papua Bahlil Lahadalia, Wakil Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) Rolas Budiman Sitinjak. Politisi kelahiran Tanjungbalai, Sumatera Utara 1936 ini berpesan, kita harus menjadi manusia yang jujur.

"Di Papua itu banyak permasalahan. Saya sering ke Papua, berkunjung ke Asmat, saat ini sudah menjadi kabupaten. Di sana masih kita jumpai kemiskinan, di Pulau Jawa pun masih banyak yang miskin. Papua harus mempunyai kemerdekaan, satu kemerdekaan dengan Indonesia. Kita harus terus berjuang bersama-sama, kita harus atasi bersama-sama kemiskinan ini," ujar Sabam Sirait lirih.

"Kita harus merdeka, merdeka dari segala kemiskinan," sambungnya, yang disambut tepuk tangan oleh mahasiswa asal papua.

Menurutnya, Indonesia harus jadi contoh bagi negara-negara lain. Pancasila telah mengalami berbagai ujian berat di jaman konstituante. Saat itu yang mendukung Pancasila tidak sampai 40% .

"Tapi kemudian setelah kembali ke UUD 1945 tanggal 5 juli tahun 1959, Bung Karno mengatakan kita kembali ke UUD 1945 dan sampai sekarang kita bertahan, kita semua melaksanakan UUD 45. Tidak mudah, dibutuhkan kejujuran dan kerja keras," tutur Sabam.

"Kita tidak bisa mengatakan yang lalu itu jaman ekonomi sekarang jaman krisis, kita hidup dalam dunia ekonomi, barangkali negara-negara lain tidak berbeda dengan kita," sambungnya.

Sabam menuturkan, kita harus menjaga jangan sampai satu pulau terkecil dari Sabang-Merauke dan puluhan ribu pulau Indonesia terlepas. "Harus dijaga tidak boleh orang Sangir menderita karena merdeka, tidak boleh orang Mindanau menderita karena merdeka, tidak boleh juga orang Papua menderita, kita harus bersama-sama membangun negeri ini," kata Sabam.

Sebagai orang Indonesia, Sabam mengaku mulai berpolitik tahun 1961 dari Sekjen Partai Indonesia dan kemudian dirinya menjadi salah satu pendiri Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Sebagai pendiri partai yang masih hidup, dirinya turut menjaga dan tidak mencampuri pengurus PDIP sekarang..

"Kalau mereka perlu bantuan, saya bantu. Membantu melihat ke depan. Saya kira harus menjadi contoh, tidak bisa hanya dengan kata-kata. Pemimpin harus hidup sesuai dengan Pancasila, jangan ngomong Pancasila tetapi kerjaan radikalis. Jangan mengatakan kita Pancasila, tetapi antikemanusiaan dengan turut menindas orang-orang yang bekerja keras yang tidak punya apa-apa dari Pancasila," jelasnya.

Masih kata dia, kebebasan kita harus lengkap yakni kebebasan untuk memperjuangkan kemerdekaan, kebebasan beragama untuk semua agama tanpa terkecuali. Dia mengajak menjaga negeri ini bersama-sama.

"Kita harus bisa hidup jujur dan berani hidup sederhana. Saya pernah mengatakan kepada pemimpin bangsa ini, Bapak Jokowi. Saya katakan kau janji sama saya bahwa kau tidak mau mau mencuri uang negara satu rupiah pun seperti yang saya katakan sama dia dan saya berpendirian begitu sampai sekarang. Saya melakukan itu saja kalau kalian bisa buktikan saya mencuri uang negara satu rupiah pun penjarakan saya, jangan kita cuma berkata-kata," tegas Sabam.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2009 seconds (0.1#10.140)