Idul Fitri dan Jati Diri Bangsa
A
A
A
Ma’ruf Cahyono, SH, MH Sesjen MPRHari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1439 H telah tiba. Hari dimana dosa-dosa manusia dilebur setelah menjalani ibadah berpuasa dan amaliyah lainnya di bulan Ramadhan. Ramadhan adalah bulan pendidikan. Nah di bulan Syawal inilah hasil pendidikan selama satu bulan itu diterapkan.Setelah Ramadhan ini kita dituntut apakah mampu menerapkan apa yang sudah didapat sebelumnya. Sikap toleran adalah salah satunya. Sikap intoleran adalah musuh besar bangsa ini. Intoleran bisa merobek persatuan dan kesatuan bangsa. Upaya seperti itu telah berulang kali terjadi di negeri ini.
Terakhir terjadi di Surabaya, Jawa Timur. Terjadi sepekan menjelang bulan suci Ramadhan. Teroris melakukan aksi bom bunuh diri. Mereka menyerang tiga gereja di Kota Pahlawan itu. Menyebabkan korban jiwa tak berdosa melayang. Sebelumnya narapidana teroris juga memberontak di ruang tahanannya di Mako Brimob Kelapa Dua Depok, Jawa Barat. Di sini lima anggota Bhayangkara gugur, empat lainnya luka-luka.
Peristiwa yang terjadi di dua tempat itu jelas tak mencermin jati diri bangsa Indonesia. Apalagi menyerang tempat ibadah jelas bertujuan untuk memecahbelah bangsa. Jelasnya, memecahbelah umat beragama.
Perbuatan itu tak berperikemanusiaan. Biadap. Menghilangkan nyawa orang tak berdosa dengan cara keji. Padahal karakter bangsa Indonesia adalah saling menghargai sesama. Atau memanusiakan manusia lain. Dengan terjadi peristiwa itu membuktikan masih ada sebagian warga bangsa yang tidak memahami atau tidak mau tahu mengenai jatidiri bangsa.
Untuk itulah sosialisasi Empat Pilar perlu terus menerus dilakukan. Terutama menyosialisasikan nilai-nilai luhur yang digali oleh Bung Karno dari bumi Nusantara ini. Nilai-nilai itu dituangkan menjadi ideologi dan dasar negara. Yang diberi nama Pancasila.
Kelima silanya, sebagaimana tercantum dalam alenia keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Kelima sila itulah wujud dari jatidiri bangsa Indonesia. Kalau Indonesia mau maju dan sejahtera maka setiap warga bangsa harus memahami dan mengamalkan jatidiri bangsanya tersebut.
Jati diri atau disebut juga karakter. Jatidiri adalah fitrah manusia yang merupakan potensi dan tumbuh berkembang selama mata hati manusia bersih, sehat, dan tak tertutup. Manusia Indonesia adalah bangsa religius. Bangsa Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
Jati diri sebagai bangsa religius tercermin dari sikap warga bangsa itu sendiri. Antara lain saling menghormati dan kerja sama sesama umat beragama dan penganut kepercayaan. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaannya. Tidak memaksakan agama dan kepercayaannya pada orang lain.
Bangsa Indonesia sangat menjunjung tiga nilai Kemanusian yang adil dan beradab. Perilaku bangsa Indonesia adalah saling menghormati sesama warga bangsa yang berbeda. Jati diri bangsa Indonesia menggambarkan sifat yang berperikemanusiaan. Bangsa yang humanis.
Tidak mudah menyakiti orang lain. Apalagi melakukan perbuatan atau tindakan membunuh atau memutilasi warga bangsa yang tak sepaham atau seideologi dengannya. Peristiwa bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya dan di Mako Brimob Kelapa Dua Depok adalah satu contohnya.
Jati diri bangsa Indonesia juga tercermin dari sila ketiga Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia. Bahwa bangsa Indonesia memiliki komitmen dan sikap selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan pribadi, suku, kelompok, dan golongan.
Jati diri bangsa tercermin dari sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. Indonesia terdiri dari lebih 17.000 pulau, dan lebih dari 1.300 suku bangsa, tiga ratus kelompok etnik, tapi tetap satu jua. Bangsa Indonesia. Bhineka Tunggal Ika. Atas dasar itulah bangsa Indonesia terus membangun demi kepentingan nasional.
Jati diri bangsa Indonesia juga memiliki sifat seperti yang tertuang dalam sila keempat, yakni: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. Ini mencerminkan bangsa Indonesia memiliki sikap dan perilaku demokratis. Menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia. Mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan bersama.
Dan, jati diri bangsa Indonesia yang kelima adalah tercermin dari sikap mengedepankan keadilan dan kesejateraan. Ini mencerminkan sikap kekeluargaan, gotong royong, tidak bergaya hidup mewah (hedonis), berlaku adil, menjaga keharmonisan antara hak dan kewajiban, suka menolong orang lain, menghargai karya orang lain, dan sebagainya.
Sesungguhnya kelima jati diri bangsa Indonesia ini sudah “inheren” dalam setiap pribadi rakyat Indonesia. Sehingga semestinya tidak diperlukan lagi adanya regulasi atau butir-butir yang mengatur agar setiap pribadi rakyat Indonesia memiliki kelima jati diri itu.
Indonesia yang maju adalah Indonesia yang memiliki kelima jati diri tersebut. Dan, pada suasana Hari Raya Idul Fitri ini setiap warga bangsa Indonesia dituntut untuk menunjukkan jati dirinya. Selamat Hari Raya Idul Fitri.
Terakhir terjadi di Surabaya, Jawa Timur. Terjadi sepekan menjelang bulan suci Ramadhan. Teroris melakukan aksi bom bunuh diri. Mereka menyerang tiga gereja di Kota Pahlawan itu. Menyebabkan korban jiwa tak berdosa melayang. Sebelumnya narapidana teroris juga memberontak di ruang tahanannya di Mako Brimob Kelapa Dua Depok, Jawa Barat. Di sini lima anggota Bhayangkara gugur, empat lainnya luka-luka.
Peristiwa yang terjadi di dua tempat itu jelas tak mencermin jati diri bangsa Indonesia. Apalagi menyerang tempat ibadah jelas bertujuan untuk memecahbelah bangsa. Jelasnya, memecahbelah umat beragama.
Perbuatan itu tak berperikemanusiaan. Biadap. Menghilangkan nyawa orang tak berdosa dengan cara keji. Padahal karakter bangsa Indonesia adalah saling menghargai sesama. Atau memanusiakan manusia lain. Dengan terjadi peristiwa itu membuktikan masih ada sebagian warga bangsa yang tidak memahami atau tidak mau tahu mengenai jatidiri bangsa.
Untuk itulah sosialisasi Empat Pilar perlu terus menerus dilakukan. Terutama menyosialisasikan nilai-nilai luhur yang digali oleh Bung Karno dari bumi Nusantara ini. Nilai-nilai itu dituangkan menjadi ideologi dan dasar negara. Yang diberi nama Pancasila.
Kelima silanya, sebagaimana tercantum dalam alenia keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Kelima sila itulah wujud dari jatidiri bangsa Indonesia. Kalau Indonesia mau maju dan sejahtera maka setiap warga bangsa harus memahami dan mengamalkan jatidiri bangsanya tersebut.
Jati diri atau disebut juga karakter. Jatidiri adalah fitrah manusia yang merupakan potensi dan tumbuh berkembang selama mata hati manusia bersih, sehat, dan tak tertutup. Manusia Indonesia adalah bangsa religius. Bangsa Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
Jati diri sebagai bangsa religius tercermin dari sikap warga bangsa itu sendiri. Antara lain saling menghormati dan kerja sama sesama umat beragama dan penganut kepercayaan. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaannya. Tidak memaksakan agama dan kepercayaannya pada orang lain.
Bangsa Indonesia sangat menjunjung tiga nilai Kemanusian yang adil dan beradab. Perilaku bangsa Indonesia adalah saling menghormati sesama warga bangsa yang berbeda. Jati diri bangsa Indonesia menggambarkan sifat yang berperikemanusiaan. Bangsa yang humanis.
Tidak mudah menyakiti orang lain. Apalagi melakukan perbuatan atau tindakan membunuh atau memutilasi warga bangsa yang tak sepaham atau seideologi dengannya. Peristiwa bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya dan di Mako Brimob Kelapa Dua Depok adalah satu contohnya.
Jati diri bangsa Indonesia juga tercermin dari sila ketiga Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia. Bahwa bangsa Indonesia memiliki komitmen dan sikap selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan pribadi, suku, kelompok, dan golongan.
Jati diri bangsa tercermin dari sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. Indonesia terdiri dari lebih 17.000 pulau, dan lebih dari 1.300 suku bangsa, tiga ratus kelompok etnik, tapi tetap satu jua. Bangsa Indonesia. Bhineka Tunggal Ika. Atas dasar itulah bangsa Indonesia terus membangun demi kepentingan nasional.
Jati diri bangsa Indonesia juga memiliki sifat seperti yang tertuang dalam sila keempat, yakni: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. Ini mencerminkan bangsa Indonesia memiliki sikap dan perilaku demokratis. Menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia. Mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan bersama.
Dan, jati diri bangsa Indonesia yang kelima adalah tercermin dari sikap mengedepankan keadilan dan kesejateraan. Ini mencerminkan sikap kekeluargaan, gotong royong, tidak bergaya hidup mewah (hedonis), berlaku adil, menjaga keharmonisan antara hak dan kewajiban, suka menolong orang lain, menghargai karya orang lain, dan sebagainya.
Sesungguhnya kelima jati diri bangsa Indonesia ini sudah “inheren” dalam setiap pribadi rakyat Indonesia. Sehingga semestinya tidak diperlukan lagi adanya regulasi atau butir-butir yang mengatur agar setiap pribadi rakyat Indonesia memiliki kelima jati diri itu.
Indonesia yang maju adalah Indonesia yang memiliki kelima jati diri tersebut. Dan, pada suasana Hari Raya Idul Fitri ini setiap warga bangsa Indonesia dituntut untuk menunjukkan jati dirinya. Selamat Hari Raya Idul Fitri.
(vhs)