Mau Dua Kali Lebaran, Kasus Novel Baswedan Masih Gelap Gulita
A
A
A
JAKARTA - Kasus teror fisik terhadap Penyidik Senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan belum juga menunjukkan titik terang. Hampir dua kali Lebaran, kasus yang menimpa penggawa pemberantasan korupsi itu masih gelap.
"Perkembangan masih gelap gulita, terus terang kami ragu kepolisian mau menuntaskan kasus ini. Dan, agaknya presiden juga 'gelap' komitmennya untuk menuntaskan kasus ini," ujar Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak saat dihubungi SINDOnews, Selasa (12/6/2018).
Teror itu menghampiri Novel pada Selasa 11 April 2017. Saat itu, selepas sembayang subuh di Masjid Jami Al-Ihsan, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Novel disiram air keras oleh dua pria tak dikenal. Cairan itu mengenai wajah Novel. Ia tak sempat mengelak. Tak ada saksi mata persitiwa ini.
Dahnil mengatakan, butuh kemauan politik (political will) yang tinggi untuk mengungkap kasus Novel. Dia meyakini, Presiden Jokowi tahu persis fakta dan kondisi terkait kasus ini. Hanya saja, kata dia, ini masalah political will.
"Mau atau tidak. Berpihak pada agenda pemberantasan korupsi atau tidak. Itu saja," ucapnya.
Meski kasus Novel tak kunjung terang, koalisi masyarakat sipil tak patah arang. Mereka bahu membahu mengumpulkan fakta dan data terkait kasus ini. "Insya Allah teman-teman masyarakat sipil terus mengumpulkan fakta dan data, pada waktunya kita akan sampaikan kepada publik," pungkas Novel.
"Perkembangan masih gelap gulita, terus terang kami ragu kepolisian mau menuntaskan kasus ini. Dan, agaknya presiden juga 'gelap' komitmennya untuk menuntaskan kasus ini," ujar Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak saat dihubungi SINDOnews, Selasa (12/6/2018).
Teror itu menghampiri Novel pada Selasa 11 April 2017. Saat itu, selepas sembayang subuh di Masjid Jami Al-Ihsan, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Novel disiram air keras oleh dua pria tak dikenal. Cairan itu mengenai wajah Novel. Ia tak sempat mengelak. Tak ada saksi mata persitiwa ini.
Dahnil mengatakan, butuh kemauan politik (political will) yang tinggi untuk mengungkap kasus Novel. Dia meyakini, Presiden Jokowi tahu persis fakta dan kondisi terkait kasus ini. Hanya saja, kata dia, ini masalah political will.
"Mau atau tidak. Berpihak pada agenda pemberantasan korupsi atau tidak. Itu saja," ucapnya.
Meski kasus Novel tak kunjung terang, koalisi masyarakat sipil tak patah arang. Mereka bahu membahu mengumpulkan fakta dan data terkait kasus ini. "Insya Allah teman-teman masyarakat sipil terus mengumpulkan fakta dan data, pada waktunya kita akan sampaikan kepada publik," pungkas Novel.
(kri)