PA 212 Dinilai Ingin Munculkan Habib Rizieq ke Pentas Nasional
A
A
A
JAKARTA - Persaudaraan Alumni (PA) 212 telah menggelar Rakornas pada 29 Mei 2018. Dalam Rakornas tersebut disepakati mengusung Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab pada pemilu presiden 2019 mendatang.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno mengatakan, dalam demokrasi sah saja jika ada kelompok masyarakat yang ingin mengusung capres tertentu seperti Rizieq maju pilpres 2019.
Problemnya, mengusung capres harus sesuai ketentuan uu yang harus melalui jalur partai politik dengan Presidential Threshold 20%. Menurutnya, sejauh ini regulasi pemilu yang sudah ditetapkan tak mengatur capres dari kalangan perseorangan.
"Usulan PA 212 ini bagus tapi tak realistis bahkan utopis. Jangankan Rizieq, sosok seperi AHY, Cak Imin, Gatot, bahkan Prabowo sekalipun kesulitan mendapat perahu dukungan untuk maju pilpres," ungkap Adi saat dihubungi SINDOnews, Rabu (30/1/2018).
Selanjutnya, Adi menilai, hasil Rakornas PA 212 yang mengusung rizieq sebagai ccapres hanyalah meramaikan situasi politik saja. Sebab momentum pilpres jarang terjadi dan siklusnya cukup lama, 5 tahun sekali.
Dalam momentum ini, PA 212 dianggapnya ingin terus merawat ingatan publik soal sosok Habib Rizieq yang sudah lama 'hijrah' ke arab saudi. Jika momentum ini tak dijaga secara perlahan Rizieq akan dilupakan orang.
Selain itu, Pengamat Politik asal UIN Jakarta ini menganggap Rakornas PA 212 ini sebagai upaya untuk terus menokohkah Habib Rizieq di pentas politik nasional. Skenario ini dibangun sistematis sejak Pilkada DKI Jakarta.
Menurut dia, sekalipun Rizieq 'hijrah' ke Arab, namun kelompok PA 212 selalu menarasikan visi politik Rizieq setiap saat.
"Misalnya dalam pilkada 2018 ini Rizieq memfatwakan untuk dukung parpol yang tak menista agama, memilih kepala daerah yang dekat ulama, dan seterusnya. Pesan politiknya jelas, Rizieq ingin dianggap bagian penting jagat politik tanah air sekalipun sosoknya sangat kontroversial," pungkasnya.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno mengatakan, dalam demokrasi sah saja jika ada kelompok masyarakat yang ingin mengusung capres tertentu seperti Rizieq maju pilpres 2019.
Problemnya, mengusung capres harus sesuai ketentuan uu yang harus melalui jalur partai politik dengan Presidential Threshold 20%. Menurutnya, sejauh ini regulasi pemilu yang sudah ditetapkan tak mengatur capres dari kalangan perseorangan.
"Usulan PA 212 ini bagus tapi tak realistis bahkan utopis. Jangankan Rizieq, sosok seperi AHY, Cak Imin, Gatot, bahkan Prabowo sekalipun kesulitan mendapat perahu dukungan untuk maju pilpres," ungkap Adi saat dihubungi SINDOnews, Rabu (30/1/2018).
Selanjutnya, Adi menilai, hasil Rakornas PA 212 yang mengusung rizieq sebagai ccapres hanyalah meramaikan situasi politik saja. Sebab momentum pilpres jarang terjadi dan siklusnya cukup lama, 5 tahun sekali.
Dalam momentum ini, PA 212 dianggapnya ingin terus merawat ingatan publik soal sosok Habib Rizieq yang sudah lama 'hijrah' ke arab saudi. Jika momentum ini tak dijaga secara perlahan Rizieq akan dilupakan orang.
Selain itu, Pengamat Politik asal UIN Jakarta ini menganggap Rakornas PA 212 ini sebagai upaya untuk terus menokohkah Habib Rizieq di pentas politik nasional. Skenario ini dibangun sistematis sejak Pilkada DKI Jakarta.
Menurut dia, sekalipun Rizieq 'hijrah' ke Arab, namun kelompok PA 212 selalu menarasikan visi politik Rizieq setiap saat.
"Misalnya dalam pilkada 2018 ini Rizieq memfatwakan untuk dukung parpol yang tak menista agama, memilih kepala daerah yang dekat ulama, dan seterusnya. Pesan politiknya jelas, Rizieq ingin dianggap bagian penting jagat politik tanah air sekalipun sosoknya sangat kontroversial," pungkasnya.
(maf)